• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tahun

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 96-103)

PENDAPATAN NEGARA

2.1 Pendahuluan

2.1.1.2 Perkembangan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tahun

dengan pulihnya aktivitas perekonomian.

Selanjutnya, penerimaan Pajak Lainnya pada APBN tahun anggaran 2023 diperkirakan akan mencapai Rp8.699,5 triliun, mengalami kontraksi sebesar 23,6 persen yang disebabkan oleh menurunnya setoran dari komponen Bunga Penagihan sebagai dampak dari kepatuhan Wajib Pajak yang meningkat serta tingginya tren restitusi pada beberapa jenis Pajak Lainnya. Perkembangan Pajak Lainnya tahun 2018 sampai dengan 2022 dan proyeksi tahun 2023 ditunjukkan dalam Grafik 2.4.

2.1.1.2 Perkembangan Penerimaan

Tren pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut di tahun 2022 mampu meningkatkan permintaan komoditas baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini mendorong peningkatan kinerja ekspor dan impor termasuk Indonesia yang berkaitan langsung dengan penerimaan di sektor perdagangan internasional. Di sisi lain, kebijakan penyesuaian tarif dan relaksasi pembatasan sosial dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 juga turut meningkatkan penerimaan di sektor cukai. Kombinasi faktor- faktor tersebut diperkirakan akan mampu melanjutkan tren positif, sehingga penerimaan kepabeanan dan cukai tahun 2022 diperkirakan mampu tumbuh 17,7 persen. Namun demikian, perlu diwaspadai proyeksi harga komoditas yang akan termoderasi akibat risiko yang berasal dari global.

Berdasarkan perkiraan outlook 2022 serta proyeksi ekonomi dan harga komoditas

terutama CPO dan minerba, penerimaan kepabeanan dan cukai dalam APBN tahun anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp303.190,9 miliar. Penerimaan kepabeanan dan cukai utamanya akan didukung oleh penerimaan cukai dan bea masuk.

Selanjutnya, dalam rangka mendorong reformasi struktural, peran kepabeanan dan cukai sangat strategis untuk mendukung penataan ekosistem logistik nasional sebagaimana telah dituangkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2020. Dalam peta jalan tersebut, terdapat rencana aksi sinergi antara pemerintah, swasta, dan BUMN mulai tahun 2020 sampai dengan 2024 yang saat ini terus diimplementasikan secara bertahap. Adapun perkembangan capaian penataan ekosistem logistik nasional dapat dijabarkan dalam Boks 2.2.

BOKS 2.2

PERKEMBANGAN EKOSISTEM LOGISTIK NASIONAL/NATIONAL LOGISTIC ECOSYSTEM (NLE) DALAM RANGKA MENDORONG EFISIENSI WAKTU

DAN BIAYA LOGISTIK NASIONAL

Pelaksanaan penataan ekosistem logistik nasional/NLE akan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2020 sampai dengan 2024. Secara sistematis, rencana penataan tersebut terdapat pada strategi nasional yang ditunjukkan padagambar berikut.

Dalam perkembangannya, NLE telah menunjukkan perkembangan yang sangat positif. Perkembangan NLE saat ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pilar 1: Simplifikasi Proses Bisnis (Probis) Pemerintah, yang terdiri dari:

a. Single Submission Kepabeanan-Karantina (SSm-QC)

Tersedia layanan SSm QC di 6 pelabuhan Strategis Nasional yaitu Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Makassar, Belawan, dan Merak. Sementara itu, 3 Pelabuhan lainnya (Kendari, Samarinda, Semayang) akan didorong untuk SSm Ekspor. Sedangkan Batam akan didorong implementasinya di Pelabuhan Batu Ampar. Implementasi SSm tersebut memberikan penghematan dari sisi biaya dengan estimasi sebesar 45,5 persen dan rata-rata efisiensi waktu sebesar 21,9 persen.

b. Single Submission pengangkut

SSm Pengangkut terbagi menjadi dua, yakni SSm Pengangkut Domestik dan SSm Pengangkut Kedatangan Internasional. Untuk SSm Pengangkut Domestik, sejak diwajibkan pada bulan November 2021, data pengajuan dokumen Daftar Muatan mengalami peningkatan sebesar 129 persen atau mencapai 6.327 dokumen (sebelumnya pada Desember 2020 s.d. November 2021:

sebanyak 4.917 dokumen). Sementara itu, pengiriman barang antarpulau telah terdistribusi ke 55 pelabuhan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, SSm Pengangkut Kedatangan Internasional sampai dengan Triwulan I 2022 telah diimplementasikan piloting pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, Makassar, Belawan, Tanjung Perak, Batam, Merak, Lampung, Samarinda, Kendari, Balikpapan, dan Bitung, serta tahap persiapan di Kuala Tanjung.

