BAB III
authenticity (kesahihan) dan originality (keaslian) sebuah teks sering tidak dipersoalkan. Dengan demikian sebuah teks adalah bersifat otonom.
Kaitannya dengan hal tersebut, penulis memakai tiga naskah KN karya Made Degung, I Wayan Mandra, dan I Wayan Pamit, dengan harapan dapat mewakili kajian wacana Śiwa-Buddha secara menyeluruh, karena memang ketiga kakawin ini bersumber pada naskah Śiwagama dan Nilacandra Parwa. Ketiga pengarang, baik Made Degung, I Wayan Mandra, maupun I Wayan Pamit adalah sama-sama mengarang dan masing-masing karyanya bernama KN serta bersumber pada hipogram yang sama. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa pengarang atau karya yang berbeda dengan persoalan yang sama (Śiwa-Buddha) serta sumber yang sama pula. Made Degung menyebutnya dengan Śiwa-Buddhakalpa, sedangkan I Wayan Mandra menyebutnya dengan Purwāgamaśaśana.
Penelitian ini diawali dengan melakukan pendekatan objektif, yakni analisis tentang struktur naratif ketiga KN, berdasarkan kode bahasa, sastra, dan budaya Jawa Kuna dan Bali. Selanjutnya akan terbayang kaitan KN dengan teks lainnya (hipogram), yang bertumpu pada teori estetika resepsi, wacana, interteks, dan semiotik. Di sinilah terjadi pergumulan atau dialog yang akrab dengan teks secara intrinsik-ekstrinsik, dengan memperhatikan peran pengarang, teks, dan pembaca. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman tentang wacana Śiwa-Buddha dalam teks hipogram, yang diresepsi oleh ketiga pengarang yang berbeda ke dalam bentuk sastra kakawin yang dinamai KN.
3.2 Lokasi dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi, yakni (1) di belahan timur Pulau Bali, bertempat di Banjar Tengah Desa Sibetan Bebandem, Karangasem. Sekitar 2,5 (dua setengah) kilometer ke arah utara dari jalan raya Sibetan, menyusuri jalan setapak di antara pohon salak penuh bebatuan dengan jalan menanjak, ibarat mendaki sebuah bukit berduri yang jauh dari keramaian dan kebisingan kota. Di sanalah lokasi atau tempat kakawin ini dilahirkan. Di sebuah gubuk yang sangat sederhana tetapi nyaman, tenang, dan memancarkan kedamaian, seorang pangawi bernama Made Degung di zaman modern ini mampu mengarang karya sastra tradisional berjudul KN (selanjutnya disebut KN1) berangka tahun 1993; (2) di Bali tengah, bertempat di Banjar Delod Tangluk, Jalan Suli nomor 4, Desa Sukawati Gianyar. Lokasi yang tidak jauh dari Pasar Seni Sukawati ke arah barat daya, lahir KN (selanjutnya disebut KN2) berangka tahun 1997 karya I Wayan Mandra (alm.). KN2 ini masih ditulis di atas kertas double folio
Wacana Śiwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra
beraksara Bali dan terdiri atas 38 halaman. Di Bali, wilayah Sukawati dan sekitarnya adalah salah satu lokasi seni kerajinan (pematung, tukang tatah wayang), termasuk seni sastra (pedalangan). Di wilayah inilah KN2 berhasil disadur dengan daya estetik dan ditulis langsung oleh pengarangnya; dan (3) di pusat kota, yakni di wilayah Kayumas Kelod Denpasar, I Wayan Pamit (alm.) berhasil menggubah sastra kakawin berjudul KN (selanjutnya disebut KN3) berangka tahun 1998. Betapa teguh tapa dan yoga-nya pengarang ini, walaupun berada di tengah-tengah keramaian dan kebisingan kota tidak menyurutkan tapa, brata, yoga, samadi-nya dalam berkarya sehingga terlahir KN3 yang hanya berselang 1 tahun dengan KN2.
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yakni membaca secara cermat teks KN1, KN2, dan KN3, wawancara dengan para informan semaksimal mungkin berdasarkan pedoman wawancara, dan mengkaji sumber data yang telah terpilih secara selektif. Ditunjang dengan instrumen lain, seperti tape recorder untuk merekam uraian verbal para informan atau pembaca KN terpilih; hand pone (HP) untuk wawancara singkat jarak jauh;
Kodak atau tustel untuk mendokumentasikan pembacaan KN oleh sejumlah sěka pasantian; laptop untuk operasional penelitian; serta compact disc (CD) atau Flash disc untuk menyimpan dokumen penelitian ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data dalam penelitian ini yakni: (a) data primer dan (b) data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari teks KN (KN1, KN2, dan KN3) yang dideskripsikan secara detail untuk mendapatkan keterangan selengkap mungkin dan akurat; sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sebagai hasil wawancara dari para informan, yang ditunjang dengan berbagai informasi tertulis yang diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian terdahulu, majalah, Koran, dan sebagainya yang mendukung kajian kakawin itu.
