WARTABONE
IV. LA IBOERAHIMA WARTABONE PUTRA MAHKOTA RAJA WARTABONE (1812-1897)
6. Masa (hari) yang keenam, “Jumu’ah” (Jum’at)
Masa yang keenam diberi nama oleh Allah, Jumu’ah”, artinya kumpulan. Hari keenam disebut kumpulan, karena hari pertama (ahad) Allah menciptakan cahaya dan syahadat, hari kedua (senin) Allah menciptakan bumi, langit, laut dan gunung, hari ketiga (selasa) Allah menciptakan matahari, bulan, dan bintang. Pada hari keempat (rabu), Allah menciptakan binatang, dan pada hari kelima (kamis) Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan.
Lengkaplah ciptaan Allah di jagat raya. Selanjutnya pada keenam, terkumpullah ciptaan-ciptaan Allah itu, lalu siapa yang hendak mengurus semuanya itu. Pada hari jumat (masa perkumpulan), Allah menciptakan:
a. Malaikat
Malaikat diciptakan oleh Allah untuk membantu dalam mengatur segala ciptaanNya. Proses pencipataan malaikat, melalui seruan Allah, “kun”. Lalu dari “cahaya” tercipta berturut-turut sepuluh makhluk halus. Lalu dari baranya (api yang sangat panas), menjelma pula satu makhlus halus, sehingga kesemuanya ada 11 (sebelas). Makhluk-makhluk halus itu dinamai “malaikat”.
Sejarah Islam di Lembah Palu
— 210 —
La Iboerahima Wartabone Putra Mahkota Raja Wartabone
— 211 —
Setelah malaikat diciptakan dan sudah menjalankan tugas mengabdi kepada Allah,
(tidak melakukan sedikitpun bantahan terhadap yang diperintahkan oleh Allah dan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah), lalu Allah berfirman sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka (para malaikat) berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah.
Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Pada ayat tersebut, Allah menyampaikan dengan tegas untuk menciptakan khalifah. Sebuah akumulasi penciptaan pada hari keenam untuk melengkapi keragaman pada ciptaan- ciptaan sebelumnya. Khalifah menandai sebuah unsure dinamika dari apa yang telah Allah ciptakan yang gerakannya bersifat statis.
b. Khalifah
Hamparan ciptaan Allah yang demikian Maha Luas dan Maha Agung, lalu Dia mencari di antara ciptaanNya itu yang akan dijadikan pemimpin sebagai penerima amanah. Allah menawarkan kepada tanah. Tanah tidak mampu memikul tugas yang berat itu. Cukup baginya, “duduk” siang dan malam
“menyembah” kepadaNya. Lalu ditawarkan kepada gunung.
Gunung berkata: “Ya Tuhan kami, ampunilah kami! Kami tidak dapat memikul beban seberat itu. Kami khawatir nanti akan mengkhianati amanah itu. Cukuplah bagi kami untuk terus
“bersimpuh” pada siang dan malam untuk menyembahMu”.
Allah menawarkan kepada langit. Langit menjawab: “ Yang Tuhan kami,! Ampunilah kami, kami tidak sanggup memikul tugas berat itu. Lalu Allah menawarkan kepada angin. Angin menjawab:”Ya Tuhan kami, ampunilah kami. Kami tidak sanggup memikul beban itu. Cukup bagi kami untuk terus menerus “rukuk” untuk menyembah kepadaMu. Kemudian Allah menawarkan kepada angin. Anginpun menyatakan tidak mampu memikul amanah itu. Bagi air, cukup terus menerus
“sujud” menyembah kepadaNya.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an pada Surah Al- Ahzab ayat 72:
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.
Manusia menawarkan diri untuk memikul amanah itu.
Oleh karenanya, Allah menciptakan Nabi Adam sebagai realisasi tugas khalifah. Nabi Adam diciptakan dari berbagai unsur, yaitu tanah, api, angin, dan air. Tanah disimbolkan
“duduk”. api disimbolkan “berdiri”, angin disimbolkan “rukuk”, dan air disimbolkan “sujud”. Fenomena inilah yang diamalkan dalam shalat, sebagai media komunikasi hamba dengan Sang Pencipta.
Setelah melewati enam masa, yang setiap masa berlangsung selama 1000 tahun, lalu Allah naik bertakhta di Arsy. Sebagaimana FirmanNya pada Surah Yunus ayat 3:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izinNya.
(Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
La Iboerahima Wartabone menjalani kehidupan dalam mengembangkan ajaran Islam dengan cara pengajaran Nur Muhammad. Nur Muhammad merupakan tahapan pencapaian dari perjalanan spiritual dalam memaknai keseimbangan ajaran tauhid dengan dukungan teknologi alam semesta. Manusia yang diberi amanah mengelola alam semesta sebagai khalifah.
