• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katakan “Tidak” pada Pacaran

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 110-114)

C. Menjaga „Iffah (Kesucian Diri) Dengan Tidak Pacaran dan

1. Katakan “Tidak” pada Pacaran

Menurut KBBI (Edisi Ketiga, 2002), pacar adalah kekasih atau teman (lawan jenis) yang tetap dan mempunyai hubungan ber- dasarkan cinta-kasih. Adapun berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar).” Sedangkan Duvall dan Miller (1985) menyebutkan bahwa pacaran adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menemukan dan mendapatkan pasangan dari lawan jenis yang disukai, yang dirasakan nyaman, dan dapat mereka nikahi (Ariyanto: 2008,3). Terkait dengan definisi pacaran, penulis memiliki pendapat yang berbeda. Pacaran dalam pandangan penulis adalah aktivitas cinta kasih yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan. Definisi inilah yang dipergunakan dalam tulisan ini.

Dalam rangka memberikan penilaian yang obyektif tentang pacaran, perlu dibahas terlebih dulu keuntungan dan kerugian pacaran. Berikut ini adalah sejumlah keuntungan dan kerugian pacaran menurut hasil diskusi di situs internet (http://ada- akbar.com/2011), wawancara dengan mahasiswa UM pada tahun 2011 dan 2012, dan pendapat Wijayanto (2003:26).

a. Keuntungan pacaran

1) Belajar mengenal karakter lawan jenis.

2) Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, yakni pacar.

3) Mudah menemukan tempat menyampaikan keluhan, unek- unek, atau curhat berbagai permasalahan yang dihadapi kepada pacar.

4) Memiliki tempat berbagi di saat suka maupun duka.

5) Tidak kesepian karena ada yang setia menemani kapanpun dan di manapun.

6) Ada yang mentraktir makan, minum, pulsa, dan sebagainya.

7) Antar-jemput atau ojek gratis.

8) Sarana mencari pendamping hidup agar mengenal dia dan tidak salah pilih.

91

9) Senang dan bahagia karena bisa menyalurkan rasa cinta dan dicintai.

10) Menimbulkan motivasi atau semangat hidup.

11) Sarana untuk menyalurkan “hasrat” atau nafsu seksual.

Bila dikaji lebih lanjut, keuntungan pacaran di atas sesung- guhnya tidak sepenuhnya berlaku pada sepasang pacar. Malah keuntungan bagi si pacar sangat mungkin menjadi kerugian bagi pacarnya. Sebagai contoh, keuntungan nomor enam dan tujuh (umumnya) merupakan keuntungan pihak perempuan, tapi kerugian di pihak laki-laki. Sebagai kompensasinya, pihak laki-laki mungkin mencari nomor sebelas sebagai keuntungannya. Terlepas dari itu, dalam perspektif Islam, keuntungan nomor sebelas sebenarnya merupakan kerugian karena mengakibatkan dosa besar.

Adapun keuntungan pertama sampai kelima ternyata dapat juga diperoleh dari selain pacar, yaitu sahabat dekat atau keluarga.

Selain itu, keuntungan nomor delapan juga layak dipertanyakan.

Meski sering diutarakan pelaku pacaran, keuntungan ini ternyata sering kali tidak terjadi. Penyebabnya adalah para pelaku pacaran cenderung menutupi sifat atau perilaku buruknya agar tidak ditinggal pacarnya.

b. Kerugian Pacaran

Meskipun pacaran dilakukan suka sama suka, tapi aktivitas ini juga menimbulkan sejumlah dampak negatif pada diri pelaku dan orang terdekatnya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain:

1) Mengurangi waktu untuk diri sendiri.

2) Menghambat kinerja otak karena hanya memikirkan satu obyek saja (pacar).

3) Mendorong orang untuk berbohong agar tidak merugikan dirinya.

4) Menghabiskan uang, seperti untuk beli pulsa, bensin, makanan, jalan-jalan.

5) Menghambat cita-cita, karena waktu dan pikiran banyak tecurah kepada pacar

6) Beternak dosa. Hampir semua aktivitas dalam pacaran menimbulkan dosa.

7) Hati menjadi resah dan tidak tenang karena telah memperbanyak dosa.

