• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 139-156)

BELANJA NEGARA

3.2. Belanja Pemerintah Pusat

3.2.1. Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2018-2022 dan Rencana

3.2.1.1. Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut

Organisasi

Anggaran belanja pemerintah pusat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:

(1) anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran (BA) Kementerian Negara/Lembaga (K/L); dan (2) anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) atau belanja non-K/L.

Pada tahun 2018, belanja K/L memiliki porsi sebesar 58,2 persen dari belanja pemerintah pusat, sedangkan untuk belanja non-K/L porsinya adalah sebesar 41,8 persen. Pada tahun 2021, sesuai dengan Perpres Nomor 113 Tahun 2020, porsi terbesar dalam belanja pemerintah pusat masih pada belanja K/L yaitu sebesar 52,8 persen, sedangkan sebesar 47,2 persen adalah belanja non-K/L. Pada tahun 2022, ditengah konflik geopolitik 8. Meningkatkan sinkronisasi dan penajaman

belanja bantuan pemerintah;

9. Mengantisipasi dan memitigasi risiko fiskal dalam pelaksanaan APBN, bencana, dan kegiatan mendesak lainnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut BPP dalam APBN tahun anggaran 2023 dialokasikan sebesar Rp2.246.457,9 miliar. Anggaran tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan program-program prioritas antara lain sebagai berikut: (1) Meningkatkan akses pendidikan pada seluruh jenjang pendidikan melalui perluasan wajib belajar dan bantuan pendidikan (PIP, KIP Kuliah); (2) Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta (a.l dengan penguatan pelayanan kesehatan primer dan sekunder, peningkatan upaya promotif-preventif, dan peningkatan manfaat program JKN); (3) mempercepat penurunan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan pembangunan SDM jangka Panjang antara lain melalui perbaikan data dan targeting Perlinsos melalui Registrasi sosial ekonomi;

(4) memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan utang;

(5) menjaga stabilitas dan daya beli masyarakat khususnya golongan miskin dan rentan melalui pemberian subsidi; (6) mengakselerasi

1.455,3 1.496,3 1.833,0 2.000,7 2.370,0 2.246,5

15,0 2,8 22,5

9,2 18,5

(5,2)

2018 2019 2020 2021 Outlook 2022 APBN 2023

GRAFIK 3.2

PERKEMBANGAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT 2018-2023

(triliun rupiah)

BPP Growth Sumber: Kementerian Keuangan

pembangunan infrastruktur dasar untuk pemenuhan layanan dasar; dan (7) menyediakan fiscal buffer untuk mengantisipasi dan mitigasi risiko fiskal dalam pelaksanaan APBN.

Perkembangan belanja pemerintah pusat secara detil dapat dilihat dalam Grafik 3.2.

yang mengakibatkan kenaikan harga-harga komoditas dunia, terdapat perubahan APBN untuk menjaga daya beli masyarakat melalui pemberian subsidi dan kompensasi BBM dan listrik yang mengakibatkan persentase belanja non-K/L (58,9 persen) lebih besar dari belanja K/L (41,1 persen).

Belanja Pemerintah Pusat dalam APBN tahun anggaran 2023 dialokasikan sebesar Rp2.246.457,9 miliar yang terdiri dari belanja K/L sebesar Rp1.000.844,7 miliar dan belanja non-K/L sebesar Rp1.245.613,1 miliar. Belanja non-K/L dialokasikan cukup besar untuk mengantisipasi ketidakpastian kondisi global yang terjadi. Secara lengkap rincian BPP tahun 2022 dan tahun 2023 dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

3.2.1.1.1 Belanja Kementerian/Lembaga Sebagai bagian dari APBN dan merupakan salah satu instrumen utama penggerak kebijakan fiskal di bidang belanja negara, Pemerintah berkomitmen menempatkan Belanja Kementerian/Lembaga (Belanja K/L) untuk melindungi masyarakat dan sebagai pengungkit perekonomian Indonesia di tengah kondisi yang dipenuhi ketidakpastian.