Bilamana tidak mengetahui hal ihwal yang dikelola, dapat berdampak munculnya bahaya yang merugikan banyak pihak.
Tokoh La Iboerahima Wartabone putra Mahkota Raja Wartabone merupakan seorang ulama agama Islam di Lembah Palu dan menjadi awal mula marga Wartabone di Lembah Palu Sulawesi Tengah. Membahas tokoh ini berarti kita akan menjelaskan secara mendalam apa yang telah dikembangkan oleh La Iboerahima Wartabone di Pulau Una-Una dan di Bone Tatura Palu Sulawesi Tengah dan tentu saja pengembangan agama Islam. Demikian juga dari Marga yang bernama Wartabone tentu tulisan ini akan menjelaskan secara lebih tegas
keberadaan marga Wartabone yang berada di Palu Sulawesi Tengah dan bukan yang ada di Gorontalo.23 Namun, tentu saja sebagai marga (keluarga besar) atau big family berarti memiliki kaitan yang erat secara genealogi dengan marga Wartabone yang ada di Gorontalo.24 Lebih daripada itu dia lahir dan besar dalam Kawasan Teluk Tomini25 yang mempengaruhi sosio politik Gorontalo pada masanya.
Pendekatan agama Islam sebagai sebuah ideologi adalah pendekatan dakwah yang menduniakan Islam dalam diri manusia. Sebelum pengembangan agama Islam secara ideologi biasanya diperkenalkan dulu dengan cara mitologis. Mitos mempunyai sifat irrasional sedangkan mitos juga berguna dan bermanfaat sebagai suatu konsensus. Pemikirannya diarahkan pada pemikiran reseptif artinya menerima segala sesuatu sebagai kodrat. Manusia tidak mungkin dan tidak perlu mengubahnya. Ia harus menerima apa adanya.26 Setelah Islam ideologi maka agama Islam dilihat sebagai sebuah hal yang rasional dan subyektif. Ideologi memiliki sifat rasional dan subyektif serta berguna untuk sebuah kepentingan. Dalam ideologi mementingkan metodologi yang diarahkan pada hal- hal yang normatif. Ideologi juga mengajarkan cara berpikir yang tertutup. Selepas Islam sebagai ideologi baru masuk kepada pengembangan Islam Ilmu Pengetahuan. Periode ilmu ditandai dengan sifat yang obyektif. Metodologi ilmu pengetahuan mementingkan yang faktual. Dalam ilmu diajarkan tentang cara berpikir yang terbuka.
23 Harto Juwono dan Yosephine Hutagalung, Limo Lo Pohalaa Sejarah Kerajaan Gorontalo (H. Alex Sato Bya: Penerjemah) (Yogyakarta: Ombak, 2005).
24 Silsillah Keluarga Wartabone di Gorontalo dan Sulawesi Tengah (manuskrip).
25 Haliadi, “Sejarah Teluk Momini,” disampaikan pada seminar Sehari di Bappeda Kabupaten Parigi Moutong tahun 2014.
26 Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004), hlm 40.
Sejarah Islam di Lembah Palu
— 214 —
La Iboerahima Wartabone Putra Mahkota Raja Wartabone
— 215 —
Menurut pandangan umum bahwa proses pengislaman di Nusantara terjadi karena dua hal yakni penduduk Pribumi yang berhubungan dengan dunia luar kemudian mengenal Agama Islam kemudian menganutnya dan orang-orang asing Asia (Arab, India, Cina dan Melayu) yang telah menganut agama Islam datang menetap ke wilayah-wilayah di Nusantara dan melakukan kawin campuran sehingga menganut agama Islam yang dibawah oleh orang asing tersebut. Namun yang pasti Agama Islam telah mengantarkan masyarakat lokal menjadi masyarakat modern atau masyarakat yang telah berpikir rasional karena sebelumnya mereka pikiran mereka dipengaruhi oleh pemikiran mitologis.27
Tulisan ini akan menjelaskan latar belakang La Iboerahima Wartabone yang berasal dari Bone Suwawa Gorontalo hingga mengembangkan Agama Islam di Lembah Palu Sulawesi Tengah. Tulisan ini akan menguraikan perjalanan La Iboerahima Wartabone dari Bone Suwawa Gorontalo-Una-Una-Bugis-Palu.
Kemudian sub judul “Dengan Islam Berakhir di Kampung Potoya Sigi Sulawesi Tengah” karena beliau kemudian meninggal di Potoya Sigi Sulawesi Tengah sebagai seorang ulama Islam bukan sebagai seorang Putra Mahkota Kerajaan Bone Suwawa di Gorontalo karena dia meninggalkan kerajaannya hanya untuk Agama Islam. Dia mengembangkan agama Islam secara ideologis supaya agama Islam tertanam dalam diri manusia penganutnya di Lembah Palu Sulawesi Tengah.