c. Single Submission Perizinan

Sementara itu, dilihat dari integrasi data, telah dilakukan rekomendasi dengan sistem perizinan di KKP (e-saji) berupa pengiriman data SAJI-LN ke Sistem INSW yang akan terhubung dengan pengajuan persetujuan ekspor (PE) Ikan yang diterbitkan oleh Kemendag melalui SSm Perizinan Perdagangan (K/L yang menangani: KKP, Kemendag). Sedangkan integrasi perizinan untuk komoditas narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi (NPP) melalui SSm Perizinan NPP yang akan mengintegrasikan penerbitan Analisa Hasil Pemeriksaan (AHP) di BPOM dengan penerbitan Surat Persetujuan Impor (SPI) di Kemenkes yang sebelumnya diajukan ke Sistem e-napza BPOM dan Sistem e-pharm Kemenkes (K/L yang menangani: BPOM, Kemenkes).

2. Pilar 2: kolaborasi platform Logistik

Perkembangan signifikan yang ditandai dengan pelaksanaan delivery order (DO) dan Persetujuan Pengeluaran Petikemas (SP2), serta trucking terus mengalami tren peningkatan.

3. Pilar 3: Kemudahan Pembayaran dan Fasilitasi Pembiayaan

Telah dilakukan kerjasama dengan perbankan BUMN dan swasta. Sementara itu, fasilitas financing layanan logistik masih dalam proses penyempurnaan.

4. Pilar 4: Tata Ruang dan Infrastruktur

Telah dilakukan tarif tunggal jasa pelabuhan Tanjung Priok serta peningkatan kerjasama stakeholder di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.

Secara singkat perkembangan NLE dapat dilihat pada tabel berikut.

Cukai

Tren penerimaan cukai menunjukkan peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2018 sampai dengan 2022. Pada saat pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020, penerimaan cukai menjadi salah satu penerimaan perpajakan yang masih mampu tumbuh dibandingkan penerimaan perpajakan lainnya. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah adanya kebijakan tarif cukai hasil tembakau yang ditujukan untuk mengendalikan eksternalitas negatif serta optimalisasi penerimaan negara.

Sebelum pandemi, penerimaan cukai mengalami pertumbuhan rata-rata 6,1 persen pada periode tahun 2018–2019. Peningkatan capaian penerimaan cukai tersebut terutama didorong oleh peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau melalui kebijakan kenaikan tarif cukai serta program penertiban cukai berisiko tinggi (PCBT) melalui pemberantasan rokok ilegal. Selain itu, upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap barang kena cukai (BKC) ilegal, penerapan sistem aplikasi cukai (SAC) secara

sentralisasi, serta peningkatan audit terhadap para pengusaha BKC juga turut mendukung peningkatan kinerja pendapatan cukai.

Selanjutnya, dampak pembatasan sosial sebagai salah satu kebijakan untuk mengendalikan pandemi Covid-19 berimbas pada melambatnya kinerja cukai yang masih mampu tumbuh 2,3 persen pada tahun 2020.

Kinerja positif tersebut dikontribusikan oleh penerimaan cukai hasil tembakau (HT) dan ethyl alkohol (EA). Selanjutnya, pada tahun 2021, seiring dengan pemulihan ekonomi, serta penerapan kebijakan tarif CHT, limpahan pelunasan pemesanan pita cukai, serta upaya penindakan BKC ilegal membuat penerimaan cukai tumbuh 10,9 persen.

Tren peningkatan penerimaan cukai terus berlanjut pada tahun 2022. Penerapan kebijakan tarif cukai hasil tembakau diperkirakan akan berdampak positif pada penerimaan cukai yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 14,7 persen. Capaian tersebut juga didorong perbaikan kinerja usaha di sektor pariwisata dan perhotelan yang turut meningkatkan

KEGIATAN SEBELUM SESUDAH

DO & SP2 Online Penebusan Delivery Order (DO) dan

Persetujuan Pengeluaran Petikemas (SP2)

Manual

Jam pelayanan terbatas yaitu Senin- Jumat, (09:00 – 15:00 WIB)

Online

7x24 (Non Stop)

E-trucking

Pemesanantruk PemesananManual

Tidakadatransparansi Terciptanya transparansi melalui pemesananonlineberbasis web Inspection

Penyampaiandokumen Clearance dan Pemeriksaan Barang Bea Cukai– Karantina

Duplikasidokumen dan pemeriksaan

2 Instansi (Bea Cukai, Karantina) Single Submission

Single/Joint Inspection

Pengangkut Keberangkatan/

Kedatangan Kapaldan Bongkar/Muat Barang

Duplikasidokumen 7 Instansi (Bea Cukai, Imigrasi, Kemenhub, Kemenkes, BU Pelabuhan, PKBM, Terminal Operator)

