3. Pelayanan Umum
3.4. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat
Berdasarkan jenisnya, rumah tempat tinggal menjadi pelanggan terbesar dengan jumlah pelanggan mencapai 811.190 sambungan. Tercatat 242,07 juta m3 air bersih telah dialirkan ke rumah tempat tinggal pada tahun 2021. Perusahaan toko dan industri menjadi pelanggan kedua terbesar sejumlah 84.101 sambungan. Dari jumlah tersebut, tercatat 49,77 juta m3 air bersih telah dialirkan ke perusahaan toko dan industri pada tahun 2021. Hotel/objek wisata menjadi jenis pelanggan dengan jumlah paling sedikit, yaitu 951 sambungan. Namun demikian, volume air yang dialirkan ke hotel/objek wisata bukanlah yang terkecil. Volume air paling sedikit dialirkan kepada jenis pelanggan sarana umum yaitu hanya sebesar 0,44 juta m3 dengan jumlah pelanggan mencapai 1.015 sambungan.
Gambar 3.32. Distribusi Persentase Rumah Tangga di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air Bersih Tahun 2021
Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Air Dalam Kemasan 87,12 73,75 79,76 80,39 82,46 83,08
Leding 12,17 0,51 1,29 16,48 13,40 16,22
Pompa 0,28 25,56 18,76 3,13 4,14 0,45
Sumur Terlindungi 0,20 0,18 0,19 0 0 0,25
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Grafik di atas menggambarkan sumber-sumber air bersih berdasarkan rumah tangga yang ada di DKI Jakarta. Berdasarkan grafik dapat dikatakan bahwa air dalam kemasan menjadi sumber air bersih utama bagi rumah tangga di DKI Jakarta yang peruntukkannya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari seperti air minum.
Sumber air leding menjadi yang terbesar kedua di Jakarta Pusat (16,48%), Jakarta Utara (16,22%), Jakarta Barat (13,40%) dan Kepulauan Seribu (12,17%). Sumber air pompa menjadi yang terbesar kedua di Jakarta Selatan sebesar 25,56% diikuti Jakarta Timur sebesar 18,76%.
Gambar 3.34. Jumlah Pelanggaran dan Penyelesaian Ketertiban, Ketenteraman, Keindahan di DKI Jakarta Tahun 2020-2021
2020 2021
Jumlah Penyelesaian 349.714 635.921
Jumlah Pelanggaran 436.814 656.323
Tingkat Penyelesaian Pelanggaran 80,06% 96,89%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
100.000 - 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
Secara umum, jumlah pelanggaran yang terjadi meningkat pada tahun 2021, begitu pun jumlah penyelesaiannya. Jika dilihat dari tingkat penyelesaiannya, pada tahun 2021 tingkat penyelesaian meningkat drastis dari 80,06% menjadi 96,89%.
Dalam upaya menegakkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, pemerintah membentuk perangkat yang dikenal sebagai Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 255 ayat 1 disebutkan bahwa Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada (Peraturan Kepala Daerah), menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat. Satpol PP dapat melakukan penertiban non-yudisial bagi pelanggar Perda atau Perkada, menindak pelanggar ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, melakukan tindakan penyelidikan serta tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda atau Perkada.
Gambar 3.35. Jumlah Polisi Pamong Praja di DKI Jakarta Menurut Rasio Penduduk per 10.000 Tahun 2017-2021
2017 2018 2019 2020 2021
Jumlah Pegawai 3.232 3.162 3.056 2.978 5.024
Jumlah Penduduk 1.037,42 1.046,76 1.055,78 1.056,21 1.056,21
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per
10.000 Penduduk 3,12 3,02 2,89 2,82 4,93
- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
Grafik di atas menggambarkan rasio Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk DKI Jakarta pada tahun 2017 hingga 2021. Perlu diperhatikan bahwa jumlah Satpol PP di DKI Jakarta merupakan penempatan personel di pusat (tingkat provinsi), bukan akumulasi dari tingkat kabupaten/kota. Tahun 2021 terjadi peningkatan jumlah Polisi Pamong Praja di DKI Jakarta. Tercatat kenaikan jumlah personel pada tahun 2021 mencapai 40,72% dan membuat rasio meningkat ke angka 4,93. Angka tersebut menunjukkan bahwa ada empat hingga 5 personel Polisi Pamong Praja yang melayani tiap 10.000 penduduk DKI Jakarta.