Berdasarkan jenis data yang ada, maka sumber data penelitian ini dipilah menjadi tiga, yakni (1) berupa teks KN1, KN2, dan KN3 yang ditulis langsung oleh pengarangnya sendiri (Made Degung, I Wayan Mandra) sebagai naskah asli yang sering disebut autograf, sedangkan untuk KN3 karya I Wayan Pamit dijumpai dalam bentuk buku kakawin yang diterbitan tahun 2002. Untuk KN1 (karya Made Degung) dan KN2 (karya I Wayan Mandra) semula penulis peroleh dalam bentuk teks yang ditulis di atas kertas double folio, beraksara Bali, berbahasa Jawa Kuna, dan berbentuk puisi (kakawin). Huruf tampak jelas, mudah terbaca, dan terdiri atas 38--88 halaman. Keterangan kolofon akhir teks KN1, menyebutkan bahwa teks ini
selesai ditulis pada Jumat Paing Sinta tahun 1915 Saka atau 1993 Masehi.;
(2) berupa wawancara langsung dengan Made Degung selaku pengarang karya ini, menyatakan bahwa teks yang semula ditulis di atas kertas double folio tersebut telah rampung disalin ke dalam rontal sebagaimana layaknya ukuran lontar kakawin pada akhir Februari 2004. Penyalinan dilakukan pengarang sendiri menggunakan pangrupak dengan penuh ketekunan, keuletan, kesabaran, dan ketenangan sebagaimana pembawaannya dalam keseharian. Selain itu, sumber data penelitian ini merupakan hasil wawancara dengan sejumlah masyarakat pembaca KN; dan (3) berupa hasil studi pustaka atau berupa dokumentasi tertulis yang berperan sebagai penunjang data yang diperoleh dari hasil wawancara. Keseluruhan sumber data yang terpilih secara selektif tersebut dijadikan data penelitian ini.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Mengingat penelitian ini dilakukan terhadap data yang bersifat primer dan sekunder, maka metode yang dianggap tepat digunakan adalah metode pengamatan (observasi), metode wawancara (interview), dan metode dokumentasi. Metode pengamatan atau observasi dapat diartikan sebagai pengamatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1983:136). Untuk itu, penulis mengamati secara cermat ke tempat-tempat penyimpanan naskah, baik lembaga formal maupun perorangan. Metode ini ditunjang oleh metode wawancara kepada para pengarang, seniman dalang, cendekiawan, rohaniawan, budayawan, linguis, dan sastrawan Bali untuk mendapatkan data tentang KN dalam kehidupan sosial keagamaan dalam konteks wacana Śiwa-Buddha yang tersirat di dalamnya.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersifat sekunder yang merupakan hasil penelitian terdahulu, terutama yang berkaitan dengan kajian wacana Śiwa-Buddha. Penulis melakukan penelusuran ke sejumlah perpustakaan atau tempat-tempat penyimpanan lontar secara formal seperti Gedong Kirtya Singaraja, Kantor Dokumentasi Budaya Bali (sekarang Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, bidang dokumentasi), Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana, Perpustakaan Pusat Universitas Udayana, Perpustakaan Lontar Universitas Hindu Indonesia (UNHI), Museum Bali, Museum Sosono Budaya Yogyakarta, Biro Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI), dan Perpustakaan Nasional Jakarta (terutama di lantai Vb bidang Naskah Kuno). Ternyata dari sejumlah tempat penyimpanan bahan pustaka (perpustakaan) tersebut tidak ada yang menyimpan lontar KN sebagai koleksinya.
Pencarian naskah dilanjutkan ke tempat-tempat perorangan di seluruh
Wacana Śiwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra
Bali terutama di sejumlah puri atau kraton, geriya, dan para kolektor lontar lainnya. Akhirnya, peneliti menemukan tiga KN dan dua di antaranya ditulis di atas kertas double folio oleh pengarangnya sendiri, yakni KN1 karya Made Degung asal Sibetan Karangasem berangka tahun 1993, dan KN2 karya I Wayan Mandra asal Sukawati Gianyar berangka tahun 1997. Sementara KN3 karya I Wayan Pamit asal Kayumas Kelod Denpasar berangka tahun 1998, penulis jumpai dalam bentuk buku yang diterbitkan tahun 2002. Dasar pertimbangan dipilihnya ketiga KN ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketiga pengarang KN meresepsi wacana Śiwa-Buddha dari sumber atau hipogram yang sama ke dalam masing-masing karyanya. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data di lapangan, maka digunakan teknik pencatatan langsung dari informan tentang segala hal yang diinformasikan terkait dengan KN ini. Juga pencatatan secara tidak langsung (perekaman) yang bertujuan untuk mengimbangi cara pertama, di samping dilakukan dengan cara memotret atau memfoto. Semua ini dilakukan, terutama dipusatkan pada seka-seka pasantian atau sekelompok orang yang dipandang menggeluti kegiatan nyastra serta menguasai KN. Semua informasi yang dipilih secara selektif itu dijadikan data penelitian ini.
