• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebudayaan Dan Peradaban Islam Di Masa Silam

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 149-153)

127

َْلَأ َرَ ت َّنَأ َوَّللا ُجِل وُي َلْيَّللا ِراَهَّ نلا ِفِ

ُجِلوُيَو َراَهَّ نلا ِلْيَّللا ِفِ

َرَّخَسَو َسْمَّشلا َرَمَقْلاَو

ّّلُك يِرَْيَ

َلِإ ٍلَجَأ ىِّمَسُم َّنَأَو َوَّللا اَِبِ

َنوُلَمْعَ ت ٌيِبَخ

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Luqman:29).

Ayat-ayat lain yang terkait dengan hal ini adalah Q.S.

Yunus:101, Q.S. Ibrahim:32-34, dan Q.S. al-Anbiya:30-33.

Islam tidak mengingkari adanya kebebasan manusia untuk menggunakan ilmunya, dengan syarat bahwa di dalam penggunaan itu tidak melanggar ketentuan-ketentuan Allah. Ilmu seyogyanya tidak dijadikan sebagai alat untuk mengeksploitasi sesama manusia, atau mengeksploitasi sumber daya alam secara serampangan yang mengakibatkan kerusakan.

Sebaliknya, eksploitasi alam oleh manusia demi kelanjutan hidup manusia harus diiringi dengan upaya menjaga kelestariannya.

Sebab itu adalah salah satu tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Terlebih lagi bila terjadi kerusakan alam, sesungguhnya yang rugi adalah manusia sendiri. Bumi sebagai tempat tinggal manusia tidak lagi nyaman ditinggali, bahkan suatu saat mungkin tidak bisa ditempati.

128

peradaban lebih berkaitan dengan wujud kemajuan mekanis dan teknologis. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.

Ditinjau dari sumbernya, kebudayaan Islam adalah seluruh aktifitas manusia yang secara inspiratif bersumber dari al-Qur`an dan hadis Nabi Muhammad SAW Kebudayaan Islam adalah perwujudan dari akhlak yang berasal dari al-Qur`an. Sedangkan wujud dari seluruh aktifitas budaya Islami yang kongkrit dan dapat diindera oleh manusia adalah bentuk dari peradaban Islam. Secara historis, peradaban Islam sebagai bentuk dari kebudayaan Islam telah mengalami kemajuan dan kemunduran. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern umat Islam pada saat itu.

1. Faktor-Faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran a) Sebab-sebab kemajuan umat Islam.

Menurut Badri Yatim (2014:35), periodisasi masa kemajuan Islam berlangsung antara tahun 650-1000 M. Masa ini adalah masa 3 kekhalifahan: Khilafah Rasyidah, Khilafah Bani Umayyah, dan Khilafah Bani Abbas. Puncak kejayaan Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Pada masa ini, Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah menjadi rujukan dan sentral ilmu pengetahuan di seluruh penjuru dunia.

Kemajuan ini menurut Huda (2007: 36) dipengaruhi oleh dua tradisi yang sama-sama menghantarkan masyarakat Arab pada sebuah budaya yang maju dan progresif. Pertama, masyarakat Arab pada saat itu mulai memiliki budaya menulis. Budaya ini terinspirasi oleh al-Qur'an, sebuah mu„jizat yang berbentuk teks bahasa. Dengan turunnya al-Qur'an, umat muslim banyak menulis tafsir dan hadis Nabi. Kedua, penerjemahan filsafat dan logika Yunani mempengaruhi pola pikir ilmuwan Arab untuk berfikir secara sistematis.

Salah satu keunikan peradaban Islam adalah sifat adaptif dan terbuka dalam menyerap dan mengadopsi unsur-unsur peradaban besar dunia, seperti: Yunani, Persia, India, dan China. Peradaban serapan itu kemudian dikembangkan secara kreatif dan inovatif dengan menonjolkan unsur-unsur Islam.

b) Sebab-sebab kemunduran umat Islam.