Sebagai salah satu instrumen yang sangat penting bagi Pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pembangunan, Belanja K/L

diarahkan pemanfaatannya antara lain untuk meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Dengan mempertimbangkan bahwa sumber pendanaan Belanja K/L dalam kapasitas cukup terbatas, namun di sisi lain pemenuhan kebutuhan minimum operasional pemerintahan dan dukungan terhadap program dan kegiatan prioritas dan strategis harus dapat dipastikan dukungan pendanaannya dan berkelanjutan, maka Pemerintah juga selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas belanja untuk mendorong pengelolaan belanja agar dapat dilakukan secara lebih efisien, efektif dan ekonomis, yang dapat memberikan dampak yang optimal terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, belanja K/L tahun 2021 adalah sebesar Rp1.190.813,3 miliar. Pada penyusunan belanja K/L dalam APBN tahun 2021, Pemerintah memperkirakan bahwa momen pemulihan ekonomi akan segera bangkit pada tahun 2021. Namun demikian, dalam perjalanannya di tahun 2021 muncul varian baru Covid-19 yaitu varian Delta yang berpotensi menghambat akselarasi pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, Pemerintah telah menempuh kebijakan meningkatkan dukungan untuk penanganan kesehatan serta pemberian perlindungan sosial kepada masyarakat.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, pada tahun

Uraian Outlook 2022 APBN 2023

Belanja K/L 1.032,5 1.000,8 Belanja Non-K/L 1.337,5 1.245,6 Jumlah 2.370,0 2.246,5

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 3.1

Belanja Pemerintah Pusat 2022-2023 (triliun rupiah)

2021 Pemerintah melakukan kembali kebijakan refocusing dan realokasi anggaran.

Beberapa faktor yang memengaruhi realisasi belanja K/L tahun 2021 antara lain:

(1) Peningkatan pagu belanja K/L untuk mendukung penanganan Covid-19 dan berbagai program pemulihan ekonomi nasional (PC PEN) di bidang kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L dan juga bantuan pelaku UMKM. Tambahan belanja di bidang kesehatan utamanya untuk program vaksinasi, biaya perawatan pasien covid, insentif nakes, serta dukungan sarpras di Rumah Sakit. Tambahan belanja di bidang perlindungan sosial utamanya untuk Program Kartu Sembako, Bantuan Sosial Tunai, Bantuan Sembako PPKM, Bantuan Subsidi Upah, serta Bantuan Subsidi Kuota Internet; (2) Dilakukan kebijakan realokasi dan refocusing belanja K/L sebagai upaya untuk mendukung program penanganan dampak pandemi Covid-19, termasuk tidak dibayarkannya komponen tunjangan kinerja dalam pemberian Gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya; (3) Perubahan pagu yang bersumber antara lain dari PNBP/BLU, pinjaman, serta hibah yang melebihi target.

Pada tahun 2022, outlook belanja K/L dialokasikan sebesar Rp1.032.478,8 miliar dan secara umum penyerapannya diarahkan untuk lebih efisien, efektif, produktif dan bermanfaat nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan, mendukung pelaksanaan reformasi struktural di bidang pembangunan sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial, menyelesaikan pembangunan infrastruktur strategis yang terkait dengan pelayanan dasar dan mendukung produktivitas, dan mendukung reformasi birokrasi dalam rangka pelayanan publik.

Pemanfaatan secara khusus, belanja K/L

dimanfaatkan Pemerintah untuk keperluan percepatan, pemulihan dan reformasi dampak pandemi dan ketidakpastian global, seperti penguatan penanganan pandemi (antara lain percepatan vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunal dan memitigasi kemungkinan keberlanjutan pandemi), mempercepat upaya pemulihan ekonomi nasional (keberlanjutan program Pemulihan Ekonomi Nasional/

PEN) dan peningkatan efektivitas reformasi.

Terkait dengan hal ini, dalam Sidang Kabinet Paripurna tanggal 17 November 2021, Presiden memberikan arahan untuk dilakukan suatu langkah strategis pada tahun 2022 dalam rangka mitigasi dampak berlanjutnya dan memburuknya kondisi pandemi Covid-19, yaitu dengan melakukan pencadangan anggaran (automatic adjustment) sebesar 5 persen pada tiap Kementerian/Lembaga (K/L).

