• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ekonomi Islam

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 179-183)

1. Pengertian Sistem Ekonomi Islam

Dalam buku Teori dan Praktik Ekonomi Islam, M.A. Manan (1993:19) menyatakan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Sementara itu, Halide berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ekonomi Islam ialah kumpulan dasar- dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Qur‟an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (Ali, 1988:3).

Sebagian pakar ekonomi Islam mengistilahkan dasar-dasar itu dengan istilah “Mazhab Ekonomi Islam.” Sementara pakar ekonomi yang lain mengistilahkannya dengan “bangunan perekonomian yang didirikan di atas landasan dasar-dasar yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa” (Ahmadi, 1980:14).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al- Qur‟an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa tertentu.

Menurut Halide, pendekatan Islam dalam masalah ekonomi berbeda dengan pendekatan kebijakan ekonomi yang berasal dari Barat, karena kebijakan ekonomi Barat berdasarkan perhitungan meterialistik dan sedikit sekali memasukkan pertimbangan moral agama. Pendekatan Islam dalam ekonomi, antara lain:

1. Konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang perlu dan bermanfaat bagi kehidupan manusia

2. Alat pemuas dan kebutuhan manusia harus seimbang.

3. Dalam pengaturan distribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai- nilai moral harus ditegakkan

4. Pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat bahwa sumber kekayaan seseorang yang diperoleh berasal dari usaha yang halal

5. Zakat sebagai sarana distribusi pendapatan dan peningkatan taraf hidup golongan miskin merupakan alat yang ampuh (Ali, 1986:5).

2. Nilai Dasar dan Instrumental Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam sebagai implikasi dari asas filsafat tauhid ada tiga, yaitu:

a. Kepemilikan

Kepemilikan oleh manusia bukanlah penguasaan mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi, sebab sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia adalah milik Allah. Manusia hanya berhak mengurus dan memanfaatkannya sesuai dengan aturan Allah. Kepe- milikan perorangan tidak boleh meliputi sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak, tetapi menjadi milik umum atau negara. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud berikut ini:

َنوُمِلْسُمْلا « ُءاَكَرُش

ٍثَلاَث ِف ِلَكْلا ِف

ِءاَمْلاَو ِراَّنلاَو »

“Semua orang berserikat (memiliki kepemilikan bersama) dalam tiga hal, yaitu:

rumput, air, dan api.”

Ketiga sumber daya alam itu kini dikiaskan pada minyak dan gas bumi, barang tambang, dan kebutuhan pokok lainnya.

b. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi berbagai aspek tingkah laku ekonomi seorang Muslim. Asas keseim- bangan ini, misalnya, terwujud dalam kesederhanaan, hemat, dan menjauhi pemborosan.

ِذَّلاَو َني اَذِإ اوُقَفْ نَأ

َْل اوُفِرْسُي َْلَو اوُرُ تْقَ ي َناَكَو َْيَ ب َكِلَذ اًماَوَ ق

“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih- lebihan dan tidak (pula) kikir. Adalah (pembelanjaan ideal itu) di tengah-tengah antara yang demikian itu” (Q.S. al-Furqan:67).

Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat, keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

c. Keadilan

Keadilan harus diterapkan di semua bidang ekonomi dalam proses produksi, konsumsi maupun distribusi. Selain itu, keadilan juga harus menjadi alat pengatur efisiensi dan pemberantas pem- borosan.

اَذِإَو اَنْدَرَأ ْنَأ َكِلْهُ ن ًةَيْرَ ق اَنْرَمَأ اَهيِفَرْ تُم اوُقَسَفَ ف اَهيِف

َّقَحَف اَهْ يَلَع ُلْوَقْلا اَهاَنْرَّمَدَف

اًيرِمْدَت

“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu” (Q.S. al-Isra’:16).

Keadilan juga berarti kebijaksanaan dalam mengalokasikan sejumlah kecil kegiatan ekonomi tertentu bagi orang yang tidak mampu memasuki pasar, yaitu melalui zakat, infak, dan sedekah kepada orang miskin, yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.

Ketiga nilai dasar ekonomi Islam itu, menurut Saefuddin (dalam Ali, 1988:17), merupakan pangkal nilai-nilai instrumental dari sistem ekonomi Islam

yang berjumlah lima, yaitu: zakat, larangan riba, kerjasama, jaminan sosial, dan peranan negara. Kelima nilai instrumental strategis ini mempengaruhi tingkah-laku ekonomi seorang Muslim, masyarakat, dan pembangunan ekonomi pada umumnya (Ali, 1988:9).

3. Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dengan Sistem Ekono- mi Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis

Jika dipandang semata-mata dari tujuan dan prinsip ekonomi, maka tidak ada perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lain. Sebab menurut Daud Ali, semua sistem ekonomi, termasuk sistem ekonomi Islam, memiliki tujuan yang sama, yaitu mengupayakan pemuasan atas berbagai keperluan hidup, baik hajat hidup pribadi maupun hajat hidup masyarakat secara keseluruhan. Di samping itu, setiap sistem ekonomi bekerja di atas motif ekonomi yang sama, yaitu berusaha mencapai hasil sebesar- besarnya dengan tenaga dan ongkos seminim-minimnya.

Namun jika dilihat dari perbedaan keperluan hidup yang harus dipenuhi, terdapat perbedaan dalam upaya mencapai tujuan, terutama dalam pelaksanaan prinsip ekonomi. Karena perbedaan- perbedaan itu pula, muncul beragam sistem ekonomi yang mempe- ngaruhi pemikiran dan kegiatan ekonomi manusia sekarang ini, yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Disamping dua sistem itu, kini sedang dikembangkan sistem ekonomi Islam.

Sistem ekonomi Islam sangat berbeda dari ekonomi kapitalis maupun sosialis. Ekonomi Islam juga tidak berada di antara keduanya, karena ia sangat bertolak-belakang dengan sistem ekonomi kapitalis yang lebih bersifat individual, dan sistem ekonomi sosialis yang memberikan hampir semua tanggung-jawab kepada warganya.

Ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta penentuan yang boleh dan tidak boleh ditransaksikan.

Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan terlepas dari sistem-sistem ekonomi lainnya. Adapun yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem-sistem ekonomi lainnya, sebagaimana diungkapkan oleh Suroso (dalam Lubis, 2000 :15), adalah:

1. Asumsi dasar dan norma pokok dalam proses maupun interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Asumsi dasar sistem ekonomi Islam adalah syariat Islam. Syariat Islam diberlakukan secara menyeluruh terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, pengusaha dan pemerintah di dalam upaya mereka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk kebutuhan jasmani mapun rohani. Perintah agar melaksanakan ajaran Islam dalam seluruh kegiatan umat Islam dapat dilihat dalam Q.S. al-Baqarah :208.

2. Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. Hal ini dapat dilihat ketentuannya dalam Q.S. al-Rum:41.

3. Motif ekonomi Islam adalah mencari keseimbangan antara dunia dan akhirat dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.

Persoalan motif ekonomi menurut pandangan Islam dapat dilihat ketentuannya dalam Q.S. al-Qashash:77.

B. Respon Islam Atas Transaksi Ekonomi Modern

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 179-183)