3. Pelayanan Umum
3.2. Kesehatan
Grafik di atas menunjukkan persentase penduduk usia 7-24 tahun yang masih bersekolah menurut kelompok usia di DKI Jakarta. Pada tahun 2021, tercatat 68,18% penduduk berusia 7-24 tahun masih bersekolah. Secara spesifik, dapat dilihat pada penduduk kelompok usia 7-12 tahun (usia sekolah tingkat SD) hingga kelompok usia 13-15 tahun (usia sekolah tingkat SMP), persentase penduduk yang bersekolah tidak mencapai 100%. Pada penduduk kelompok usia 16-18 tahun (usia sekolah tingkat SMA), jumlah penduduk yang masih bersekolah hanya sebesar 72,32%. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hingga tahun 2021 masih ada penduduk yang belum berpartisipasi dalam pendidikan.
Gambar 3.16. Angka Melek Huruf di DKI Jakarta Menurut Kelompok Usia Tahun 2021
99,62 98,75
100 99,86
99,94 99,86
99,91 100 99,91
Total 50+
45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Rata-rata angka melek huruf di DKI Jakarta pada tahun 2021 mencapai angka 99,62%. Pada tahun tersebut, terdapat dua kelompok umur yang mencapai angka 100% melek huruf yaitu kelompok usia 20-24 tahun dan 45-49 tahun. Kelompok usia di atas 50 tahun memiliki angka melek huruf terendah sebesar 98,75%.
Pada tahun 2021, fasilitas kesehatan di DKI Jakarta meliputi 143 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 32 Rumah Sakit Khusus, 19 Rumah Sakit Bersalin, 332 Puskesmas, 1.413 Klinik/Balai Kesehatan, dan 4.467 Posyandu yang tersebar di enam wilayah administrasi DKI Jakarta. Total fasilitas kesehatan yang ada adalah sejumlah 6.406 klinik dan rumah sakit. RSUD paling banyak terdapat di Wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di DKI Jakarta, maka setiap satu Rumah Sakit Umum Daerah diperuntukkan bagi sekitar 78.752 penduduk. Walaupun jumlah ini belum dinilai ideal mengingat kebutuhan layanan kesehatan bagi penduduk DKI Jakarta—akan tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selalu berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu di tingkat puskesmas atau klinik/balai kesehatan.
Gambar 3.18. Jumlah Tenaga Kesehatan di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Dokter 41 1.836 1.657 1.772 1.354 813
Perawat 87 7.625 7.948 10.249 6.542 4.274
Bidan 57 1.347 1.450 1.075 970 867
Farmasi 15 1.262 1.221 1.409 1.006 745
Ahli Gizi 9 257 276 313 223 153
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
DKI Jakarta juga memiliki jumlah tenaga kesehatan yang memadai untuk melayani dan memenuhi kebutuhan kesehatan penduduk DKI Jakarta. Tahun 2021, terdapat 7.473 dokter, 36.725 perawat, 5.766 bidan, 5.658 farmasi, dan 1.231 ahli gizi yang tersebar di enam wilayah DKI Jakarta. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, terjadi penurunan tenaga kesehatan sebanyak 2.639 dokter, 1.361 bidan, 2.469 farmasi dan 286 ahli gizi, sedangkan untuk tenaga kesehatan perawat terjadi kenaikan sebanyak 510 orang.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di DKI Jakarta, maka setiap 1 dokter diperuntukkan bagi 1.507 penduduk. Jumlah ini sudah lebih dari ideal berdasarkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 tentang Kriteria Daerah Kabupaten/Kota Peduli Hak Asasi Manusia. Selain dokter, tenaga kesehatan berupa perawat dan bidan juga dinilai telah ideal jumlahnya untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduk di DKI Jakarta.
Seperti yang sudah disebut di atas bahwa kebutuhan kesehatan adalah hak dasar manusia dari lahir hingga pada tutup usia. Atas dasar hal itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memfasilitasi penduduk dengan beberapa kebijakan mengenai kesehatan seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) atau Kartu Anak Jakarta (KAJ) dan program-program asuransi kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Di samping itu, pemerintah juga terus mendorong tiap-tiap penduduk agar mendaftarkan setiap anggota keluarganya ke program asuransi/
jaminan kesehatan—termasuk jaminan hari tua dan asuransi jiwa.
Gambar 3.19. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah dan Bergizi Kurang di DKI Jakarta Tahun 2021
Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Bayi Lahir 485 36.787 67.147 12.033 53.427 37.790
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 37 116 210 258 136 304
Balita Gizi Kurang 434 1.375 2.284 934 2.339 1.894
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Pada tahun 2021, bayi lahir di DKI Jakarta berjumlah 207.669 bayi. Terdapat 1.061 (0,51%) bayi yang memiliki berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram), dan 9.260 balita dengan gizi kurang. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah di tahun 2021 telah mengalami penurunan lebih dari 50%. Di sisi lain, meskipun mengalami kenaikan, masih terdapat 9.260 balita dengan gizi kurang, tetapi jumlah ini tidak melebihi ambang batas normal (10%) prevalensi kekurangan gizi atau gizi buruk pada balita di suatu daerah5. Hal ini tentu akan menjadi perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus menekan angka balita yang kekurangan gizi. Selain itu, karena didukung oleh fasilitas dan tenaga kesehatan yang sudah sangat andal dan memadai, hampir keseluruhan kelahiran bayi di DKI Jakarta (99,26%) ditangani oleh tenaga kesehatan terkait.
Gambar 3.20. Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan di DKI Jakarta Tahun 2021
BPJS Kesehatan PBI BPJS Kesehatan Non-PBI Perusahaan/Kantor Asuransi Swasta Jamkesda
Persentase 52,30 32,94 3,99 2,88 0,23
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Untuk jaminan kesehatan, sebanyak 85,24% penduduk DKI Jakarta di tahun 2021 telah memiliki jaminan Kesehatan berupa BPJS Kesehatan, dengan rincian 52,30% adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan 32,94%
adalah Non Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI), sisanya penduduk juga telah memilih asuransi yang disediakan oleh kantor, swasta, ataupun Jamkesda.
Gambar 3.21. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Selama Sebulan Terakhir Tahun 2018-2021
2018 2019 2020 2021
Persentase 54,08 58,31 49,96 44,12
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.22. Persentase Alasan Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Tidak Berobat Jalan Selama Sebulan Terakhir di DKI Jakarta Tahun 2021
Mengobati Sendiri Merasa Tidak Perlu Tidak Ada yang
Mendampingi Waktu Tunggu
Pelayanan Lama Tidak Ada Sarana
Transportasi Lainnya
Persentase 55,15 11,90 0,30 0,27 0,02 32,14
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
5 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Kriteria Daerah Kabupaten/Kota Peduli Hak Asasi Manusia.
Banyaknya jumlah penduduk yang merasa dapat mengobati diri sendiri dan tidak perlu berobat jalan menunjukkan bahwa tidak sedikit masyarakat yang kurang memiliki kesadaran terhadap kesehatan dan pentingnya melakukan pengobatan. Namun, seiring dengan penguatan layanan dan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kesadaran dan keinginan masyarakat dengan keluhan kesehatan untuk berobat diharapkan dapat meningkat.