Selanjutnya, dengan memerhatikan adanya peningkatan ketidakpastian perekonomian global yang berdampak pada perekonomian domestik, Pemerintah perlu mengantisipasi agar momentum pemulihan ekonomi nasional tidak terganggu. Kebijakan yang ditempuh adalah dengan melakukan penambahan kembali automatic adjustment (pencadangan anggaran) pada semua K/L, yang dapat dilakukan terhadap Belanja Barang dan Belanja Modal yang belum direalisasikan/dikontrakkan.

Selama periode 2018–2022, belanja K/L mengalami pertumbuhan rata-rata 6,84 persen dari Rp846.561,6 miliar pada tahun 2018 dan diproyeksikan sebesar Rp1.032.478,8 miliar dalam outlook tahun 2022. Selama periode 2018–2022, belanja K/L sebagian besar dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan daya saing, meningkatkan dan memperlancar kegiatan perekonomian, memberikan perlindungan sosial sebagai perwujudan keadilan bagi

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, menciptakan rasa aman bagi masyarakat, dan menyelesaikan pembangunan infrastruktur strategis yang terkait dengan pelayanan dasar dan mendukung produktivitas.

Beberapa kebijakan strategis yang dilaksanakan dalam periode 2018–2022 antara lain:

(1) perubahan skema pemberian bantuan pangan, dari subsidi menjadi bantuan sosial pangan non-tunai (BPNT)/Kartu Sembako melalui Kementerian Sosial;

(2) peningkatan indeks bantuan program PKH; (3) penambahan target PBI program JKN menjadi 96,8 juta jiwa dan penyesuaian besaran iuran; (4) percepatan pembangunan sarana dan prasarana bidang pendidikan, yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; (5) percepatan pembangunan infrastruktur konektivitas dan layanan dasar;

(6) pengembangan food estate; optimalisasi pemanfaatan TIK untuk mempermudah delivery service dan mendukung aktivitas perekonomian; (7) pengembangan 5 destinasi pariwisata super prioritas (DPSP); dan (8) pengadaan/pemeliharaan alat utama sistem persenjataan khusus (Almatsus) TNI dan Polri.

Disamping itu, dalam rangka meningkatkan dan menjaga efisiensi dan efektivitas belanja K/L, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya: (1) mendukung reformasi birokrasi sejalan dengan pola kerja baru yang lebih efisien dengan tetap mempertahankan produktivitas dan meningkatnya kualitas pelayanan kepada publik; (2) efisiensi belanja barang operasional dan belanja non-prioritas sejalan dengan pola kerja baru dan optimalisasi pemanfaatan TI;

(3) mendukung pendanaan dalam rangka pembangunan dan penyelesaian proyek

strategis nasional prioritas untuk pelayanan dasar dan meningkatkan produktivitas secara selektif; dan (4) mendorong pelaksanaan integrasi data penerima manfaat program perlinsos secara bertahap.

Selanjutnya, terkait dengan output prioritas pada beberapa bidang pembangunan periode 2018–

2022 antara lain sebagai berikut. Pembangunan bidang kesehatan dilakukan melalui berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan kehidupan manusia.

Pemerintah berkomitmen untuk memberikan pelayanan dari bayi dalam kandungan hingga lansia antara lain melalui pelayanan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan deteksi dini penyakit, serta layanan kesehatan bagi lansia.

Pemerintah juga melaksanakan program JKN untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Selama periode 2018–2022, output prioritas bidang kesehatan, antara lain: (1) cakupan peserta PBI sebanyak 92,3 juta jiwa pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 96,8 juta jiwa pada tahun 2022;

(2) layanan pengendalian penyakit tuberculosis (TB) sebanyak 483 layanan pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 145 layanan pada tahun 2022; (3) penugasan khusus tenaga kesehatan secara individu sebanyak 3.835 orang pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 4.000 orang pada tahun 2022; (4) penugasan khusus tenaga kesehatan secara tim sebanyak 810 orang pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 1.200 orang pada tahun 2022; dan (5) pengujian sampel obat, obat tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan sebanyak 59.153 sampel pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 60.340 sampel pada tahun 2022.

