• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah Tahun 2024–2026

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 127-132)

PENDAPATAN NEGARA

2.2 Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah Tahun 2024–2026

Kerangka fiskal jangka menengah diarahkan untuk mampu merespons dinamika perekonomian, menjawab tantangan struktural, dan mendukung pencapaian target pembangunan secara optimal. Selaras dengan hal tersebut, pengelolaan fiskal dalam jangka menengah senantiasa didorong agar efektif untuk menstimulasi perekonomian dan mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah-panjang.

Dalam jangka menengah, upaya reformasi struktural diharapkan dapat terus menopang perekonomian berada di jalur menuju Indonesia Emas 2045. Stabilitas makroekonomi yang terjaga dengan baik serta pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil akan menjadi kunci untuk mendorong ekosistem transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan transformasi ekonomi, diperlukan sumber pendapatan negara yang memadai. Upaya optimalisasi pendapatan ditempuh melalui reformasi perpajakan, dengan penerbitan UU HPP dalam rangka mendorong sistem perpajakan lebih sehat dan adil sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan perluasan basis pajak. Melalui implementasi UU HPP yang efektif, rasio perpajakan diharapkan akan meningkat. Pada sisi PNBP, Pemerintah akan mengoptimalkan PNBP melalui peningkatan inovasi layanan dan optimalisasi pengelolaan aset. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pendapatan negara pada jangka menengah diproyeksikan akan terus meningkat hingga

dapat mencapai 11,9–12,9 persen PDB pada tahun 2026 seiring dengan membaiknya perekonomian ke depan.

2.2.1 Proyeksi Penerimaan Perpajakan Jangka Menengah Tahun 2024–2026 Dalam jangka menengah 2024–2026, penerimaan perpajakan akan terus dioptimalkan sejalan dengan reformasi perpajakan yang tercantum dalam UU HPP . Kebijakan yang akan dilakukan Pemerintah tahun 2024–2026 terkait penerimaan perpajakan secara umum terdiri dari (1) kebijakan perpajakan untuk mendorong investasi dan daya saing; (2) peningkatan pengawasan dan kepatuhan wajib pajak; serta (3) pengendalian konsumsi masyarakat atas barang-barang yang mempunyai eksternalitas negatif. Upaya pemerintah untuk mendorong investasi dan daya saing dilakukan melalui kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk mendukung industrialisasi, ekspor, hilirisasi industri dalam negeri, serta pemberian insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis.

Kebijakan optimalisasi penerimaan perpajakan dilaksanakan dalam rangka mendorong peningkatan rasio perpajakan menjadi berkisar 9,8–10,7 persen terhadap PDB di tahun 2026 sebagaimana Grafik 2.16.

Penerimaan perpajakan dalam jangka menengah diperkirakan bersumber dari pajak yang mencapai 8,3–9,1 persen terhadap PDB pada tahun 2026. Dalam jangka menengah, PPh serta PPN dan PPnBM diperkirakan masih menjadi dua penyumbang terbesar dari penerimaan perpajakan. Secara pertumbuhan, PPh diproyeksikan terus meningkat seiring dengan asumsi pertumbuhan ekonomi jangka menengah, peningkatan basis pajak, serta penerapan core tax. Sementara itu, PPN dan PPnBM diproyeksikan juga akan tetap tumbuh

konsisten seiring dengan konsumsi masyarakat yang diperkirakan terus meningkat dan penyesuaian tarif PPN dalam jangka menengah.

PBB diproyeksikan juga tumbuh antara lain seiring dengan penambahan, pengembangan wilayah kerja dan pengembangan lapangan onstream, serta asumsi ICP yang relatif stabil.

Sementara itu, Pajak Lainnya diproyeksikan akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat dan diharapkan dapat mendorong kenaikan transaksi yang menggunakan bea meterai termasuk perekatan bea meterai elektronik.

