• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Dalam dokumen Statistik Sektoral DKI Jakarta Tahun 2022 (Halaman 104-107)

3. Pelayanan Umum

3.15. Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Peluncuran program JakWifi adalah untuk menyediakan jaringan internet masyarakat DKI Jakarta, terutama daerah-daerah yang umumnya kesulitan mendapatkan akses tersebut. Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 82 Tahun 2021 tentang perluasan internet bagi masyarakat, disebutkan bahwa salah satu lokasi pemasangan JakWifi yang diprioritaskan adalah rukun warga yang dikategorikan kumuh. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta mengukur kekumuhan suatu daerah menggunakan sebelas variabel27 lalu mengklasifikasikan daerah-daerah tersebut ke dalam lima kategori kekumuhan.28

Berdasarkan status kekumuhan daerahnya,29 tersebar sebanyak 5.105 titik JakWifi di beragam RW di seluruh provinsi DKI Jakarta. RW dengan status kumuh berat yang memiliki titik JakWifi terbanyak terletak di Jakarta Barat, dengan jumlah 109 titik, sedangkan RW dengan status non-kumuh yang memiliki titik JakWifi terbanyak terletak di Jakarta Selatan, dengan jumlah 383 titik. Selain itu, jumlah titik JakWifi terendah berdasarkan status kekumuhan RW daerahnya terletak di Kepulauan Seribu, dengan total 49 titik dan titik terbanyak terletak di rukun-rukun warga non-kumuhnya, dengan jumlah sebanyak 22 titik.

Tabel 3.2. Jumlah Koperasi di DKI Jakarta Berdasarkan Jenisnya tahun 2021

Wilayah Jasa Konsumen Pemasaran Produsen Simpan Pinjam Grand Total

Kepulauan Seribu 0 2 0 0 0 2

Kota Jakarta Selatan 28 184 27 6 14 259

Kota Jakarta Timur 24 221 32 7 6 290

Kota Jakarta Pusat 16 306 36 93 33 484

Kota Jakarta Barat 8 216 23 3 15 265

Kota Jakarta Utara 20 160 28 16 16 240

Grand Total 96 1.089 146 125 84 1.540

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat berdasarkan jenisnya, koperasi di DKI Jakarta didominasi oleh koperasi konsumen dengan persentase sebesar 70,71% dan diikuti oleh koperasi pemasaran dengan persentase sebesar 9,48%. Koperasi konsumen adalah koperasi yang menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari seperti sembako, perabot, pakaian, dan barang konsumsi lainnya. Sementara itu, koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk untuk membantu anggota dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkan. Ada pun koperasi produsen adalah koperasi yang beranggotakan UMKM sebagai tempat pengadaan bahan baku dan menghasilkan barang atau jasa bagi masyarakat.

Jika dilihat dari sebaran lokasinya, koperasi konsumen terdapat paling banyak di Jakarta Pusat dengan persentase sebesar 28,10%, begitu pun dengan koperasi pemasaran dan koperasi produsen dengan persentase masing-masing sebesar 24,66% dan 74,40%. Sementara itu jenis koperasi paling sedikit di DKI Jakarta adalah koperasi simpan pinjam dengan 5,45% yang 39,29% di antaranya tersebar di Jakarta Pusat.

Gambar 3.130. Jumlah Anggota Koperasi di DKI Jakarta Tahun 2019-2021

2019 2020 2021

Jumlah 348.598 434.738 178.642

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta Gambar 3.131. Jumlah Anggota Koperasi di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Koperasi Aktif 0 41.430 39.951 44.567 23.186 29.508

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Pada 2020, jumlah anggota koperasi di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebesar 24,71% menjadi 434.738 anggota dibandingkan 2019 yang berjumlah 348.598 anggota. Pada 2021, terdapat penurunan yang

signifikan hingga 58,91% atau menjadi 178.642 anggota. Dari sisi sebaran anggota koperasi, wilayah administrasi Jakarta Pusat memiliki anggota koperasi terbanyak yaitu 44.567 anggota pada 2021, sedangkan Kepulauan Seribu tidak memiliki anggota koperasi di tahun yang sama.