Setelah mencapai puncak keemasan, peradaban Islam kemudian mengalami masa kemunduran. Penyerbuan tentara Mongolia ke Baghdad yang dpimpin Jengis Khan dan Hulagu Khan pada pertengahan abad ke-13 memastikan keruntuhan peradaban

129

Islam. Pasukan Mongolia membumihanguskan Baghdad beserta isi dan penghuninya. Pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan perpustakaan dihancurkan. Buku-buku dan warisan intelektual dibakar dan dibuang ke laut. Para sarjana dan ulama dibunuh.

Penduduk dibantai. Khalifah al-Mu'tashim ikut terbunuh dalam penyerbuan tersebut. Menurut analisis para sejarawan, keruntuhan peradaban Islam disebabkan, setidaknya, oleh dua hal: politik dan moral.

Secara politik, telah terjadi friksi dan konflik di antara putra mahkota, yang melibatkan kekuatan militer untuk saling berebut kekuasaan. Parahnya, pemerintah pusat tidak mampu mengatasi pemberontakan penguasa lokal (amir) dan gubernur di daerah karena kehilangan otoritas dan kewibawaan politik.

Secara moral, para penguasa kehilangan kredibilitas, karena berperilaku nista dan meninggalkan ajaran Islam. Mereka menjadi penguasa serakah, pemuja harta, tahta, dan wanita. Dikisahkan, Khalifah al-Mutawakkil punya selir sebanyak 4.000 orang. Khalifah al-Amin memelihara ghilman (budak laki-laki), yang dijadikan harem dan berpraktik homoseksual. Khalifah al-Mu'taz hidup bergelimang harta dan kemewahan, berkuda dengan pelana emas dan baju perang berlapis intan di tengah-tengah penderitaan rakyat.

2. Kontribusi Ilmuwan Muslim Klasik dalam Kemajuan Barat Modern

Pada masa kejayaan Islam, masyarakat Arab Islam benar-benar menjadi rujukan bagi perkembangan keilmuan dunia. Para pecinta ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru Eropa Barat seperti Itali, Perancis, Swiss, Jerman, dan kepulauan Inggris berdatangan ke Andalusia. Mereka datang untuk mendalami ilmu pengetahuan dan budaya Arab Islam untuk kemudian menyebarkannya ke berbagai penjuru di Eropa. Di Eropa terdapat lembaga-lembaga terjemah yang menerjemahkan khazanah pemikiran dan keilmuan Arab Islam, diantaranya yang terdapat di Universitas Qordova yang berpusat di masjid Qordova, sekolah Thulaitulah (Toledo), dan sekolah Salerno (Jaudah, 2007: 17-23).

Pada saat itu, banyak sekali ilmuan muslim yang menjadi pelopor perkembangan ilmu pengetahuan di banyak bidang seperti matematika, geometri, astronomi, fisika, kimia, kedokteran, IPA, farmasi, geografi, pelayaran, bahasa, sastra, dan lain sebagainya.

Jaudah (2007) mengklasifikasi ada seratus empat puluh tujuh ilmuan terkemuka dalam sejarah Islam. Diantara mereka adalah:

130 a. Jabir bin Hayyan

Nama lengkapnya Abu Musa Jabir bin Hayyan bin Abdullah al- Azdi. Dia dipanggil al-Azdi karena berasal dari kabilah Azad di Yaman. Jabir lahir di Thus, Iran tahun 110 H (720 M) dan wafat di tempat kelahirannya pada tahun 197 H (813). Jabir adalah ilmuwan yang mengusulkan diterjemahkannya buku-buku ilmiah Yunani dan Konstantinopel kepada khalifah Harun al-Rasyid. Jabir adalah seorang ahli kimia, diantara temuannya adalah:

1) Penemuan alat-alat kimia dari logam dan kaca,

2) Pemaduan antara asam hidroklorik (senyawa garam) dengan asam netrik.

3) Menemukan cara yang efektif untuk memurnikan logam dan menjaga besi dari karat

4) Merumuskan cara pembuatan tinta dari sulfat besi yang dicampur emas untuk menggantikan tinta cairan emas.

b. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi lahir di Khawarizmi (Uzbekistan) pada tahun 164 H (780 M) dan meninggal di Baghdad pada tahun 232 H (847 M).