3.5 Metode Analisis Data
Naskah KN1, KN2 dan KN3 yang masing-masing memiliki keunggu- lan kualitas ditetapkan sebagai sumber data (Kusuma, 2005:14). Dalam ar- tian, ketiga naskah KN (karya Made Degung, I Wayan Mandra, dan I Wayan Pamit) dipandang memiliki cara tersendiri dalam meresepsi wacana Śiwa- Buddha yang tercermin dalam teks hipogram ke dalam karyanya masing- masing, termasuk pemilihan kata-kata (diksi), struktur naratif, kreativitas, dan popularitasnya. Dilanjutkan dengan transliterasi teks KN1, KN2 dan KN3 (beraksara Bali, berbahasa Jawa Kuna) ke dalam huruf Latin Kawi serta terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan idiomatis me- nitikberatkan kepada bahasa sumber dalam bentuk bahasa sasaran dan beru- saha menyampaikan makna teks bahasa sumber dalam bentuk bahasa sasa- ran yang wajar, baik tata bahasa maupun pilihan katanya (Sukesi, 1993:12).
Upaya transliterasi dan terjemahan ini dimaksudkan untuk menyajikan teks KN yang dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat secara luas dan pencinta sastra tradisional pada khususnya. Dalam menerjemahkan teks yang berbahasa Jawa Kuna ke dalam bahasa Indonesia, dibantu sejumlah kamus sebagai pegangan, yaitu Kamus Jawa Kuna-Indonesia karya Zoet- mulder (1995), Kamus Jawa Kuna-Indonesia karya Mardiwarsito (1981), Kamus Kawi-Bali karya Wayan Warna dkk (1988), dan kamus Kawi-Ba-
lineesch-Nederlandsch karya Van der Tuuk (1887-1912).
Pembacaan secermat mungkin dan menyeluruh terus dilakukan untuk menemukan struktur naratif teks KN1, KN2, dan KN3. Dengan demikian, fungsi-fungsi intrinsik teks dapat dipahami dengan bertumpu pada kaitan sebab-akibat antaralur, tema, dan amanat yang membangun KN, hingga akhirnya tercapai taraf penafsiran. Untuk mengungkap wirasa atau makna KN sebagaimana terbayang dalam kegiatan maběbasan, sesungguhnya terpendam makna yang mendalam. Ketika kakawin ini kabligbagang
‘didiskusikan’, maka kenikmatan makna dapat dirasakan penikmat sebagaimana makna berada pada pikiran pembaca (Suarka, 2007:58).
Pembacaan secara heuristik yang bertumpu pada struktur kebahasaan dan pembacaan hermeneutik yang bertumpu pada konvensi sastra, keagamaan (Śiwa-Buddha) dan sosial-budaya (Jawa Kuna dan Bali) dipandang sebagai jiwa ketiga KN ini. Dengan kata lain, interpretasi gramatikal yang meliputi kata-kata, frasa, dan kalimat yang dipandang sebagai tanda yang sarat makna dianalisis secara deskriptif menurut kaidah bahasa Jawa Kuna/Kawi sebagai medium yang dipakai dalam kakawin ini.
3.6 Penyajian Hasil Penelitian
Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan menampilkan salinan teks KN1, KN2, dan KN3 dalam aksara Bali, dilanjutkan dengan transliterasi, terjemahan (terutama bait-bait terkait untuk kepentingan analisis), hingga penyajian ringkasan cerita Nilacandra sebagai pokok analisis. Penyajian data merupakan kegiatan menyusun informasi sehingga memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Penyajian data bersifat deskriptif kualitatif dengan landasan pola berpikir induktif ke deduktif, berupa uraian verbal yang disusun secara sistematik dengan pembagian bab disesuaikan dengan masalah yang ada.
Penelitian yang terdiri atas sejumlah bab ini memiliki hubungan substansial, yang ditata dan bergerak dari analisis struktur naratif mengarah ke pemahaman isi secara mendalam. Inti pokok dari penelitian ini adalah wacana Śiwa-Buddha dalam teks hipogram (Śiwagama, Nilacandra Parwa), yang diresepsi ke dalam KN oleh pengarang yang berbeda. Tradisi ini telah berakar dalam kehidupan sosial-religius masyarakat Bali dan diterima oleh para pembaca/penikmat sebagai sebuah kakawin yang sarat akan wacana keagamaan (Śiwa-Buddha) yang tunggal dan harmonis.