• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan dan Ruang Lingkup Akhlak dalam Islam

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 127-132)

Akhlak merupakan fondasi dasar karakter diri manusia. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang menempatkan posisi akhlak sebagai pemelihara eksistensi manusia. Akhlaklah yang membedakan karakter manusia dengan makhluk lainnya. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat sebagai hamba Allah yang paling terhormat.

Sebagaimana firmannya dalam surat At Tiin:4-6.

َْدَقَل اَنْقَلَخ َ

ََناَسْنِلإا َ

َِْف َ

َِنَسْحَأ َ

ٍَْيِوْقَ ت َ

َ

( 4

ََ

)

َ َُّث

َُهاَنْدَدَر

ََلَفْسَأ َ

ََْيِلِفاَس َ

َ

( 5

َ

)

ََّلِّإ

ََنْيِذَّلا َ

َ

اوُنَماَء

َْاوُلِمَعَو َ

ََِلاَّصلا َ

َِ ا

َْمُهَلَ ف َ

ٌَرْجَأ َ

َُرْ يَغ َ

ٍَنْوُ نَْمَ َ

َ

( 6

َ

)

"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya".

Perhatian Islam terhadap pentingnya akhlak, dapat dikaitkan dengan muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya, sangat berkaitan erat dengan amal shaleh. Iman yang tidak disertai dengan amal shaleh dapat disebut sebagai kemunafikan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Baqarah:8-9.

“Dan di antara manusia itu ada orang yang mengatakan:kami beriman kepada Allah dan hari akhir, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang yang beriman” (Q.S. Al-Baqarah:8-9).

Pentingnya akhlak sebagai manifestasi dari iman juga ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW.

َُلَمْكَأ

ََْيِنِمْؤُمْلا َ اًناَْيِْإ َ

َْمُهُ نَسْحَأ َ اًقُلُخ َ

َ

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Ahmad)

Akhlak dalam perspektif Islam merupakan mustika kehidupan yang menghantarkan kesuksesan seorang muslim. Sebagaimana kesuksesan para Nabi dan Rasul Allah dalam menjalani kehidupan di dunia, mengemban tugas, fungsi dan risalahNya, tidak dapat dilepaskan dari akhlak. Aisyah R A. Ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab:

106

ََناَك

َُوُقُلُخ َ

ََنآْرُقْلا َ

“Akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur’an” (H.R. Imam Ahmad).

Tasmara (2001) menyatakan bahwa Nabi Muhamad SAW memiliki akhlak yang sangat agung yang terlihat dari ucapan dan tindakannya. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang yang shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (cerdas).

Dari sekian keagungan akhlak yang dimiliki Rasulullah SAW, apabila salah satunya bisa diikuti dan diteladani oleh setiap muslim, niscaya akan mendatangkan kebaikan. Hal ini juga berlaku ketika generasi muda muslim dapat mengikuti semua akhlak dan perilaku Rasulullah akan lebih mendatangkan kebaikan dan kemanfaatan bagi tegaknya syiar Islam.

Akhlak dalam Islam memiliki nilai yang mutlak, karena persepsi antara akhlak baik dan buruk memiliki nilai yang dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun (Syafri, 2012). Bahkan akhlak, menjadi modal awal pembangunan masyarakat. Sebagai contoh, kemuliaan akhlak Rasulullah SAW secara historis telah memberikan kontribusi pada kemajuan peradaban masyarakat Arab, dari fanatisme etnis menjadi fanatisme keagamaan secara luas.

Melalui pendidikan akhlak Rasulullah, lahirlah manusia-manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia, seperti Abu Bakar yang pemberani, teguh pendirian, penyabar, dan Usman bin Affan yang dermawan.

2. Ruang Lingkup Akhlak Islam

Al-Qur‟an dan hadis mengandung banyak ajaran tentang akhlak. Bila diklasifikasikan, akhlak Islam dapat dibagi menjadi tiga bagian: akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.

a. Akhlak kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah pada prinsipnya merupakan penghambaan diri secara total kepada-Nya. Sebagai makhluk yang dianugerahi hati dan akal, seorang muslim wajib menempatkan diri pada posisi yang tepat, yakni sebagai penghamba, dan menempatkan Allah sebagai Zat Yang Maha Kuasa serta satu-satunya Zat yang kita pertuhankan.