Single Submission (Pemberitahuan Tunggal)

Layanan STS/FTU Kegiatan perizinan Ship to Ship (STS) Floating Storage Unit (FSU)

Manual beberapa K/L

Pengurusan3 hari Single Submission

Pengurusan1 hari

Perizinan Usaha & Konsumsi Proses integrasi system perizinandan potong

kuota antaraCEISA FTZ (Bea Cukai) dan IBOOS (BP Batam)

Belum terintegrasi

Waktu validasi1 hari Single Submission

Waktu validasi30 menit

Sumber: Kementerian Keuangan

PERKEMBANGAN NLE TAHUN 2023

penerimaan cukai minuman mengandung ethyl alkohol (MMEA).

Dengan melihat perkembangan penerimaan cukai lima tahun terakhir serta kebijakan teknis terkait optimalisasi penerimaan cukai, penerimaan cukai dalam APBN tahun anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp245.449,8 miliar atau tumbuh 9,5 persen. Optimalisasi penerimaan cukai akan dilakukan antara lain melalui intensifikasi dan ekstensifikasi cukai dalam rangka mendukung implementasi UU HPP. Intensifikasi cukai dilakukan dengan cara menyesuaikan tarif cukai terutama cukai HT dengan memerhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan faktor pengendalian konsumsi. Selain itu, dalam setiap perumusan kebijakan tarif cukai hasil tembakau, Pemerintah memperhatikan aspek-aspek yang dikenal dengan 4 Pilar Kebijakan yaitu aspek kesehatan melalui pengendalian konsumsi, aspek keberlangsungan industri, aspek penerimaan negara, dan aspek pengendalian rokok ilegal. Sedangkan ekstensifikasi cukai dilakukan dengan penerapan barang kena cukai baru berupa plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan. Pemerintah akan terus menggali potensi penerimaan negara dari barang-barang yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu sesuai UU Cukai. Upaya

tersebut juga didorong oleh pengendalian dan pengawasan atas peredaran BKC ilegal. Di sisi lain, pemerintah juga akan memberikan fasilitas terutama penguatan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Perkembangan penerimaan cukai 2018 sampai dengan 2022 serta proyeksi tahun 2023 dapat ditunjukkan pada Grafik 2.5.

Bea Masuk

Penerimaan bea masuk sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global, tergambar pada fluktuasi yang tinggi sejak tahun 2018 sampai dengan 2022. Penerimaan bea masuk pada tahun 2018 mampu tumbuh 11,6 persen. Capaian tersebut dipengaruhi oleh langkah-langkah extra effort Pemerintah melalui kelancaran arus lalu lintas barang, administrasi dan organisasi pemungutan, serta efektivitas pengawasan barang impor ilegal (penertiban impor berisiko tinggi/PIBT). Namun demikian, pelemahan ekonomi global akibat adanya efek domino perang dagang Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok membuat penerimaan bea masuk mengalami kontraksi pada tahun 2019 sebesar 4,1 persen.

Pelemahan ekonomi global terus berlanjut di tahun 2020 dengan faktor global yang lebih

159,6 172,4 176,3 195,5 224,2 245,4

4,1 8,0 2,3 10,9 14,7 9,5

2018 2019 2020 2021 Outlook 2022 APBN 2023

GRAFIK 2.5 CUKAI, 2018-2023

(triliun rupiah)

Cukai Pertumbuhan (%)

Sumber: Kementerian Keuangan

kuat yaitu pembatasan sosial dalam rangka penanganan pandemi. Selain itu, Pemerintah juga memberikan insentif fiskal dalam rangka penanganan pandemi Covid 19 dan pemulihan ekonomi nasional. Kombinasi dua faktor tersebut berdampak pada penerimaan bea masuk pada tahun 2020 terkontraksi 13,5 persen. Namun demikian, tren pemulihan ekonomi yang berangsur membaik terutama di sektor industri pengolahan dan perdagangan memberikan dampak positif bagi penerimaan bea masuk di tahun 2021. Kinerja bea masuk tahun 2021 mengalami rebound dan tumbuh 20,6 persen. Capaian tersebut masih memperhitungkan pemberian insentif fiskal terutama dalam mendukung upaya vaksinasi Covid-19 secara masif.

Tren pemulihan ekonomi terus berlanjut di paruh pertama dan diperkirakan akan dapat terjaga sampai dengan akhir tahun 2022 yang memberikan dampak positif bagi penerimaan bea masuk. Selain itu, kinerja tersebut didorong oleh tren kenaikan harga komoditas yang diperkirakan masih berada di level yang tinggi. Kombinasi tersebut diperkirakan akan meningkatkan bea masuk sehingga mampu tumbuh 11,7 persen. Kinerja tersebut juga

tetap mempertimbangkan pemberian insentif baik terkait penanganan pandemi maupun pemulihan ekonomi nasional.

