OJK’s Role in Maintaining Financial Services Sector Stability during the COVID-19 Pandemic
Kebijakan yang Diterbitkan
Perpanjangan Kebijakan Restrukturisasi Bagi Industri Perbankan
POJK Nomor 48/POJK.03/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019
Mencermati masih berkelanjutannya penyebaran COVID-19 secara global maupun domestik dan diperkirakan masih akan berdampak terhadap kinerja dan kapasitas debitur serta meningkatkan risiko kredit perbankan, OJK melakukan perpanjangan kebijakan stimulus perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19. POJK ini diterbitkan sebagai langkah antisipatif dan lanjutan untuk mendorong optimalisasi kinerja perbankan, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan menghindari terjadinya moral hazard. Pokok-pokok ketentuan yang diatur antara lain masih berlakunya kebijakan relaksasi bagi debitur yang terdampak COVID-19, penambahan pengaturan terkait penerapan manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian bank dan kebijakan terkait permodalan dan likuiditas bank. POJK ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2022.
Policies Issued
Extending Restructuring Policy for the Banking Industry
OJK Regulation (POJK) No. 48/POJK.03/2020 as an amendment to POJK No.11/POJK.03/2020 concerning National Economic Stimuli as Countercyclical Policy to the Impact of Coronavirus Disease 2019.
Addressing the ongoing global and domestic transmission of COVID-19 and in anticipation of the impact on borrower performance and capacity as well as higher credit risk in the banking industry, OJK extended Economic Stimuli as Countercyclical Policy to the Impact of COVID-19 transmission. The regulation was issued as an anticipatory measure and to optimise banking industry performance, maintain financial system stability and nurture economic growth, while applying prudential principles and avoiding moral hazard. The main provisions of the regulation included relaxing policies for borrowers impacted by COVID-19, increasing regulation of risk management and prudential principles in the banking industry as well as policies concerning bank capital and liquidity. The OJK regulation remains effective until 31st March 2022.
Latar Belakang
Background
Graph 4.14 OJK Regulation (POJK) No. 48/POJK.03/2020 as an amendment to OJK Regulation Number 11/POJK.03/2020 concerning National Economic Stimuli as Countercyclical Policy to the Impact of Coronavirus Disease 2019
Grafik 4.14 POJK Nomor 48/POJK.03/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran COVID-19
Penyebaran COVID-19 yang masih berlanjut diperkirakan akan berdampak tehadap kinerja dan kapasitas debitur serta meningkatkan risiko kredit perbankan. Oleh karena itu, perlu diambil kebijakan stimulus perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19
Peraturan ini diterbitkan sebagai langkah antisipatif dan lanjutan untuk mendorong optimalisasi kinerja perbankan, mejaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan menghindari terjadinya moral hazard.
Ongoing COVID-19 transmission is expected to impact borrower performance and capacity as well as increase credit risk in the banking industry. Therefore, countercyclical economic stimulus policies are required to negate the impact of COVID-19.
The regulation was issued as an anticipatory measure and to optimise banking industry performance, maintain financial system stability and nurture economic growth, while applying prudential principles and avoiding moral hazard.
Target Lembaga Jasa Keuangan
Target Financial Services Institutions
Target Borrowers Eligible for Special Treatment
Target Debitur yang mendapat Perlakuan Khusus
BUK UUS
BPR BPRS
Conventional Commercial Banks Rural Banks
Islamic Windows BUS
Islamic Rural Banks
Islamic Banks
Penerapan Manajemen Risiko
Application of Risk Management Memiliki pedoman untuk menetapkan
debitur terkena dampak penyebaran COVID-19
Formulate guidelines to determine borrowers impacted by COVID-19 transmission
Melakukan penilaian terhadap debitur yang mampu terus bertahan dan memiliki prospek usaha sehingga dapat diberikan restrukturisasi sesuai POJK ini Assess resilient borrowers and business outlook to apply loan restructuring in accordance with this regulation
Membentuk cadangan untuk debitur yang dinilai tidak mampu bertahan setelah dilakukan restrukturisasi
Maintain loan loss provisions for borrowers expected to default after the restructuring
Mempertimbangkan ketahanan modal dengan memperhitungkan tambahan cadangan untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit/pembiayaan restrukturisasi dalam hal akan membagikan dividen/tantiem
Consider capital resilience and additional reserves to anticipate potentially lower credit quality of restructured loans/financing when disbursing dividend payments
Melakukan ujji ketahanan secara berkala terhadap potensi penurunan kualitas kredit/pembiayaan restukturisasi dan dampaknya terhadap likuiditas dan permodalan bank
Perform periodic stress tests on potentially lower credit quality of restructured loans/financing and the impact on bank liquidity and capital
Debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur atau usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun tidak langsung
Borrowers experiencing difficulties meeting their repayment obligations to a bank given the direct or indirect impact of COVID-19 transmission.