Selanjutnya, program-program pada bidang perlindungan sosial yang telah dilaksanakan

oleh Pemerintah bertujuan agar masyarakat dapat menjangkau kebutuhan dasar, menjaga daya beli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa output prioritas selama periode 2018–2022 antara lain: (1) jumlah penerima Rastra sebanyak 5,3 juta KPM dan BPNT sebanyak 10,1 juta KPM pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 18,8 juta KPM pada tahun 2022 melalui Kartu Sembako;

(2) penerima bantuan PKH sebanyak 10 juta KPM sejak tahun 2018; dan (3) pelaksanaan bantuan sosial untuk mendukung kebijakan PC PEN sebagai bantalan (safety net) bagi masyarakat miskin dan rentan untuk bertahan di situasi pandemi melalui bansos tunai kepada 10 juta KPM dan bantuan sembako PPKM kepada 5,9 juta KPM pada tahun 2021 dan pelaksanaan bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng kepada 20,7 juta penerima di tahun 2022.

Sementara itu, pembangunan bidang pendidikan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan mutu dan akses pendidikan, serta meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia. Pembangunan SDM Indonesia merupakan modal utama pembangunan nasional dan menjadi faktor yang penting untuk menuju Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Beberapa output prioritas pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi selama periode 2018–2022, antara lain: (1) siswa yang mendapatkan PIP sebanyak 18,7 juta siswa pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 17,9 juta siswa pada tahun 2022, (2) mahasiswa penerima KIP Kuliah sebanyak 912,5 ribu mahasiswa pada tahun 2020 dan ditargetkan sebanyak 780 ribu mahasiswa pada tahun 2022, (3) guru non-PNS yang menerima tunjangan profesi sebanyak 215,6 ribu orang pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak

264,0 ribu orang pada tahun 2022, dan (4) bantuan kuota internet bagi 35,6 juta orang pada tahun 2020 dan sebanyak 27,7 juta orang pada tahun 2021. Sedangkan pada Kementerian Agama, output prioritasnya antara lain: (1) siswa yang mendapatkan PIP sebanyak 1,7 juta siswa pada tahun 2018 dan ditargetkan 2,2 juta siswa pada tahun 2022, (2) mahasiswa penerima bidik misi/KIP Kuliah sebanyak 25,5 ribu mahasiswa pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 67,8 ribu mahasiswa pada tahun 2022, (3) guru non-PNS yang menerima tunjangan profesi sebanyak 273,1 ribu orang pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 290,0 ribu orang pada tahun 2022, dan (4) bantuan kuota internet bagi 6,76 juta orang pada tahun 2020 dan sebanyak 4,2 juta orang pada tahun 2021.

Percepatan dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia masih menjadi fokus utama pemerintah sejak beberapa tahun terakhir, utamanya infrastruktur penggerak ekonomi dan pelayanan dasar dalam rangka menjaga momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi digital, Pemerintah juga akan terus mengembangkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung transformasi digital. Selain itu, keberlanjutan pembangunan infrastruktur konektivitas dan ketersediaan layanan transportasi yang memadai juga diharapkan dapat mendorong peningkatan kinerja investasi, termasuk pengembangan kawasan prioritas dan strategis (industri, pariwisata dan food estate). Anggaran pembangunan infrastruktur diarahkan pada proyek yang mendukung pengembangan ekonomi dan memberikan manfaat bagi pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi covid-19 di sektor pariwisata, transportasi, dan

industri yang berdampak terhadap penurunan indeks kemahalan logistik. Beberapa output prioritas bidang infrastruktur dari tahun 2018 - 2022 antara lain : (1) pembangunan rumah susun sebanyak 11.670 unit pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 4.055 unit pada tahun 2022; (2) pembangunan rumah khusus sebanyak 4.525 unit pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 6.168 unit pada tahun 2022; (3) pembangunan jalan sepanjang 796 km (jalan baru 766 km, jalan bebas hambatan 30 km) pada tahun 2018 dan ditargetkan sepanjang 549 km (jalan baru 537 km, jalan bebas hambatan 12 km) pada tahun 2022;

(4) pembangunan jembatan sepanjang 19.680 meter (jembatan baru 16.638 meter, flyover/

underpass/terowongan 3.042 meter) pada tahun 2018 dan ditargetkan sepanjang 27.087 m (jembatan baru 25.959 meter, flyover/underpass/

terowongan 1.128 meter) pada tahun 2022;

(5) pembangunan jalur kereta api sepanjang 351,25 km’sp pada tahun 2018 dan ditargetkan sepanjang 6.495 km s’p (kumulatif) pada tahun 2022; (6) pembangunan bandara baru di 3 lokasi pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 10 lokasi (kumulatif) pada tahun 2022;

(7) infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 89.727 SR pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 40.777 pada tahun 2022; (8) pembangunan BTS/lastmile di 404 lokasi pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 4.098 lokasi pada tahun 2022; dan (9) penyediaan akses internet di 1.668 lokasi pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 16.391 lokasi (termasuk fasilitas layanan kesehatan) pada tahun 2022.

