• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah Tahun

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 80-87)

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO

1.5 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah Tahun

terkait. NTP dan NTN pada tahun 2022 masing-masing akan mencapai kisaran 103–

105 dan 104–106.

Target sasaran pembangunan dan indikator pembangunan pada tahun 2023 ditetapkan menuju ke arah pemulihan yang lebih kuat.

Tingkat pengangguran diharapkan akan terus menurun hingga mencapai rentang 5,3–6,0 persen dengan adanya percepatan pemulihan ekonomi yang semakin menguat. Hal tersebut juga diharapkan akan meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya dapat menurunkan kemiskinan ke level 7,5–8,5 persen dan rasio gini ke level 0,375–0,378. Di samping itu, kualitas dan daya saing sumber daya manusia juga diproyeksikan terus membaik dan meningkatkan IPM hingga kisaran 73,31–73,49. Demikian juga dengan perbaikan kesejahteraan petani dan nelayan yang direpresentasikan dalam NTP dan NTN juga ditargetkan untuk terus meningkat hingga masing-masing mencapai 105–107 dan 107–

108. Pencapaian serta proyeksi sasaran dan indikator pembangunan dapat dilihat pada Tabel 1.7.

1.5 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi

Peluang tren kunci utama berpotensi menjadi pengungkit pertumbuhan di jangka pendek- menengah. Penerapan pola hidup baru akibat tingginya kesadaran masyarakat akan aspek kesehatan diperkirakan akan mendorong kebutuhan pasokan produk farmasi dan layanan medis yang prima. Selain itu, lonjakan adopsi teknologi digital selama pandemi juga diproyeksikan akan terus berlanjut dan menjadi potensi tersendiri bagi laju perkembangan ekonomi digital. Fenomena ini diharapkan dapat membentuk sektor jasa nasional yang modern, bernilai tambah tinggi, dan mampu menciptakan lapangan kerja yang layak.

Di sisi lain, perubahan peta investasi dan perdagangan dunia yang terjadi akibat dari pandemi serta dinamika geopolitik menjadi kesempatan emas bagi perekonomian nasional.

Kesempatan untuk menarik investasi di sektor- sektor potensial serta mendongkrak partisipasi sektor manufaktur domestik dalam Global Value Chain, termasuk untuk industri mesin, elektronik, alat komunikasi, serta hilirisasi mineral. Dorongan komunitas global dalam mewujudkan ekonomi hijau juga semakin mengemuka. Indonesia yang memiliki sumber daya hayati yang sangat besar berpotensi memproduksi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) secara signifikan. Selain itu, inisiatif Pemerintah untuk mulai menerapkan pola perdagangan emisi, salah satunya melalui pengenaan pajak karbon, menjadikan Indonesia sebagai negara terdepan dalam penerapan ekonomi hijau. Arah pertumbuhan investasi kepada sektor energi terbarukan dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan serta akselerasi hilirisasi sumber daya alam nasional untuk mendukung teknologi energi terbarukan.

Hilirisasi mineral merupakan salah satu strategi penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan nilai tambah produk bahan logam dan mineral. Sejak Januari 2014, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2014 telah melakukan pelarangan kegiatan ekspor bijih mineral tambang. PP Nomor 1 Tahun 2014 ini merupakan pelaksanaan Undang- Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Pelarangan ekspor bijih mineral berimbas pada penurunan tajam ekspor komoditas mineral mentah dan meningkatnya ekspor besi dan baja yang merupakan hasil olahan mineral. Meningkatnya ekspor besi dan baja ini berkontribusi positif ke penerimaan negara maupun cadangan devisa yang sangat penting untuk menjaga kestabilan ekonomi makro. Hilirisasi mineral khususnya nikel juga sangat penting dalam mendukung terciptanya ekosistem produksi kendaraan listrik sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Pengembangan kawasan industri merupakan salah satu strategi penting dalam mendukung upaya penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Kawasan industri ditujukan untuk mendukung terciptanya fasilitas dan layanan penunjang industri manufaktur yang terintegrasi sehingga mendukung terciptanya sistem produksi yang efisien serta mendorong terciptanya produk manufaktur yang berdaya saing. Selain itu, pembangunan kawasan industri diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sektor industri lebih terarah, terpadu, serta memberikan nilai tambah yang optimal bagi wilayah di sekitar kawasan industri.