Selanjutnya, tren pertumbuhan ekonomi tetap diperkirakan meningkat meskipun dibayangi oleh ketidakpastian global. Selain itu, harga komoditas diperkirakan termoderasi di tahun 2023. Dengan memerhatikan faktor-faktor tersebut, bea masuk dalam APBN tahun anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp47.528,5 miliar atau tumbuh 8,8 persen. Sementara itu, kebijakan kepabeanan yang akan dioptimalkan antara lain pengembangan ekosistem logistik nasional (NLE) dalam rangka mendorong efisiensi waktu dan biaya logistik nasional, harmonisasi kebijakan barang larangan dan/

atau pembatasan dengan Kementerian/

Lembaga (K/L) terkait, serta penguatan dan harmonisasi kebijakan kawasan berfasilitas.

Perkembangan penerimaan bea masuk 2018 sampai dengan 2022 serta proyeksi tahun 2023 dapat ditunjukkan pada Grafik 2.6.

Bea Keluar

Fluktuasi harga komoditas terutama produk kelapa sawit dan minerba menjadi faktor dominan yang memengaruhi kinerja bea keluar

39,1 37,5 32,4 39,1 43,7 47,5

11,6

(4,1)

(13,5)

20,6

11,7 8,8

2018 2019 2020 2021 Outlook

2022 APBN 2023 GRAFIK 2.6

BEA MASUK, 2018-2023 (triliun rupiah)

Bea Masuk Pertumbuhan (%)

Sumber: Kementerian Keuangan

sejak tahun 2018 sampai dengan 2022. Harga komoditas tersebut terutama terhadap barang yang dikenakan pungutan ekspor seperti produk kelapa sawit serta mineral dan batubara.

Pada tahun 2018, bea keluar mampu tumbuh 63,1 persen yang dipengaruhi oleh tingginya ekspor hasil tambang, yaitu mineral dan bijih logam. Namun, pertumbuhan tersebut tidak berlanjut di tahun 2019 yang terkontraksi sebesar 47,9 persen sebagai dampak kebijakan larangan ekspor komoditas tertentu.

Kinerja ekspor yang mengalami penurunan sebagai dampak melemahnya aktivitas perdagangan internasional pada awal Pandemi memberikan tekanan yang sangat dalam pada penerimaan bea keluar sampai dengan Triwulan III tahun 2020. Namun demikian, pemulihan ekonomi di negara maju yang berlangsung lebih cepat berdampak pada kenaikan harga komoditas dan meningkatnya permintaan dari negara tujuan ekspor utama di triwulan terakhir tahun 2020, terutama produk kelapa sawit (CPO dan produk turunannya) serta tembaga, memberi pengaruh positif pada penerimaan Bea Keluar pada tahun 2020 yang mampu tumbuh 21,3 persen. Kinerja tersebut dilanjutkan pada tahun 2021 yang didorong terutama lonjakan harga CPO yang disebabkan adanya kebijakan lockdown yang dilakukan negara produsen CPO lainnya sehingga pasokan CPO dunia relatif terbatas.

Pada akhirnya, penerimaan bea keluar pada tahun 2021 mampu tumbuh signifikan sebesar 708,2 persen.

Tren peningkatan harga komoditas terutama CPO serta minerba berlanjut pada tahun 2022.

Kenaikan harga tersebut juga didorong oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada pasokan di pasar dunia.

Hal ini membuat penerimaan bea keluar diperkirakan mampu tumbuh double digits yang berkisar pada level 41,5 persen pada akhir tahun 2022.

Dengan memerhatikan proyeksi harga komoditas dunia terutama CPO dan minerba yang diperkirakan akan kembali pada pola normal di level moderat pada tahun 2023, penerimaan bea keluar dalam APBN tahun anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp10.212,7 miliar. Target tersebut mengalami kontraksi 79,1 persen dibandingkan dengan outlook tahun 2022. Selanjutnya, Pemerintah juga akan menyinergikan upaya peningkatan efektivitas pengawasan pre-clearance, clearance, dan post- clearance (audit) dalam rangka mendorong peningkatan basis penerimaan dan kepatuhan pengguna jasa terutama ekspor impor.

Perkembangan penerimaan bea keluar 2018 sampai dengan 2022 serta proyeksi tahun 2023 dapat ditunjukkan pada Grafik 2.7.

6,8 3,5 4,3

34,6 48,9

10,2 63,1

(47,9) 21,3

708,2

41,5

(79,1)

2018 2019 2020 2021 Outlook 2022 APBN 2023

GRAFIK 2.7 BEA KELUAR, 2018-2023

(triliun rupiah)

Bea Keluar Pertumbuhan (%) Sumber: Kementerian Keuangan

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 96-103)