• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Dalam dokumen Statistik Sektoral DKI Jakarta Tahun 2022 (Halaman 71-77)

3. Pelayanan Umum

3.7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Gambar 3.61. Rasio Penduduk Bekerja, TPAK, dan TPT di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2020-2021

2020 2021 2020 2021 2020 2021

TPAK Rasio Penduduk Bekerja TPT

Kepulauan Seribu 60,70 65,45 92,63 91,42 7,37 8,58

Jakarta Selatan 63,81 61,44 89,21 92,67 10,79 7,33

Jakarta Timur 61,98 60,85 90,71 91,77 9,29 8,23

Jakarta Pusat 63,73 63,17 89,03 92,25 10,97 7,75

Jakarta Barat 64,37 63,21 87,73 90,94 12,27 9,06

Jakarta Utara 65,97 65,79 88,21 90,16 11,79 9,84

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Data hasil Sakernas menunjukkan bahwa menurut kabupaten/kota, rasio penduduk bekerja di Kepulauan Seribu merupakan satu-satunya yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 1,21%, namun TPT di Kepulauan Seribu yang mengalami kenaikan terbesar. Sementara itu wilayah dengan penurunan TPAK terbesar adalah Jakarta Selatan sebesar 2,37%. Pada tahun 2021, Jakarta Selatan memiliki rasio penduduk bekerja terbesar yaitu sebesar 92,67% sehingga membuat TPT di wilayah ini menjadi yang terkecil. Sedangkan rasio penduduk bekerja di Jakarta Utara merupakan yang terkecil yaitu 90,16% dan TPT sebesar 9,84% sebagai angka TPT tertinggi.

Gambar 3.62. Jumlah Penduduk Pengangguran dengan Kategori Pernah Bekerja dan Tidak Pernah di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2020-2021

2020 2021 2020 2021

Pernah Bekerja Tidak Pernah Bekerja

Kepulauan Seribu 122 102 672 913

Jakarta Selatan 83.143 42.221 39.247 38.529

Jakarta Timur 67.604 49.753 61.135 63.001

Jakarta Pusat 33.151 16.026 17.293 19.455

Jakarta Barat 105.533 49.895 55.021 67.785

Jakarta Utara 63.585 48.828 46.274 43.391

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Data hasil Sakernas menunjukkan bahwa jumlah pengangguran tertinggi pada tahun 2021 berada di Jakarta Barat sebesar 117.680 orang atau sebesar 26,75%. Jumlah pengangguran terbesar selanjutnya yaitu Jakarta Timur dan Jakarta Utara masing-masing sebesar 25,63% dan 20,96%. Kenaikan jumlah pengangguran dari yang pernah bekerja di Jakarta Barat menjadi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya dengan kenaikan sebanyak 55.638 orang, jumlah ini kemudian disusul oleh Jakarta Selatan sebesar 40.992 orang. Sedangkan Jakarta Barat merupakan wilayah dengan kenaikan dari kategori tidak pernah bekerja tertinggi sebesar 12.764 orang.

Bangsa-Bangsa (PBB). Di samping itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan keterjaminan dan perlindungan anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PPA) Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak Dari Kekerasan Berbasis Gender dalam Bencana diterbitkan sebagai panduan operasional dalam penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perempuan dan anak perlindungan, rasa aman, dan pemulihan terhadap tindak kekerasan.

Gambar 3.63. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Jumlah 3 267 308 187 390 158

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Sepanjang tahun 2021, terdapat 1.313 korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di DKI Jakarta. Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak tahun 2021 paling banyak terjadi di Jakarta Barat dengan persentase sebesar 29,70% atau sebanyak 390 kasus. Kemudian diikuti oleh Jakarta Timur sebesar 23,46% atau sebanyak 308 kasus, dan Jakarta Selatan sebesar 20,34% atau sebanyak 267 kasus.

Gambar 3.64. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2021

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Anak 3 153 154 131 264 84

Perempuan 0 114 154 56 126 74

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Korban kekerasan yang ditangani Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di seluruh kabupaten/kota Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh kasus kekerasan terhadap anak.