Pembangunan kawasan industri baru di daerah diharapkan mampu mendorong pemerataan

pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan kerja baru. Sebagai contoh, saat ini sedang dikembangkan Kawasan Industri Tanah Kuning yang berlokasi di Kalimantan Utara dan merupakan salah satu proyek strategis nasional.

Kawasan Industri Tanah Kuning diproyeksikan menjadi salah satu kawasan industri terbesar di dunia dengan luasan area mencapai 30.000 hektar. Selain itu, Kawasan Industri Tanah Kuning didesain menjadi kawasan industri hijau yang didukung oleh sumber energi baru dan terbarukan. Lebih lanjut, lokasinya yang cukup dekat dengan kawasan Ibu Kota Nusantara menjadikan Kawasan Industri Tanah Kuning berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah.

Dalam jangka menengah, stabilitas politik juga akan memiliki pengaruh besar kepada keberlanjutan agenda reformasi struktural.

Perhelatan pemilihan umum baik di level pusat maupun daerah yang akan dimulai di tahun 2024 akan sangat krusial dalam menjaga stabilitas fundamental perekonomian. Selain itu agenda politik juga diharapkan tetap selaras dengan agenda pembangunan jangka panjang.

Stabilitas politik dan ekonomi juga akan menjadi tolok ukur utama bagi investasi yang akan masuk ke perekonomian dalam negeri.

Dengan dorongan ini, upaya transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat maksimal pada masyarakat Indonesia. Dengan mempertimbangkan potensi dan risiko tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 hingga 2026 diperkirakan dalam tren meningkat.

Dalam jangka menengah, laju inflasi diupayakan terus bergerak pada kisaran yang lebih stabil. Pada 2024, laju inflasi diharapkan dapat bergerak pada rentang sasaran yang telah

ditetapkan. Sementara itu, pada periode 2025–

2026, laju inflasi terus diupayakan bergerak semakin stabil dengan mencerminkan kondisi pasar yang semakin efisien. Perkembangan tingkat inflasi yang semakin stabil merupakan prasyarat yang harus dipenuhi untuk mendukung keberlanjutan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perkembangan inflasi tersebut mencerminkan stabilitas harga-harga komoditas domestik dengan tetap mampu memberikan ruang insentif bagi dunia usaha untuk menggerakkan roda perekonomian.

Untuk itu, Pemerintah terus berkomitmen untuk melakukan perbaikan produktivitas dalam rangka menunjang terjaganya keseimbangan sisi penawaran dan permintaan.

Peningkatan produktivitas tersebut juga mencakup di bidang energi dan pangan sebagai kebutuhan dasar masyarakat, termasuk dalam mendukung penciptaan kemandirian dan kedaulatan pangan dan energi. Kebijakan- kebijakan diharapkan dapat mendukung agenda pengendalian inflasi nasional secara jangka menengah dan panjang karena berdampak secara struktural pada perekonomian.

Untuk mengelola risiko inflasi dalam jangka menengah, diperlukan juga strategi dalam perbaikan tata kelola pangan untuk mengantisipasi inflasi pangan yang lebih berfluktuaktif. Integrasi kebijakan yang menyentuh dari sisi hulu hingga hilir, termasuk kebijakan pengelolaan stok pangan domestik, keterjangkauan harga pangan, serta distribusi di seluruh wilayah dapat mendorong terciptanya stabilitas harga hingga ke seluruh daerah. Proses distribusi yang didukung dengan infrastruktur dan teknologi yang memadai dibutuhkan untuk mewujudkan pasar yang lebih efisien di tengah tantangan perubahan iklim.

Selain pengendalian inflasi pangan, diperlukan juga pengelolaan risiko administered price sehingga mengarahkan tingkat inflasi yang lebih riil dan sehat bagi perekonomian. Kebijakan energi terus diarahkan pada kedaulatan energi dengan mewujudkan kebijakan yang tepat dan terukur dengan dukungan subsidi yang semakin lebih tepat sasaran.

Mempertimbangkan target inflasi secara jangka menengah, Pemerintah bersama Bank Indonesia terus memperkuat sinergi untuk menciptakan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dan terukur sehingga mampu merespons situasi dengan cepat dan sesuai konteks perekonomian yang ada. Koordinasi antarinstansi melalui Tim Pengendalian Inflasi Nasional yang menaungi pengendalian inflasi, baik di tingkat pusat, maupun daerah akan terus diperkuat dan dikembangkan guna menjaga stabilitas harga secara menyeluruh, menjawab tantangan pengendalian inflasi nasional yang juga bersifat struktural.