Pembangunan bidang teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) diharapkan dapat menjamin tersedianya infrastruktur TIK, pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia, serta

tersedianya akses dan kualitas informasi publik.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan terus melaksanakan pembangunan infrastruktur TIK untuk mempercepat penuntasan target pembangunan dalam RPJMN. Beberapa output prioritas pembangunan TIK periode 2018–

2022 antara lain: (1) penyediaan BTS/

lastmile sebanyak 404 BTS pada tahun 2018 dan ditargetkan menjadi 4.098 BTS (kumulatif) pada tahun 2022; (2) penyediaan kapasitas satelit pada tahun 2019 sebesar 21 Gbps menjadi sebesar 25 Gbps pada tahun 2022;

(3) target utilisasi Palapa Ring pada tahun 2019 Barat: 26,3 persen, Tengah: 6,6 persen, Timur: 1,9 persen menjadi sebesar Barat: 45 persen, Tengah: 40 persen, Timur: 40 persen pada tahun 2022, (4) pembangunan Pusat Data Nasional pada tahun 2021 di 1 lokasi menjadi 2 lokasi pada tahun 2022; (5) Digital Talent Scholarship sebanyak 964 orang pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 200.000 orang pada tahun 2022; dan (6) literasi digital bagi 20.472 orang pada tahun 2018 dan ditargetkan 5.500.000 orang pada tahun 2022.

Pembangunan bidang ketahanan pangan merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian Pemerintah. Pemerintah berupaya untuk mewujudkan kemandirian pangan agar dapat memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, dan ekonomi. Pembangunan bidang ketahanan pangan dilaksanakan untuk peningkatan produktivitas komoditi pangan utama, baik pertanian maupun perikanan, dukungan penyediaan sarana dan prasarana, serta pengairan/irigasi. Beberapa output prioritas pembangunan ketahanan pangan periode 2018–2022 antara lain: : (1) Kawasan padi/

fasilitas penerapan budidaya padi seluas

1.215.853 Ha pada tahun 2018 menjadi seluas 3.443.625 Ha (kumulatif) pada tahun 2022;

(2) Kawasan jagung/fasilitas penerapan budidaya jagung seluas 2.830.650 Ha pada tahun 2018 menjadi seluas 3.556.672 Ha (kumulatif) pada tahun 2022; (3) Kawasan kedelai/fasilitas penerapan budidaya kedelai seluas 546.586 Ha pada tahun 2018 menjadi seluas 898.971 Ha (kumulatif) pada tahun 2022; (4) Kawasan bawang merah seluas 5.493 Ha pada tahun 2018 menjadi seluas 22.917 Ha (kumulatif) pada tahun 2022;

(5) jaringan irigasi tersier seluas 136.209 Ha pada tahun 2018 menjadi seluas 717.186 Ha (kumulatif) pada tahun 2022; (6) bantuan kapal perikanan sebanyak 562 unit pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 75 unit pada tahun 2022, (7) bantuan alat penangkapan ikan ramah lingkungan sebanyak 720 unit pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 1.000 unit pada tahun 2022; dan benih dan calon induk sebanyak 163,1 juta ekor pada tahun 2018 dan ditargetkan sebanyak 151,9 juta ekor pada tahun 2022.

Selanjutnya, Pemerintah terus mendorong peningkatan pembangunan bidang pariwisata.