8) Perasaan resah dan gelisah karena cemburu dan takut ditinggal pacar.

92

9) Memunculkan fitnah. Bila berduaan di dalam rumah bisa digrebek warga.

10) Hilangnya kerawanan dan keperjakaan bila tidak mampu mengendalikan nafsu.

11) Menimbulkan aib bagi keluarga bila sampai terjadi hamil di luar nikah.

12) Menunda pernikahan karena keasyikan berpacaran.

13) Menimbulkan efek sakit hati, bahkan bunuh diri apabila

“putus” cinta.

14) Membatasi pergaulan dan wawasan karena dilarang pacar.

15) Terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP), baik fisik maupun psikis.

16) Menyebabkan konflik dengan orang tua bila hbungan tersebut tidak disetujui.

17) Mengganggu kuliah atau studi, tidak selesai tepat waktu, bahkan drop out.

Beragam kerugian pacaran di atas tidak selalu terjadi pada setiap pelaku pacaran, tergantung pada gaya pacaran mereka.

Meskipun begitu, sejumlah kerugian hampir pasti dialami oleh pelaku pacaran, yakni: pengeluaran bertambah, beternak dosa, sakit hati karena cemburu, dan mengurangi waktu berkarya.

Ditinjau dari sudut pandang ajaran Islam, aktivitas pacaran pra nikah dengan beragam gayanya adalah haram alias tidak bisa dibenarkan. Apapun bentuk gaya pacarannya, bila dilakukan sebelum menikah hukumnya tetap terlarang. Kecuali, bila pacaran pra nikah tersebut tidak melanggar aturan agama terkait hubungan laki-laki dengan perempuan non mahram. Aturan tersebut antara lain:

1) Larangan mendekati zina (QS. Al-Isra’: 32):

َ َو

اوُب َرْقَت

ًليِبَس َءاَسَو ًةَشِحاَف َناَك ُهَُِّإ َنَِزلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

2) Larangan berduaan di tempat sunyi [berkhalwat].

َّنِإَف اَهْبِِْ ٍمَرَْمَ ْوُذ اَهَََْ َسْيَل ٍةَأَرْْاِب َّنَ ُلَْيَ َلَف ِرِخلَْا ِمْ َبيْلاَو ِللهاِب ُأِْْؤُبْ َناَك ْأَْ

ُناَطْيَّشلا اَنُهَبثِلاَث

93

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua” (HR. Ahmad dari Jabir).

3) Larangan melihat lawan jenis tanpa maksud yang dibolehkan agama.

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya” (QS. An- Nur: 30-31)

4) Larangan menyentuh, apalagi memegang, lawan jenis.

“Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya” (HR. At- Thabrani).

5) Larangan membayangkan lawan jenis (HR. Muslim).

Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu, kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”

(H.R. Muslim).

Permasalahannya adalah adakah hubungan pacaran tanpa berpandangan, berpegangan, berduaan, atau membayangkan si do’i?

Bila ada gaya hubungan cinta kasih laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria ini, maka layak disebut pacaran Islami. Selain itu sebenarnya ada jenis hubungan cinta kasih antara laki-laki dan perempuan yang bukan hanya diperbolehkan oleh ajaran Islam, tapi malah dianjurkan dan mendatangkan pahala bagi pelakunya, yakni hubungan laki-laki dan perempuan setelah terjadinya akad nikah.

Jenis hubungan ini menghasilkan pahala karena tidak ada aturan agama yang dilanggar. Bahkan dapat mendatangkan kesenangan bagi kedua belah pihak. Dalam sebuah hadis disebutkan:

Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!.” Mendengar sabda Rasulullah itu para sahabat keheranan

94

dan bertanya: “Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala?” Nabi SAW menjawab:

“Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa? “Jawab para shahabat : “Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!”. (Hadits Shahih Riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa‟i).

Lingkungan pergaulan remaja zaman sekarang yang cenderung bebas merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja muslim. Hal ini merupakan tantangan yang tidak mudah bagi remaja muslim. Namun mempertimbangkan betapa pacaran terlarang dalam Islam dan ternyata sarat dengan kerugian dan amat minim keuntungan, maka sangat layak setiap remaja muslim berani berkata tidak pada pacaran.

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 110-114)