Gambar 3.36. Jumlah Polisi Pamong Praja di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Kepulauan
Seribu Jakarta
Selatan Jakarta
Timur Jakarta
Pusat Jakarta
Barat Jakarta Utara
Jumlah Pegawai 157 1.135 1.112 1.299 860 641
Jumlah Penduduk (10.000) 2,77 222,68 303,71 105,69 243,45 177,90
- 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00
- 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.37. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Kepulauan
Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000
Penduduk 56,58 3,86 3,74 12,29 2,63 3,60
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
Jumlah personel Polisi Pamong Praja di tiap kabupaten/kota berbeda-beda, menyesuaikan kebutuhan suatu wilayah. Dapat dilihat secara rasio, Kabupaten Kepulauan Seribu merupakan yang tertinggi (56,58), diikuti oleh Kota Jakarta Pusat (12,29). Ini berbanding terbalik dengan kota lainnya dengan rasio yang tidak lebih dari 4,00.
Dalam usaha penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, dikenal pula sebuah organisasi yang disebut dengan Satlinmas (Satuan Perlindungan Masyarakat). Dalam Pasal 1 Ayat 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat serta Perlindungan Masyarakat, disebutkan bahwa Satuan Perlindungan Masyarakat yang selanjutnya disebut Satlinmas adalah organisasi yang beranggotakan struktur masyarakat yang berada di kelurahan dan/atau desa dibentuk oleh lurah dan/atau kepala desa untuk melaksanakan perlindungan masyarakat (Linmas). Organisasi ini dapat membantu menegakkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di lingkup wilayah terkecil dengan masyarakat lokal yang menjadi personelnya.
Gambar 3.38. Jumlah Perlindungan Masyarakat per 10.000 Penduduk di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Jakarta
Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Petugas Satlinmas 1.008 1.082 602 172 1.393
Jumlah Penduduk(10.000) 222,68 303,71 105,69 243,45 177,90
Rasio Jumlah Linmas per 10.000
Penduduk 4,53 3,56 5,70 0,71 7,83
- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
200 - 400 600 1.000 800 1.200 1.400 1.600
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Pusat Statistik, Biro Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.39. Cakupan Perlindungan Masyarakat Penduduk di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Kepulauan
Seribu Jakarta
Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Jumlah Satlinmas 0 891 1.082 602 172 1.393
Jumlah RT 127 6.077 7.929 4.559 6.499 5.279
Cakupan Petugas Satlinmas 0 0,15 0,14 0,13 0,03 0,26
0 0 0 0 0 0 0
10000 20003000 40005000 60007000 80009000
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Pusat Statistik, Biro Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
Jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk, Kota Jakarta Utara memiliki angka rasio jumlah linmas 7,83 per 10.000 penduduk. Ini berarti ada 7 hingga 8 Linmas yang melayani 10.000 penduduk. Cakupan Linmas yang menjadi perhitungan target nasional didasarkan pada wilayah RT. Berdasarkan cakupannya, Linmas terbanyak terdapat di Kota Jakarta Utara yang mencapai 0,26, berbanding terbalik dengan Jakarta Barat yang hanya sebesar 0,03.
Gambar 3.40. Jumlah Kejahatan/Pelanggaran Kamtibnas Tahun 2020-2021
2020 2021
Jumlah Kejahatan 8.112 982
Sumber: Polda Metro Jaya
Gambar 3.41. Sepuluh Kejahatan/Pelanggaran Kamtibnas Tertinggi Menurut Jenisnya Tahun 2020-2021
Narkotika Penipuan Demonstrasi Pencurian dengan Pemberatan
Pencurian Kendaraan Bermotor
Pencurian
Biasa Penganiayaan Berat
Pencurian dengan Kekerasan
Penganiayaan
Ringan Pengrusakan
2020 2.389 1.858 993 907 541 489 473 184 171 66
2021 81 246 0 272 96 60 141 32 11 13
Sumber: Polda Metro Jaya
Pada tahun 2021, tercatat penurunan pelanggaran Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (kamtibmas) sebesar 87,89% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year). Berdasarkan jenis pelanggaran kamtibmas, penurunan terbesar secara jumlah kasus adalah jenis pelanggaran narkotika dengan 2.308 kasus.