Secara umum, pergerakan nilai tukar rupiah dalam jangka menengah terutama akan dipengaruhi faktor sentimen dari volatilitas di pasar keuangan global. Kondisi pasar keuangan global diperkirakan cenderung mengalami pemulihan pasca tekanan yang cukup tinggi pada periode normalisasi kebijakan moneter The Fed di tahun 2022 hingga 2023. Laju perekonomian global yang membaik juga diperkirakan mampu menopang kondusifnya kondisi pasar keuangan global. Meski demikian, risiko ketidakpastian seperti yang berasal dari faktor geopolitik masih perlu terus diwaspadai dampaknya terhadap kondisi pasar keuangan yang turut memengaruhi fluktuasi pergerakan nilai tukar rupiah.

Di sisi lain, penguatan fundamental ekonomi domestik akan memberi dorongan positif pada pergerakan nilai tukar rupiah. Transformasi ekonomi secara berkelanjutan diperkirakan dapat meningkatkan preferensi positif investor asing untuk berinvestasi jangka panjang di Indonesia. Komitmen Pemerintah untuk terus mengupayakan percepatan implementasi UU Cipta Kerja juga diharapkan memberi dampak positif pada masuknya investasi langsung ke Indonesia. Sementara itu, membaiknya perekonomian global, terutama dengan adanya peningkatan aktivitas perdagangan dunia, diperkirakan dapat memberi peluang peningkatan kinerja ekspor Indonesia. Selain itu, penguatan kinerja ekspor juga terus diarahkan pada produk bernilai tambah sehingga akan mendorong perbaikan kinerja transaksi berjalan, meski di saat yang sama akan dihadapkan dengan tingginya kebutuhan importasi dalam negeri. Berbagai faktor tersebut pada akhirnya akan memberi dampak positif pada kinerja neraca pembayaran Indonesia dan mampu menopang pergerakan nilai tukar rupiah.

Pengembangan pasar keuangan domestik yang didukung agenda reformasi sektor keuangan diharapkan mampu mendukung kondisi sistem keuangan domestik semakin kondusif.

Koordinasi antarotoritas terkait di sektor keuangan dalam wadah KSSK akan tetap dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik dan makroekonomi, dengan mengambil langkah antisipatif jika terjadi gejolak di pasar keuangan global. Sinergi antara kebijakan fiskal dengan moneter juga akan terus diperkuat untuk merespons berbagai tantangan global dengan tetap mengutamakan stabilitas perekonomian.

Pada akhirnya, berbagai upaya tersebut

diharapkan dapat mendukung terjaganya kondisi pasar keuangan domestik sehingga mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Kinerja pasar obligasi Pemerintah Indonesia dalam jangka menengah diperkirakan tetap dalam tren positif, yang disertai meningkatnya minat investor global dan domestik pada instrumen SUN. Pengelolaan kebijakan fiskal dan APBN yang semakin sehat menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya tarik dan minat investor terhadap instrumen obligasi Pemerintah. Di samping itu, fundamental perekonomian domestik yang tetap solid serta dampak perubahan struktural dan perbaikan iklim investasi yang telah ditempuh juga akan menjadi faktor positif bagi kinerja SUN di pasar keuangan. Faktor domestik lainnya adalah perbaikan iklim pasar keuangan Indonesia yang semakin mendorong peran investor dalam negeri juga akan menopang kinerja pasar SUN.

Tekanan eksternal yang diperkirakan relatif mereda turut berdampak positif pada penguatan kinerja pasar obligasi domestik. Tekanan pada pasar keuangan global diperkirakan semakin mereda antara lain dipengaruhi oleh dampak kebijakan pengetatan moneter di negara-negara maju yang telah selesai, dampak perang dan faktor geopolitik yang mereda, serta tekanan inflasi global yang semakin menurun. Hal ini akan berpengaruh pada pergerakan tingkat suku bunga global yang relatif moderat, sejalan dengan perekonomian global yang berangsur pulih. Sementara itu, perbaikan kondisi ekonomi dan pasar keuangan domestik yang terus berlanjut juga akan menurunkan tingkat risiko investasi Indonesia, didukung juga oleh afirmasi peringkat/rating investasi dari berbagai lembaga internasional.