Dia adalah seorang ilmuwan muslim ahli matematika dan dasar- dasar ilmu al-Jabar. Selain itu, ia ahli di bidang trigonometri, ilmu falak, dan ilmu geografi. Diantara prestasi al-Khawarizmi adalah:

1) Di bidang matematika al-Khawarizmi mengutip angka-angka India dan mengarang buku Algoritma yang menjadi rujukan para ilmuan, bisnisman, dan insinyur.

2) al-Khawarizmi merupakan ilmuwan yang menggagas aljabar dan memisahkannya dari ilmu hitung. Dia mengarang buku berjudul “al-Jabar wa al-Muqabalah’ sebagai dasar pemben- tukan ilmu ini.

c. Al-Kindi

Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya‟kub al-Kindi. Dia lahir di Kufah, dan menurut al-Khalili wafat pada tahun 260 H (876). Al- Kindi memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli para ilmuan besar lainnya. Dr. Abdul Halim Muntashir menyatakan bahwa karya al-Kindi mencapai 230 buku. Berikut ini sebagian karyanya yang menjadi dasar keilmuan modern.

1) Dalam bidang astronomi, dia menyatakan dampak posisi planet pada keadaan di bumi, seperti pasang surutnya air laut.

2) Dalam bidang ilmu alam dan fisika, al-Kindi menyatakan bahwa warna biru langit bukanlah warna asli dari langit, melainkan

131

pantulan dari cahaya lain berupa penguapan air dan butir-butir debu yang bergantung di udara.

3) Selain itu, al-Kindi juga banyak mengarang kitab dalam bidang teknik mesin, kimia industri, kimia, kimia logam, matematika, geometri, kedokteran, filsafat, farmasi, dan di bidang musik.

d. Ibnu Sina

Nama lengkapnya Abu Ali al-Husin bin Abdullah Ibn Sina.

Ilmuwan Eropa menyebut namanya dengan Avicenna. Ia lahir di Avazna di dekat Bukhara (Uzbeskistan, Persia) pada tahun 370 H dan wafat di Hamdzan (Iran, Persia) pada tahun 428 H (1037 M). Ibnu Sina ahli dalam bidang filsafat dan terutama kedokteran. Diantara prestasinya adalah:

1) Ia adalah ilmuan yang pertama kali menemukan cara pengobatan dengan menyuntikkan obat di bawah kulit.

2) Menciptakan alat bantu pernafasan dari emas dan perak yang dimasukkan ke kerongkongan.

3) Ia sangat ahli di bidang kedokteran, misalnya ia menemukan adanya cacing Ancylostoma, cacing filaria penyebab penyakit gajah, pengobatan penyakit antrak (malignan anthrax).

e. Tsabit bin Qurah

Nama lengkapnya Abu al-Hasan bin MarwanTsabit bin Qurah al-Harrani. Dia dilahirkan di Harran pada tahun 221 H (836 H).

Tsabit adalah seorang penerjemah yang menguasai bahasa Arab, Suryani, Yunani, dan Ibrani. Tsabit banyak mengarang buku dalam bidang astronomi, matematika, filsafat, dan geografi. Az-Zarkali menyatakan bahwa Tsabit menulis 150 buku dalam berbagai disiplin ilmu.

Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak ilmuan muslim lainya yang pemikirannya menjadi landasan perkembangan ilmu pengetahuan Barat pada masa modern. Diantara para ilmuan tersebut adalah Abu Bakar al-Razi, Al-Battani, Abu al-Qasum Al- Zahrawi, Abu al-Wafa‟ al-Buzjani, Ibnu Yunus al-Mishri, al-Hasan ibn al-Haitsam, Abu al-Raihan al-Biruni, Ibnu Rusyd, Umar al-Khayyam, dan lain-lain.

C. Kemajuan IPTEK Sebagai Tantangan Umat Islam Masa

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 149-153)