Grafik 4.15 Kebijakan Bagi Debitur yang Terdampak COVID-19 Graph 4.15 Policy for Borrowers Impacted by COVID-19
Restrukturisasi Kredit/Pembiayaan Loan/Financing Restructuring
Kualitas kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi ditetapkan lancar sejak dilakukan restrukturisasi
kredit/pembiayaan yang di restrukturisasi COVID-19 dikecualikan dari perhitungan aset berkualitas rendah (KKR) dalam penilaian TKS bank bagi BUK/BUS UUS
Bank dapat menyesuaikan mekanisme pesetujuan restrukturisasi kredit/pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian
Penetapan Kualitas Aset Determining Asset Quality
Penetapan kualitas kredit, pembiayaan, dan/atau penyediaan dana lain dengan plafon paling banyak 10 miliar didasarkan pada ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga atau margin/bagi hasil/ujrah
The quality of loans, financing and/or other disbursed funds up to a ceiling of Rp10 billion is determined based on punctuality of principal and/or
interest payments or the margin/profit sharing/ujrah Pemberian Penyediaan Dana Baru
New Loan Disbursements
Penetapan kualitas kredit/pembiayaan/ penyediaan dana lain yang dbaru dilakukan terpisah dengan kualitas kredit/pembiayaan/
penyediaan dana lain yang telah diberikan sebelumnya
The quality of new loans/financing/other disbursed funds is determined separately from the quality of previously disbursed loans/financing/other funds
Quality of restructured loans set as current upon restructuring
Loans/financing restructured due to COVID-19 are exempt from inclusion as low-quality assets when assessing the soundness level of conventional commercial banks, Islamic banks and Islamic windows
Banks can adjust the approval mechanism for restructured loans/financing while maintaining prudential principles
Kebijakan bagi BUK,BUS, atau UUS sebagai dampak penyebaran COVID-19
Penerapan kebijakan dimaksud harus bedasarkan persetujuan OJK Implementation of these policies is based on OJK approval
Policy for Conventional Commercial Banks, Islamic Banks and Islamic Windows Due to COVID-19 Transmission
BUK yang termasuk dalam kelompok BUKU 3, BUKU 4, dan bank asing dapat menyesuaikan batas bawah pemenuhan liquidity coverage ratio dan net stable funding ratio dari 100% menjadi 85% sampai dengan tangggal 31 Maret 2022
Conventional commercial banks in the BUKU 3 or BUKU 4 categories, as well as foreign banks, can adjust the lower bound of the liquidity coverage ratio and net stable funding ratio from 100% to 85% until 31s March 2022
BUK atau BUS dapat menyediakan dana pendidikan kurang dari 5% dari anggaran pengeluaran sumber daya manusia untuk tahun 2020 dan 2021
BUK, BUS, atau UUS dapat menetapkan kualitas agunan yang diambil alih yang diperoleh sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 bedasarkan kualitas agunan yang diambil alih posisi akhir bulan maret 2020
Conventional commercial banks and Islamic banks may allocate HR education and training funds equivalent to less than 5% of the human resources expenditure budget in 2020 and 2021
Conventional commercial banks, Islamic banks and Islamic windows can determine the quality of foreclosed collateral until 31s March 2020 based on the quality of foreclosed collateral at the end of March 2020
BUK atau BUS yang termasuk dalam kelompok BUKU 3 dan BUKU 4 dapat tidak memenuhi capital conservation buffer sebesar 2,5% dari aset tertimbang menurut resiko
Conventional commercial banks and Islamic banks in the BUKU 3 or BUKU 4 categories are not required to maintain a capital conservation buffer totalling 2.5% of risk-weighted assets (RWA)
! !