Berbagai faktor tersebut selanjutnya akan berdampak pada aliran dan minat investasi yang lebih baik sehingga berpengaruh pada tingkat suku bunga (yield) SUN 10 tahun. Peningkatan minat investor dan penurunan risiko investasi juga akan mendorong penurunan selisih yield SUN 10 tahun terhadap yield UST yang menjadi benchmark selama ini. Kinerja positif yield SUN 10 tahun dalam jangka menengah akan menjaga tingkat cost of fund dalam pembiayaan Pemerintah sehingga mendukung APBN yang lebih sehat dan sustainable.

Dalam jangka menengah (2024–2026), harga minyak mentah diperkirakan masih melanjutkan tren penurunan harga. Investasi di sektor minyak mentah dan gas bumi diperkirakan meningkat sehingga eksplorasi sumber-sumber minyak mentah dan gas bumi semakin banyak dan bertambah, khususnya di negara-negara non-OPEC.

Dengan mengasumsikan situasi geopolitik dunia yang stabil, produksi minyak mentah global diproyeksikan dalam tren meningkat dalam jangka menengah. Kebijakan OPEC juga diperkirakan cenderung menjaga pasokan untuk mengantisipasi penurunan harga yang tajam. Permintaan minyak mentah global diprediksi melambat seiring dengan komitmen banyak negara untuk menggunakan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Mempertimbangkan hal-hal tersebut, harga minyak mentah global pada periode 2024–

2026 diperkirakan bergerak sesuai dengan permintaan dan penawaran pasca pandemi.

Lifting migas dalam jangka menengah diproyeksikan akan tetap stabil. Produksi hulu migas terus diupayakan dalam jangka menengah melalui Rencana Strategis Indonesia Oil and Gas

(IOG) 4.0 SKK Migas untuk mencapai target jangka panjang produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas 12 miliar standar kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi hulu migas jangka menengah dan panjang. Terdapat 4 strategi utama yang akan dilakukan dengan meningkatkan jumlah pengembangan pengeboran dari tahun ke tahun; percepatan Investasi WK Rokan; Program Filling The Gap (FTG); Optimasi Produksi (Production optimization) dengan optimalisasi downtime manajemen, optimasi fasilitas, strategic alliance (Performance based No Cure No Pay). Strategi lain yang dilakukan untuk mempertahankan tingkat produksi hulu migas yaitu dengan mempercepat proyek pengembangan dan Planned of Development yang mangkrak;

peningkatan keekonomian proyek marginal dengan dukungan insentif yang dibutuhkan dan dimungkinkan oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku, serta berdasarkan kemampuan keuangan negara; memastikan

Reserve Replacement Ratio setiap tahun lebih besar dari 100 persen; dan percepatan monetisasi undeveloped discovery.

Selain hal tersebut di atas, dilakukan juga peningkatan recovery produksi minyak (enhanced oil recovery) dengan memperkuat potensi pada 22 lapangan EOR dan 39 lapangan Waterflood.

Pekerjaan EOR dan waterflood ini akan difokuskan pada lapangan minyak Minas di Wilayah Kerja Rokan Riau yang diharapkan akan menghasilkan kontribusi produksi minyak terbesar. Peningkatan eksplorasi migas non konvensional juga terus dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain dengan strategi massive exploration drilling dan peningkatan kualitas dan evaluasi produktivitas produksi hulu migas. Dengan berbagai upaya dan strategi tersebut, diharapkan dalam jangka menengah hingga tahun 2026, lifting minyak dan gas bumi diproyeksikan dapat meningkat.

Secara keseluruhan, asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah tahun 2024–2026 dapat dilihat pada Tabel 1.8.

2024 2025 2026

Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy) 5,4-6,3 5,5-6,5 5,5-6,5

Inflasi (%,yoy) 1,5-3,5 1,5-3,5 1,5-3,5

Nilai Tukar (Rp/US$) 14.400-14.800 14.400-14.800 14.500-14.900

Tingkat Suku Bunga SUN 10 Tahun (%) 6,24-7,90 6,25-8,10 6,27-8,29

Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 70-90 70-90 70-90

Lifting Minyak Mentah (ribu barel per hari) 644-723 682-786 695-835

Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.051-1.155 1.131-1.289 1.230-1.428

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 1.8

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO JANGKA MENENGAH TAHUN 2024-2026 Indikator

Bab 2

Pendapatan Negara

BAB 2

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan APBN 2023 (Halaman 80-87)