Meskipun mengalami dampak yang cukup signifikan akibat pandemi Covid-19, aktivitas pariwisata perlu tetap dipersiapkan dan dikembangkan. Pembangunan bidang pariwisata merupakan pembangunan lintas K/L, antara lain: (1) Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan mendukung peningkatan infrastruktur dasar, konektivitas, dan peningkatan sarana hunian di daerah destinasi wisata; (2) Kementerian Parekraf/ Baparekraf melaksanakan berbagai kegiatan seperti pelatihan dan sertifikasi SDM pariwisata, promosi dan event, serta pelatihan bidang ekonomi kreatif; dan (3) Kementerian LHK mendukung dalam

Wisata Alam. Beberapa output prioritas bidang pariwisata pada periode 2018–2022 antara lain: (1) Kementerian PUPR antara lain:

(a) Penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sebesar 75 Ha antara lain KSPN Danau Toba, KSPN Wakatobi, KSPN Bromo-TenggerSemeru, dan KSPN Morotai;

dan (b) Penataan Kawasan Strategis/Prioritas seluas 53 Ha antara lain Kawasan Wisata Banyuwangi, Kawasan Wisata Toraja, Kawasan Kota Lama Kesawan Kota Medan, dan Kawasan Koridor Pedestrian Kota Surakarta;

(2) Kemenparekraf/Baparekraf antara lain:

(a) jumlah wisatawan mancanegara pada tahun 2018 sebanyak 15,8 juta orang dan ditargetkan pada tahun 2022 sebanyak 1,8 – 3,6 juta orang;

(b) jumlah produk pariwisata nasional pada tahun 2020 sebanyak 17 produk, 109 kegiatan MICE, dan 65 event dan ditargetkan pada tahun 2022 sebanyak 70 produk, 50 kegiatan MICE, dan 60 event; dan (c) jumlah tenaga kerja pariwisata pada tahun 2018 sebanyak 12,7 juta dan ditargetkan pada tahun 2022 sebanyak 14,7 juta.

Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan diharapkan dapat menjaga kestabilan keamanan dan ketertiban masyarakat serta menjaga pertahanan dan kedaulatan negara. Beberapa output prioritas, antara lain: (1) pengadaan amunisi kaliber kecil; (2) pengadaan Alpung, KRI, KAL, Matra Laut; (3) pemeliharaan/

perawatan/peningkatan pesawat terbang matra udara; (4) pemenuhan Alat Material Khusus (Almatsus); (5) penanganan dan penyelesaian tindak pidana umum; (6) penanganan dan penyelesaian tindak pidana narkoba.

Pada tahun 2023, berbagai tantangan masih dihadapi oleh Pemerintah baik dari sisi pembangunan maupun dari sisi fiskal. Tantangan pembangunan yang masih berpotensi dihadapi

antara lain ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 dengan ditemukannya varian baru, adanya tensi geopolitik yang sampai saat ini belum mereda berpotensi memperlambat perkembangan perekonomian global dan dalam negeri, terganggunya supply komoditas, dan berdampak pada lonjakan inflasi di tingkat global dan dalam negeri.

Sementara itu, dari sisi fiskal, tantangan lainnya yang masih dihadapi antara lain ruang fiskal yang terbatas dengan belum optimalnya aktivitas perekonomian. Disisi lain APBN harus tetap terjaga kredibilitas dan kesehatannya sebagai instrumen utama pengungkit perekonomian dengan design kebijakan APBN 2023 adalah optimis namun tetap waspada yang mampu mengendalikan defisit dibawah 3 persen dari PDB yaitu pada angka 2,84 persen. Dengan adanya berbagai tantangan dan arah kebijakan APBN tersebut, maka kebijakan belanja K/L pada tahun 2023 diarahkan pada langkah konsolidasi dan pendisiplinan fiskal dengan tetap meningkatkan produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Secara umum, kebijakan belanja K/L pada tahun 2023 diarahkan untuk: (1) meningkatkan kualitas belanja yang lebih efisien, efektif, dan produktif; (2) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang terampil, produktif, dan berdaya saing melalui peningkatan kualitas Pendidikan dan sistem Kesehatan, serta akselerasi reformasi sistem perlindungan sosial;

(3) melanjutkan pembangunan infrastruktur prioritas, khususnya pembangunan infrastruktur pendukung peningkatan pelayanan dasar dan transformasi ekonomi pada bidang energi, pangan, konektivitas, dan transportasi; (4) melanjutkan reformasi birokrasi dan penyederhanaan regulasi;