Penetapan Kebijakan yang Mendukung Stimulus Pertumbuhan Ekonomi ini Berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2022 These Policies to Stimulate Economic Growth Shall Remain Effective until 31st March 2022
Penambahan Laporan Rekapitulasi Stimulus Kredit atau Pembiayaan Restrukturisasi yang disampaikan secara bulanan sejak posisi data akhir bulan November 2020
Additional Credit Stimulus or Restructured Financing Recapitulation Report to be submitted monthly from the position recorded at the end of November 2020
Pelaporan kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi COVID-19 dalam sistem layanan Informasi Keuangan dengan menambahkan keterangan “COVID19”
Restructured loans/financing due to COVID-19 must be reported in the Financial Information Services System with a note added in the description “COVID19”
Pelaporan | Reporting
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank
POJK Nomor 58/POJK.05/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
POJK Perubahan POJK 14/2020 disusun untuk mendorong optimalisasi kinerja lembaga jasa keuangan non bank, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi pada masa COVID-19 yang diproyeksikan masih terus memberikan dampak negatif bagi debitur dan lembaga jasa keuangan non bank sampai dengan 2022. pokok-pokok pengaturan dalam Perubahan POJK 14/2020, antara lain:
a. Penambahan subjek pengaturan dalam POJK yaitu Lembaga Keuangan Mikro dan Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, yang ditambah dari POJK 14/2020
b. Jenis relaksasi yang ditambah dalam POJK dimaksud mencakup:
1) Mekanisme komunikasi perusahaan perasuransian yaitu pelaksanaan rapat dewan komisaris perusahaan perasuransian dan pemasaran produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) dilakukan melalui tatap muka langsung secara fisik atau melalui media;
2) Alokasi biaya pengembangan dan pelatihan pegawai perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah dapat kurang dari batasan minimum sebesar 2,5% dari anggaran sumber daya manusia;
3) Kegiatan usaha pembiayaan modal kerja dengan cara fasilitas modal usaha dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: Nilai pembiayaan untuk setiap Debitur paling banyak sebesar 10M, Memiliki agunan berupa kendaraan bermotor, tanah, bangunan, dan/atau alat berat (tidak berlaku untuk pembiayaan < Rp25 juta), Dilakukan pengecekan terhadap kelayakan Debitur melalui Lembaga pengelola informasi perkreditan yang telah memperoleh izin usaha dari OJK, dan Dilakukan analisis kelayakan kemampuan pembayaran Debitur.
4) Relaksasi penerbitan surat berharga berupa efek bersifat utang yang tidak melalui penawaran umum oleh perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah
5) Relaksasi ketentuan pemenuhan batasan ekuitas bagi perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang reasuransi yang aktivitas usahanya terkena dampak penyebaran COVID-19.
c. Perpanjangan penyampaian laporan berkala bagi LJKNB
d. Penyampaian laporan pembiayaan LJKNB yang dinilai berdasarkan ketepatan pembayaran pada posisi akhir bulan dalam jaringan kepada OJK e. Jangka waktu berlaku POJK ini sampai dengan 17 April 2022, dengan pengecualian
Countercyclical Policy to the Impact of Coronavirus Disease 2019 for Nonbank Financial Services Institutions
OJK Regulation (POJK) No. 58/POJK.05/2020 as an amendment to OJK Regulation Number 14/POJK.05/2020 concerning Countercyclical Policy to the Impact of Coronavirus Disease 2019 for Nonbank Financial Services Institutions.
The amendment to OJK Regulation Number 14/2020 was formulated to optimise performance of nonbank financial services institutions, maintain financial system stability and stimulate economic growth during the COVID-19 pandemic, the deleterious impact of which is expected to affect borrowers and nonbank financial services institutions until 2022. The salient provisions of OJK Regulation Number 14/2020 are recapitulated as follows:
a. The designation of microfinance institutions and FinTech peer-to-peer lending as subject to regulation
b. The types of relaxation stipulated in the OJK regulation include:
1) The communication mechanisms at insurance companies, namely the board of commissioners meeting and marketing of investment-linked insurance products (PAYDI), may be implemented directly face-to-face or virtually
2) The budget allocation for employee training and development at (Islamic) finance companies may be less than 2.5% of the human resources budget
3) The business activity of working capital financing using business capital facilities must meet the following requirements: Value of financing per borrower limited to a maximum of Rp10 billion, Secured against collateral in the form of a motor vehicle, land, buildings and/or heavy equipment (not required for financing < Rp25 million), Verification of borrower creditworthiness by an OJK approved and licensed credit information management institution is required, Analysis of borrower repayment capacity is required
4) Debt securities issued not through public offerings by (Islamic) finance companies
5) Equity requirements for insurance brokers and reinsurance brokers impacted by COVID-19
c. Extending Periodic report submission for nonbank financial services institutions
d. Nonbank financial services institutions financing reports submission based on punctuality of payments at the end of the month to OJK
e. The OJK regulation is effective until 17th April 2022 with some exclusions.
The policies instituted by OJK effectively dampened volatility and maintained market stability, with the Jakarta Composite Index (JCI) rallying and retail investor confidence restored in Indonesia's capital market during the pandemic.
Kebijakan OJK tersebut mampu meredam volatilitas dan menjaga stabilitas pasar dengan IHSG yang kembali menguat dan meningkatnya kepercayaan investor ritel terhadap Pasar Modal Indonesia di masa pandemi.