Jumlah korban kekerasan terhadap anak paling banyak tersebar di Kota Jakarta Barat yaitu sebesar 33,46% (264 kasus). Sementara itu, untuk kasus kekerasan terhadap perempuan, sebagian besar tersebar di Kota Jakarta Timur sebesar 29,39% (154 kasus) dan Jakarta Barat sebesar 24,05% (126 kasus).

Gambar 3.65. Jumlah Korban Kekerasan Menurut Tempat Kejadian di DKI Jakarta Tahun 2020-2021

Rumah Tangga Tempat Kerja Lainnya

2020 386 13 410

2021 641 21 644

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Jumlah korban kekerasan menurut tempat kejadian pada tahun 2021 secara umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 61,43% dari total sebesar 809 kasus yang teridentifikasi kejadiannya pada tahun 2020. Kekerasan terhadap perempuan dan anak paling banyak terjadi di tempat lainnya yang meningkat sebesar 57,07% (234 kasus), kemudian diikuti dengan tempat kejadian di rumah tangga yang meningkat sebesar 66,06% (255 kasus), dan paling sedikit yaitu tempat kerja sebanyak 21 kasus yang meningkat sebesar 61,54% (8 kasus). Selain terjadi di lingkungan rumah tangga dan tempat kerja, tindak kekerasan perempuan dan anak menurut tempat kejadian lainnya dapat terjadi di berbagai fasilitas umum dan jalan raya.

Gambar 3.66. Jumlah Korban Kekerasan di DKI Jakarta Menurut Bentuk Kekerasan Tahun 2020-2021

Fisik KDRT Kekerasan

Seksual Penelantaran Perkawinan Anak Psikis Trafficking Lainnya

2020 285 0 311 64 0 328 125 125

2021 58 390 366 0 2 53 273 171

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), KDRT didefinisikan sebagai perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat pada timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk perbuatan, pemaksaan, atau perampasan hak kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Pada tahun 2021, bentuk kekerasan terbanyak yang diterima oleh korban yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan kekerasan seksual yang masing-masing memiliki penambahan sebesar 390 kasus dan 55 kasus. Total kasus kekerasan yang terjadi pada 2021 adalah sebanyak 1.313 kasus atau bertambah sebesar 6,06% dibandingkan dengan total kasus pada 2020.

Gambar 3.67. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Klien Tahun 2020-2021

Perempuan Anak Perempuan Anak Laki-laki

2020 453 385 109

2021 518 539 256

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Jumlah korban kekerasan yang ditangani P2TP2A tahun 2021 mengalami kenaikan yang bervariasi untuk setiap klien dibandingkan tahun 2020. Klien yang paling banyak ditangani pada tahun 2021 yaitu anak perempuan sebanyak 41% yang mengalami peningkatan sebesar 40% (154 kasus) dibandingkan tahun 2020, kemudian diikuti oleh perempuan yang berkontribusi sebanyak 39,45% dari total kasus selama 2021, atau meningkat sebesar 14,35% (65 kasus) dibandingkan tahun 2020.

Gambar 3.68. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Bulan Tahun 2020-2021

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2020 101 90 119 54 45 131 91 78 59 44 72 63

2021 124 95 117 102 84 111 82 130 105 101 162 100

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di DKI Jakarta yang ditangani oleh P2TP2A pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 38,65% (366 kasus) dari tahun 2020. Dari tren pada grafik di atas jumlah kekerasan perempuan dan anak tercatat fluktuatif setiap bulannya. Jika dibandingkan secara year- on-year, November merupakan bulan dengan peningkatan

jumlah kasus tertinggi dengan 90 kasus. Sedangkan secara persentase, kenaikan pada Oktober 2021 merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya dengan 129,55%.

Gambar 3.69. Jumlah Korban Kekerasan Menurut Usia Korban Tahun 2021

60,14%

11,66%

27,44%

0,76%

0-17 tahun 18-24 tahun 25-59 tahun 60+

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Gambar 3.70. Jumlah Korban Kekerasan Menurut Usia Pelaku Tahun 2021 84

238

607 14

0-17 tahun 18-24 tahun 25-59 tahun 60+

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Persentase jumlah korban kekerasan menurut usia pelaku yang paling tinggi berasal dari pelaku dengan usia 25-59 tahun yaitu sebesar 64% (607 kasus). Sedangkan usia korban kekerasan paling banyak direntang usia 0-17 tahun dengan jumlah persentase 60% (789 kasus).