(5) mendukung pelaksanaan revitalisasi industri dengan mendorong hilirisasi untuk meningkatkan aktifitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi dan berbasis ekspor;

dan (6) mengembangkan ekonomi hijau dengan mengadaptasi teknologi hijau dan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Selain hal tersebut, terdapat beberapa hal khusus yang akan dilaksanakan pada tahun 2023, antara lain mendukung pembangunan IKN, mendukung persiapan pemilu, dan melanjutkan kebijakan automatic adjustment dengan tetap memperhatikan bahwa setiap belanja K/L harus memiliki kualitas belanja (spending better) yang efektif, efisien dan produktif serta memiliki multiplier effect terhadap perekonomian. Penerapan kebijakan spending better tersebut, antara lain dengan : (1) mendorong efektivitas dan pengendalian belanja pegawai dengan tetap menjaga daya beli dan konsumsi aparatur negara;

(2) melanjutkan reformasi birokrasi sesuai dengan cara kerja baru yang lebih efisien dan berbasis teknologi; (3) mendorong efisiensi belanja barang operasional dan belanja barang non-prioritas sejalan dengan pola kerja baru dan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi; (4) mendukung pendanaan dalam rangka penyelesaian proyek-proyek strategis dan prioritas secara selektif untuk meningkatkan produktivitas; (5) melanjutkan penyaluran bansos reguler seperti Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Program Indonesia Pintar, dan bantuan premi Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional; dan (6) mendorong percepatan reformasi sistem perlindungan sosial melalui perbaikan data sasaran menuju registrasi sosial ekonomi, integrasi program bantuan sosial, digitalisasi bantuan sosial, graduasi bantuan sosial, dan perlindungan sosial adaptif, termasuk bagi

Sebagaimana penerapan pada tahun-tahun sebelumnya, untuk tahun 2023 Pemerintah juga berfokus pada penguatan dukungan pendanaan untuk bidang-bidang prioritas pembangunan, antara lain:

1. Bidang Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang berdaya saing dan mampu beradaptasi pasca pandemi. Kebijakan bidang pembangunan Pendidikan 2023 antara lain:

• Meningkatkan akses pendidikan pada seluruh jenjang pendidikan melalui perluasan wajib belajar dan bantuan pendidikan (PIP, KIP Kuliah);

• Meningkatkan kualitas sarpras penunjang kegiatan pendidikan;

• Menguatkan link and match dengan pasar kerja;

• Mendukung pemerataan kualitas pendidikan melalui simplifikasi kurikulum, penguatan BOS Kinerja, program Guru Penggerak, dan transformasi tata kelola guru.

2. Bidang Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta. Kebijakan bidang pembangunan Kesehatan tahun 2023 antara lain:

• Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta (antara lain dengan penguatan pelayanan kesehatan primer dan sekunder, peningkatan upaya promotif- preventif, dan peningkatan manfaat program JKN);

• Mendukung inovasi dan pemanfaatan teknologi;

• Mempercepat penurunan prevalensi

• Mendukung kemandirian serta peningkatan mutu dan daya saing farmasi dan alat kesehatan.

3. Bidang Perlindungan Sosial diarahkan untuk mempercepat penurunan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan pembangunan SDM jangka panjang.

Kebijakan bidang pembangunan Perlindungan Sosial 2023 antara lain:

• Melakukan perbaikan data dan targeting Perlinsos melalui Registrasi sosial ekonomi;

• Mendukung penguatan graduasi dari kemiskinan;

• Mendukung penguatan perlinsos sepanjang hayat;

• Mendorong perlindungan sosial adaptif.

4. Bidang Infrastruktur diarahkan untuk pembangunan infrastruktur prioritas yang mendukung transformasi ekonomi dan sentra pertumbuhan baru. Kebijakan bidang pembangunan Infrastruktur Tahun 2023, antara lain:

• Mengakselerasi pembangunan infrastruktur dasar untuk pemenuhan layanan dasar;

• Mendukung pemerataan infrastruktur dan akses Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dalam rangka mendukung aktivitas ekonomi;

• Melanjutkan pembangunan infrastruktur pendukung transformasi ekonomi (antara lain energi, pangan, konektivitas, dan transportasi);

• Menyelesaikan Proyek Strategis Nasional dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) secara bertahap dan berkelanjutan.

5. Bidang Pangan diarahkan untuk

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 139-156)