Beberapa bentuk perbuatan yang merupakan akhlak terpuji kepada Allah SWT, antara lain:

107

1) Menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya

Ketaatan dalam melaksanakan segala perintah dan mening- galkan segala larangan-Nya bukanlah ketaatan yang berlaku secara temporer, melainkan berlaku secara konstan di manapun dan kapanpun serta dalam keadaan bagaimanapun. Ketaatan dalam melaksanakan kewajiban dan meninggalkan segala yang dilarang sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia, yakni untuk mengabdi kepadaNya.

2) Mensyukuri nikmat-nikmat-Nya

Bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat adalah sebuah keniscayaan bagi manusia. Perbuatan ini merupakan suatu bentuk akhlak kepada Allah yang harus ditegakkan dalam rangka mengabdikan diri secara total kepada-Nya. Hal ini secara langsung diperintahkan Allah dalam al-Qur‟an.

اوُرُكْشاَو

ََةَمْعِن َ

َ

َِوَّللا

َْنِإ َ

َْمُتْنُك َ

َُهاَّيِإ َ

ََنوُدُبْعَ ت َ

“Syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (Q.S. al- Nahl:114).

3) Tawakal

Tawakal kepada Allah berarti berserah diri dan mempercayakan diri kepada-Nya. Tawakal bukan berarti berserah diri tanpa ikhtiar.

Justru sebaliknya, tawakal itu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam hati, dan diwujudkan melalui ikhtiar lahiriah dengan seluruh kemampuan yang dimiliki dengan keyakinan Allah akan memberikan pertolongan kepadanya. Untuk memperjelas makna tawakal, dalam sebuah hadis Rasul Allah SAW menyatakan:

َْوَلَ

َْمُكَّنَأ

َْمُتْنُك َ

ََنوُلَّكَوَ ت َ ىَلَع َ

َ

َِوَّللا

ََّقَح َ

َِوِلُّكَوَ ت َ

َْمُتْ قِزُرَل َ اَمَك َ

َُقَزْرُ ت َ

َُرْ يَّطلا َ وُدْغَ ت َ اًصاَِخِ َ

َ

َُحوُرَ تَو اًناَطِب َ

"Jikalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki yang diberikan kepada burung, pagi hari perutnya kosong dan sore hari penuh makanan” (HR. Ahmad, Nasa'i, Turmudzi, dan Hakim).

b. Akhlak kepada Rasulullah SAW

Salah satu pokok akhlak yang mulia yang harus kita tegakkan dalam rangka penghambaan diri secara total kepada Allah adalah mengikuti jejak Rasul Allah SAW. Allah berfirman:

َْلُق

َْنِإ َ

َْمُتْنُك َ

ََنوُّبُِتُ َ

ََوَّللا َ

َِنوُعِبَّتاَف َ

َُمُكْبِبُْيُ َ

َُوَّللا َ

ََ يَو َ

َْرِفْغ

َْمُكَل َ

َْمُكَبوُنُذ َ

َُوَّللاَو َ

ٌَروُفَغ َ

ٌَميِحَر َ

108

"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu! Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Ali Imran:31).

Implementasi dari mengikuti perilaku Rasul Allah SAW berarti menempatkan beliau sebagai manusia pilihan Allah, membenarkan kerasulannya, membenarkan risalah yang dibawanya, dan menjadikan beliau sebagai panutan dan teladan dalam menjalani kehidupan.

c. Akhlak Kepada Sesama Manusia 1) Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal saleh yang mulia, bahkan perbuatan ini sangat utama di sisi Allah SWT. Begitu tinggi martabat orang tua menurut Islam tergambar dari sabda Nabi SAW berikut ini:

َ َلَِإَ ُّبَحَأَ ِلَمَعْلاَُّىَأ

َِوَّللا

َ َلاَق َ

َاَهِتْقَوَىَلَعَُةَلاَّصلا َ«

اَقَُّىَأََُّثَ َلاَق َ.َ»

َ َل

َُّرِبََُّث َ«

َِنْيَدِلاَوْلا

َ َلاَقَُّىَأََُّثََلاَق َ.َ»

َِوَّللاَ ِليِبَسَ ِفَُِداَهِْلْا َ«

.َ»

Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasul Allah SAW, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab: “Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali: “Kemudian apa?” Beliau kembali menjawab,

“Berbakti kepada orang tua.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah’” (HR. Bukhari).