Gambar 3.132. Jumlah Sisa Hasil Usaha di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019-2021 (Miliar Rupiah)

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

2019 0 101,27 96,83 103,80 15,13 19,29

2020 0 102,64 103,95 74,52 21,72 15,13

2021 0 65,70 44,14 359,77 22,42 13,04

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Jika dilihat dari tren di masing-masing wilayah administrasi pada rentang 2019-2021, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat memiliki tren jumlah SHU yang fluktuatif. Adapun Jakarta Barat memiliki tren relatif meningkat, dan sebaliknya Jakarta Utara memiliki tren menurun. Pada 2021, Jakarta Pusat mencatatkan jumlah SHU tertinggi dibandingkan dengan wilayah administrasi lainnya yaitu sebesar Rp359,8 miliar yang jauh meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya bernilai sebesar Rp74,5 Miliar. Di sisi lain, Kepulauan Seribu menjadi wilayah administrasi yang tidak mencatatkan perolehan SHU sejak 2019-2021.

Gambar 3.133. Jumlah Modal Usaha di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019-2021 (Miliar Rupiah)

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

2019 0 1.372,06 1.570,69 2.091,04 132,85 405,99

2020 0 1.726,27 1.622,72 1.761,53 323,37 227,62

2021 0 845,14 537,53 1.265,62 360,19 334,35

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah adalah sejumlah dana yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha dalam koperasi. Modal tersebut digunakan untuk membeli barang dagangan atau alat produksi. Adapun perolehan modal bisa didapat dari dua sumber, yaitu dari anggotanya sendiri (internal) dan dari luar (eksternal). Modal internal terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan dana cadangan. Sementara itu, modal eksternal terdiri atas hibah, pinjaman, dan sumber lain yang sah.

Jika dilihat dari tren peningkatan modal usaha sepanjang 2019-2021, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara memiliki tren fluktuatif dengan besaran modal bervariasi. Sementara itu, Jakarta Barat memiliki tren meningkat meskipun tidak signifikan. Sebaliknya Jakarta Pusat memiliki tren penurunan yang konsisten sejak 2020. Meski demikian, sepanjang 2019-2021, Jakarta Pusat secara konsisten mencatatkan jumlah modal

usaha tertinggi di Provinsi DKI Jakarta dengan perolehan sebesar Rp1,27 triliun pada 2021. Di sisi lain, Kepulauan Seribu sepanjang 2019-2021 secara konsisten tidak mencacatkan jumlah modal usaha.

Gambar 3.134. Jumlah Volume Usaha di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019-2021 (Miliar Rupiah)

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

2019 0 946,77 700,76 1.412,25 73,73 172,18

2020 0 918,26 700,10 829,00 811,32 101,48

2021 0 562,93 339,16 641,45 870,66 108,35

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (DPPKUKM), volume usaha koperasi merupakan nilai penjualan atau penerimaan barang dan jasa, serta penyaluran pinjaman dan pembiayaan dalam satu periode atau tahun buku tertentu. Jika dilihat dari tren pertumbuhan volume usaha sepanjang 2019-2021, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara memiliki tren fluktuatif dengan besaran volume usaha bervariasi. Sementara itu, Jakarta Barat memiliki tren meningkat secara konsisten hingga mencatatkan jumlah volume usaha tertinggi di Provinsi DKI Jakarta pada 2021 yang mencapai Rp870,7 miliar.

Sebaliknya, Jakarta pusat memiliki tren penurunan yang konsisten sejak 2019 meskipun pada 2021 masih menempati peringkat kedua setelah Jakarta Barat sebagai kota dengan volume usaha tertinggi di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Rp641,4 miliar. Sementara itu, Kepulauan Seribu sepanjang 2019-2021 tidak mencatatkan jumlah volume usaha.

Gambar 3.135. Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2021

Kepulauan Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Jumlah 3.210 210.020 240.512 138.304 272.841 197.179

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DKI Jakarta

Sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional, perekonomian DKI Jakarta tidak bisa terpisahkan dari sektor UMKM yang menjadi roda penggerak utama perekonomian dan penyediaan lapangan kerja. Pada 2021, total UMKM di DKI Jakarta mencapai 1,06 juta UMKM. Jika dibandingkan dengan total populasi penduduk DKI Jakarta yang mencapai 10,61 juta jiwa pada 2021, rasio penduduk yang berwirausaha tergolong cukup tinggi, yaitu 10%. Jika dilihat berdasarkan kewilayahan, persentase UMKM di DKI Jakarta pada 2021 paling banyak tersebar di Jakarta Barat dengan 25,69%, diikuti oleh Jakarta Timur dan Jakarta Selatan dengan persentase masing- masing 22,65% dan 19,77%.

Dalam dokumen Statistik Sektoral DKI Jakarta Tahun 2022 (Halaman 104-107)