Sedangkan secara persentase, jenis pelanggaran demonstrasi berkurang hingga 100%.
Gambar 3.42. Jumlah Sarana dan Prasarana Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019-2021
Mobil Pompa Pos Pemadam Kebakaran Mobil Rescue Mobil Tangga Mobil Ambulan
2019 137 116 42 5 6
2020 245 127 45 12 8
2021 227 119 44 15 8
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta Gambar 3.43. Jumlah Sarana dan Prasarana Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan di Provinsi DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara DKI Jakarta
Mobil Pompa 45 54 41 40 45 2
Pos Pemadam Kebakaran 27 27 16 16 33 0
Mobil Rescue 8 10 8 9 8 1
Mobil Tangga 4 1 4 2 2 2
Mobil Ambulan 1 2 1 1 2 1
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Grafik di atas menunjukkan sarana dan prasarana Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta yang tersedia pada tahun 2019 hingga tahun 2021. Mobil pompa menjadi sarana dengan jumlah terbanyak hingga tahun 2021. Pada tahun 2021, terjadi penurunan jumlah pos pemadam kebakaran sebanyak 8 unit, sebaliknya jumlah mobil tangga meningkat sebanyak 3 unit dibandingkan dengan tahun 2020.
Gambar 3.44. Jumlah Petugas Penanganan Penanggulan Kebakaran Menurut Jabatan di DKI Jakarta Tahun 2021
Sudin Jakarta Selatan Sudin Jakarta Timur Sudin Jakarta Pusat Sudin Jakarta Barat Sudin Jakarta Utara
Jumlah 405 399 363 368 398
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Grafik di atas menunjukkan jumlah petugas penanganan penanggulangan kebakaran menurut Suku Dinas (Sudin) kabupaten/kota di DKI Jakarta. Secara umum, rata-rata terdapat 386,6 petugas di setiap suku dinas. Jumlah petugas terbanyak ada di Sudin Jakarta Selatan dengan 405 petugas dan jumlah petugas terkecil ada di Sudin Jakarta Pusat dengan 363 petugas.
Gambar 3.45. Jumlah Kebakaran di DKI Jakarta Tahun 2017-2021
2017 2018 2019 2020 2021
Jumlah 1.471 1.751 2.183 1.505 1.535
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Secara umum, jumlah kebakaran di DKI Jakarta mengalami fluktuasi selama periode 2017 hingga 2021.
Dari tahun 2017 jumlah kebakaran meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2019. Tercatat ada 2.183 kebakaran di DKI Jakarta pada saat itu. Pada tahun 2020 jumlah kebakaran kembali menurun sebesar 31,06%
dan kembali naik pada tahun 2021 mencapai 1.535 kasus kebakaran.
Gambar 3.46. Jumlah Kebakaran Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta Tahun 2020-2021
Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
2020 9 397 349 160 333 257
2021 16 446 331 210 322 210
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta Gambar 3.47. Jumlah Kebakaran Menurut Penyebab Kebakaran di DKI Jakarta Tahun 2020-2021
Listrik Gas Membakar Sampah Rokok Lilin Lainnya
2020 938 180 123 36 7 221
2021 1.032 154 109 42 5 193
Sumber: Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Apabila dilihat berdasarkan kabupaten/kota, Kota Jakarta Selatan merupakan penyumbang kasus kebakaran terbanyak pada 2020 dan 2021. Pada tahun 2021, jumlah kebakaran di Jakarta Selatan mengalami peningkatan sebesar 12,34%. Peningkatan jumlah kebakaran tidak hanya terjadi di Jakarta Selatan, tercatat Kabupaten Kepulauan Seribu dan Jakarta Pusat juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 77,78%
dan 31,25%.
Listrik menjadi yang utama kebakaran di DKI Jakarta. Persentase kebakaran yang disebabkan oleh listrik mencapai 67,23% pada tahun 2021. Kebakaran yang disebabkan listrik bahkan meningkat pada tahun 2021 sebesar 10,02%. Penyebab kebakaran yang turut meningkat pada tahun 2021 adalah rokok dengan peningkatan sebesar 16,67% pada tahun 2021.