Orang tua, ayah dan ibu merupakan orang yang sangat berjasa dalam hidup kita karena telah mengasuh, merawat, mendidik kita mulai dari sebelum lahir, lahir hingga dewasa dengan cinta dan kasih sayang yang tulus. Oleh karena itu, Islam mengecam anak yang durhaka kepada orang tua. Rasul Allah SAW menghubungkan perbuatan tercela ini dengan syirik. Dalam hadis riwayat Abi Bakrah, beliau bersabda:

َ(

لّأ

َ مكئبنأ

َ بركأب

َ رئابكلا

َ

َ.َ) انلق

َ ىلب

َاي

َ لوسر

َ للها

َ لاق

َ

َ(

كارشلإا

َ للهاب

َ قوقعو

َ

نيدلاولا )

“Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari).

Salah satu contoh perilaku durhaka anak terhadap orang tua adalah membuat orang tua menangis. Ibnu „Umar menegaskan,

109

“Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar”

(HR. Bukhari). Allah bahkan menegaskan dalam Q.S. al-Isra‟ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang, apalagi yang lebih dari itu.

2) Menghormati yang Tua, Menyayangi yang Muda

ََسْيَل َ«

َ اَّنِم

َْنَم َ

َْلَ ََ

َْمَحْرَ ي اَنَيرِغَص َ

َِرْعَ يَو َ

َْف

ََفَرَش َ اَنِيرِبَك َ

َ .»

"Tidak termasuk golongan kita orang yang tidak menyayangi kaum muda dan tidak menghormati kaum tua” (HR. Ahmad dan Turmudzi).

Hadis di atas secara tegas menunjukkan bahwa Islam mengajarkan agar kaum tua senantiasa menyayangi dan memberikan pendidikan yang positif terhadap kaum muda. Sebaliknya kaum muda seharusnya bersikap hormat pada kaum tua.

3) Menghormati Tetangga

Islam juga mengajarkan akhlak yang perlu dibina dalam lingkungan tetangga. Tetangga merupakan lingkungan yang terdekat dengan tempat tinggal di mana kita berada, yang merupakan pihak yang lebih cepat dapat memberikan pertolongan apabila terjadi kesulitan. Allah berfirman:

اوُدُبْعاَو

ََوَّللا َ

ََلَّو َ اوُكِرْشُت َ

َ

َِوِب اًئْيَش َ

َِنْيَدِلاَوْلاِبَو َ اًناَسْحِإ َ

يِذِبَو َ

ََبْرُقْلا َ ىَماَتَيْلاَو َ

َ

َِيِكاَسَمْلاَو

َِراَْلْاَو َ

َ يِذ

ََبْرُقْلا َ

َِراَْلْاَو َ

َِبُنُْلْا َ

َِب ِحاَّصلاَو َ

َِبْنَْلْاِب َ

َِنْباَو َ

َِليِبَّسلا َ

َ

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Berbuat baiklah kepada kedua ibu-bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan kerabat, dan teman dalam perjalanan (Q.S. al-Nisa' :36).

d. Akhlak terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan mencakup bagaimana memper- lakukan hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa yang juga merupakan makhluk ciptaan Allah. Di dalam Al-Qur‟an ditegaskan bahwa untuk mencegah terjadinya dampak negatif berupa kerusakan lingkungan (fisik maupun non fisik), maka manusia dalam berpikir dan berbuat hendaknya berpegang kepada prinsip ”ihsan”

yaitu selalu berorientasi kepada yang paling baik, benar, dengan senantiasa mengharap keridhaan dari Allah SWT.

110

Dalam dokumen Konsep Ketuhanan dalam Islam - Repository UM (Halaman 127-132)