Selanjutnya, proyeksi penerimaan perpajakan dari sektor kepabeanan dan cukai diperkirakan akan mencapai 1,5–1,6 persen terhadap PDB pada tahun 2026, didukung oleh penerimaan cukai sebagai kontributor terbesar. Penerimaan cukai diproyeksikan tetap tumbuh dipengaruhi oleh rencana penyesuaian tarif cukai dan pengenaan barang kena cukai baru sebagai dampak kebijakan Pemerintah dalam mengendalikan konsumsi barang kena cukai yang memiliki eksternalitas negatif. Selanjutnya, penerimaan bea masuk diperkirakan mengalami pertumbuhan seiring dengan perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik disertai

dengan meningkatnya volume perdagangan internasional dalam periode jangka menengah.

Sementara itu, pendapatan bea keluar dalam jangka menengah diperkirakan dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas utama dunia terutama kelapa sawit. Penataan National Logistic Ecosystem diperkirakan akan memberikan nilai tambah terhadap jasa ekspor impor yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan di sektor perdagangan internasional. Selain itu, optimalisasi penerimaan kepabeanan dan cukai juga ditunjang oleh pemanfaatan teknologi informasi sebagai data driven dalam kolaborasi antar unit atas proses pelayanan dan pengawasan serta reformasi/transformasi yang berkelanjutan.

2.2.2 Proyeksi Penerimaan Negara Bukan Pajak Jangka Menengah Tahun 2024-2026

PNBP sebagai sumber pendanaan kedua setelah perpajakan akan terus dioptimalkan dalam jangka menengah 2024-2026. PNBP dalam jangka menengah masih akan diwarnai oleh dinamika Pendapatan SDA yang akan dipengaruhi fluktuasi pergerakan harga komoditas terutama minyak bumi dan minerba.

- 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0

2024 2025 2026

GRAFIK 2.16

PROYEKSI PENERIMAAN PERPAJAKAN JANGKA MENENGAH 2024-2026 (triliun rupiah)

Batas Bawah Batas Atas Sumber: Kementerian Keuangan

Upaya optimalisasi PNBP ke depan tetap akan dilakukan baik itu dengan pemanfaatan SDA secara berkeadilan, serta optimalisasi PNBP non-SDA yang akan disertai upaya peningkatan layanan kepada masyarakat secara berkelanjutan, dan tetap memperhatikan daya beli masyarakat. Proyeksi jangka menengah PNBP dilihat pada Grafik 2.17.

Dalam jangka menengah Pendapatan SDA migas akan dipengaruhi pergerakan harga minyak dan gas bumi serta upaya peningkatan lifting minyak dan gas bumi antara lain melalui peningkatan iklim investasi di sektor hulu migas.

Sementara itu, Pendapatan SDA nonmigas dalam jangka menengah secara umum masih difokuskan pada langkah optimalisasi pendapatan baik dari sektor pertambangan mineral, sektor kehutanan, sektor perikanan, dan sektor panas bumi. Beberapa langkah kebijakan akan dilakukan meliputi upaya optimalisasi dari iuran produksi/royalti dan renegosiasi kontrak karya (KK) dan PKP2B untuk sektor pertambangan batubara, optimalisasi untuk kawasan hutan tanaman industri (HTI) dan penggunaan kawasan hutan. Untuk mendukung hal tersebut, perbaikan tata kelola akan terus dilakukan berikut dengan dukungan insentif fiskal yang terarah untuk mendorong investasi khususnya dalam pengembangan sektor panas bumi.

Langkah kebijakan optimalisasi Pendapatan SDA ini akan tetap dilakukan dengan menjaga keseimbangan dengan kelestarian lingkungan serta memenuhi keadilan antar generasi.

Pendapatan KND akan diarahkan pada peningkatan kinerja BUMN dalam rangka meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian dan pendapatan negara.

Seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin membaik, secara umum kinerja BUMN juga mengalami peningkatan. Selain itu beberapa hal telah dilakukan oleh Pemerintah untuk mendorong perbaikan kinerja BUMN diantaranya melalui kebijakan perbaikan portofolio dan penguatan struktur keuangan BUMN melalui pembentukan holding strategis, restrukturisasi BUMN, maupun pengurangan proporsi utang terhadap struktur pendanaan (deleveraging). Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMN yang pada akhirnya meningkatkan kontribusi BUMN pada APBN antara lain berupa peningkatan dividen BUMN bagian Pemerintah.

PNBP non SDA terutama pada layanan K/L dalam jangka menengah akan diarahkan pada peningkatan kualitas layanan publik melalui penerapan standar pelayanan, digitalisasi layanan, pembangunan dan pengembangan sistem data online, serta peningkatan kualitas

- 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0

2024 2025 2026

Batas Bawah Batas Atas GRAFIK 2.17

PROYEKSI PNBP JANGKA MENENGAH 2024-2026 (triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

SDM. Dalam rangka perbaikan tata kelola, Pemerintah akan melakukan optimalisasi pengelolaan BMN melalui pemanfaatan aset dalam rangka peningkatan PNBP. Selain itu, Pemerintah akan terus berupaya melakukan perbaikan dan penyempurnaan regulasi termasuk jenis dan tarif PNBP K/L.

Pendapatan BLU dalam jangka menengah juga akan terus dioptimalkan melalui peningkatan kualitas layanan dan penerapan kebijakan tarif yang tepat untuk meningkatkan dan memperluas akses keterjangkauan layanan bagi masyarakat. Upaya yang dilakukan antara lain dengan peningkatan efisiensi operasional BLU melalui pengembangan penggunaan model data analytical untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan BLU serta penguatan regulasi dan kelembagaan BLU melalui peningkatan fleksibilitas pengelolaan kas dan investasi BLU, creative financing, dan modernisasi layanan.

2.2.3 Proyeksi Penerimaan Hibah Jangka Menengah Tahun 2024–2026

Secara esensi, penerimaan hibah terdiri dari hibah terencana dan langsung baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam jangka menengah, penerimaan hibah didasarkan atas proyeksi hibah terencana yang akan dikelola K/L terutama yang bersumber dari luar negeri.

Proyeksi tersebut meliputi penerimaan hibah yang telah direncanakan dalam bentuk uang

dan digunakan untuk membiayai suatu kegiatan.

Proses pencairannya dilakukan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada dasarnya diselaraskan dengan rencana pembangunan nasional. Adapun penerimaan hibah yang tidak direncanakan baik dari dalam maupun luar negeri dalam tahun berjalan dapat tetap dilaksanakan untuk kemudian dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Oleh karena itu, proyeksi penerimaan hibah dalam jangka menengah dilakukan berdasarkan proyeksi dari dokumen perencanaan pemberi hibah serta progress kinerja kegiatan yang dibiayai dari hibah untuk kegiatan hibah yang telah berjalan, sesuai dokumen perjanjian hibah atau MoU yang sudah disepakati. Hibah terencana yang dialokasikan merupakan hibah yang berstatus on going atau multiyears terutama yang berkaitan dengan penanganan perubahan iklim (climate change), pengurangan emisi di perkotaan, keanekaragaman hayati, dan pelestarian hutan. Proyeksi penerimaan hibah dalam jangka menengah 2024–2026 disajikan dalam Grafik 2.18.

Sesuai karakteristik penerimaan hibah yang bersifat sukarela serta perkembangan kesepakatan antara K/L dan pemberi hibah, penerimaan hibah dalam jangka menengah 2024–2026 cenderung menurun.

- 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

2024 2025 2026

GRAFIK 2.18 PROYEKSI HIBAH JANGKA MENENGAH, 2024-2026

(triliun rupiah)

Batas Bawah Batas Atas

Bab 3

Belanja Negara

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 127-132)