Gambar 3.71. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Pendidikan Pelaku dan Klien Tahun 2021

N/A Tidak Sekolah TK/ PAUD SD SLTP SLTA Perguruan

Tinggi

Jumlah Korban Berdasarkan Pendidikan Pelaku 326 78 0 22 96 299 181

Jumlah Korban Berdasarkan Pendidikan Klien 206 173 31 190 234 333 146

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Dari sisi profil pendidikan pelaku dan korban, jumlah korban kekerasan yang ditangani P2TP2A mayoritas sebesar 32,52% (326 kasus) dan sebesar 29,84% (299 kasus) dilakukan oleh pelaku dengan pendidikan terakhir tidak diketahui (N/A) dan SLTA sederajat. Sementara itu, latar belakang pendidikan dari sisi korban sebagian besar terjadi pada lulusan SLTA dan sederajat yaitu sebesar 25,36% (333 kasus).

Gambar 3.72. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DKI Jakarta Menurut Pekerjaan Pelaku dan Klien Tahun 2021

Ibu Rumah Tangga

Pedagang/

Petani/

Nelayan

Pegawai Swasta/

Buruh Pelajar PNS/ TNI/

Polri Tidak Bekerja Lainnya

Jumlah Korban Berdasarkan Pekerjaan Pelaku 35 14 377 58 21 297 200

Jumlah Korban Berdasarkan Pekerjaan Klien 196 15 200 359 5 453 85

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan grafik di atas, jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di DKI Jakarta berdasarkan pekerjaan pelaku didominasi oleh pegawai swasta/buruh dengan 377 kasus atau 37,62% disusul kategori pelaku yang tidak bekerja dengan 297 kasus atau 29,64%. Sedangkan berdasarkan pekerjaan klien, kategori tidak bekerja menempati posisi teratas dengan 453 kasus atau sekitar 34,50% disusul pelajar dengan 359 kasus atau 27,34%.

Gambar 3.73. Jumlah Korban Kekerasan Menurut yang Melapor dan Tidak Lapor ke Kepolisian Tahun 2020-2021

Jumlah Korban Lapor Jumlah Korban Tidak Lapor

2020 270 614

2021 652 661

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Dari sisi profil pendidikan pelaku dan korban, jumlah korban kekerasan yang ditangani P2TP2A mayoritas sebesar 32,52% (326 kasus) dan sebesar 29,84% (299 kasus) dilakukan oleh pelaku dengan pendidikan terakhir tidak diketahui (N/A) dan SLTA sederajat. Sementara itu, latar belakang pendidikan dari sisi korban sebagian besar terjadi pada lulusan SLTA dan sederajat yaitu sebesar 25,36% (333 kasus).

Gambar 3.74. Jumlah Korban Kekerasan P2TP2A Berdasarkan Jenis yang Diberikan Tahun 2021

Konsultasi

Hukum Konseling

Psikologi Psikososial/

Psikoedukasi Pemeriksaan

Psikologi Pengukuran

Awal Pendampingan

di Kepolisian Pendampingan

Psikologi Pendampingan

Lainnya Penjangkauan

Paralegal URC Rumah Aman

Jumlah Korban 1.846 1.122 1.065 890 793 606 590 363 202 140

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Jenis pelayanan yang paling banyak diberikan (10 teratas) untuk korban kekerasan P2TP2A pada 2021 yaitu konsultasi hukum sebesar 24,24% (1.846 kasus), sedangkan yang paling sedikit adalah layanan Rumah Aman yaitu sebanyak 1,84% (140 kasus). Pelayanan korban kekerasan oleh P2TPA dengan berbagai jenis layanan merupakan serangkaian usaha untuk memperbaiki kualitas hidup perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan baik untuk memperbaiki kondisi fisik maupun mental perempuan dan anak dalam pemenuhan hak dan kebutuhan hidupnya yang merupakan bagian dari hak asasi manusia.

Dalam dokumen Statistik Sektoral DKI Jakarta Tahun 2022 (Halaman 71-77)