Kebijakan untuk Meredam Volatilitas
Policies to Dampen Volatility
Kemudahan Pelaporan dan
Perizinan
Stramlined Reporting and Licensing
Relaksasi bagi Industri Pasar Modal
Relaxation for Capital Market Industry
Grafik 4.16 Kebijakan Pasar Modal dalam Menyikapi Kondisi Pandemi Graph 4.16 Capital Market Policy Responding to the Pandemic Condition
Perubahan batas auto rejection (batas bawah menjadi 7%) Assymetric Auto Rejection
Adjustment in lower bound of auto rejection to 7%
03
Buyback Tanpa Melalui RUPS Buyback without AGMS
02
larangan Short selling sementara waktu No Short Selling
Temporary ban on short selling
01
Penetapan POJK Nomor 37/POJK.04/2020 Disclosure Waiver
POJK Number 37/POJK.04/2020 stipulation
07
Penambahan kondisi tertentu bagi BEI untuk melakukan tindakan trading halt Trading Halt
Additional specific conditions for Indonesia Stock Exchange (IDX) to halt trading
04
Peniadaan sesi pre-opening ketika pasar sangat volatile pada awal pandemi Pre-Opening Session
Preopening sessions during exceptional market volatility at beginning of pandemic
05
Pemendekan jam perdagangan, dan penyesuaian waktu penyelesaian
Trading Hour & Reporting TIme Shorter trading window and settlement window
06
Kebijakan untuk meredam Volatilitas
Policies to Dampen Volatility
Kemudahan pelaporan dan
perizinan
Stramlined Reporting and Licensing
Relaksasi bagi industri pasar modal
Relaxation for Capital Market Industry
Relaksasi penyampaian laporan dan prinsip keterbukaan Relaksasi Bagi Emiten/ Perusahaan Publik
Relaxation of report submission requirements and disclosure principles Relaxation for Issuers/Public Companies
02
Relaksasi penyampaian laporan penurunan peringkat efek & komposisi portofolio Relaksasi Bagi Perusahaan Efek & MI
Relaxation of report submission requirements and portfolio composition as well as lower securities ratings
Relaxation for Securities Companies and Investment Managers
03
Adopsi Teknologi Dalam Proses RUPS Technology Adoption in AGMS
01
Relaksasi penagihan sanki dan denda & diskon pungutan/biaya kepada pelaku industri
Relaksasi Lainnya
Relaxation of claims on sanctions, penalties and levy discounts/costs for industry players
Other Relaxation Measures
04
Bagi lembaga, wakil lembaga dan produk terkait pengelolaan investasi
Penyampaian Laporan via Website
Online Report Submission via Website
For institutions, institutional representatives and products relating to investment management
01
Bagi lembaga dan profesi penunjang pasar modal serta perusahaan pemeringkat efek
Penyampaian Laporan via E-mail
For capital market supporting institutions and professions as well as broker-dealers
Report Submission via Email
03
Pada SPRINT modul Wakil Manajer Investasi dan Wakil Agen Penjual Efek Reksandana
Implementasi E-Signature
In the investment manager representative and investment fund selling agent representative SPRINT modules e-Signature Implementation
04
Bagi emiten dan perusahaan publik Penyampaian Laporan via SPE-IDX
For issuers and public companies Report Submission via SPE-IDX
02
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank
POJK Nomor 58/POJK.05/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
POJK Perubahan POJK 14/2020 disusun untuk mendorong optimalisasi kinerja lembaga jasa keuangan non bank, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi pada masa COVID-19 yang diproyeksikan masih terus memberikan dampak negatif bagi debitur dan lembaga jasa keuangan non bank sampai dengan 2022. pokok-pokok pengaturan dalam Perubahan POJK 14/2020, antara lain:
a. Penambahan subjek pengaturan dalam POJK yaitu Lembaga Keuangan Mikro dan Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, yang ditambah dari POJK 14/2020
b. Jenis relaksasi yang ditambah dalam POJK dimaksud mencakup:
1) Mekanisme komunikasi perusahaan perasuransian yaitu pelaksanaan rapat dewan komisaris perusahaan perasuransian dan pemasaran produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) dilakukan melalui tatap muka langsung secara fisik atau melalui media;
2) Alokasi biaya pengembangan dan pelatihan pegawai perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah dapat kurang dari batasan minimum sebesar 2,5% dari anggaran sumber daya manusia;
3) Kegiatan usaha pembiayaan modal kerja dengan cara fasilitas modal usaha dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: Nilai pembiayaan untuk setiap Debitur paling banyak sebesar 10M, Memiliki agunan berupa kendaraan bermotor, tanah, bangunan, dan/atau alat berat (tidak berlaku untuk pembiayaan < Rp25 juta), Dilakukan pengecekan terhadap kelayakan Debitur melalui Lembaga pengelola informasi perkreditan yang telah memperoleh izin usaha dari OJK, dan Dilakukan analisis kelayakan kemampuan pembayaran Debitur.
4) Relaksasi penerbitan surat berharga berupa efek bersifat utang yang tidak melalui penawaran umum oleh perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah
5) Relaksasi ketentuan pemenuhan batasan ekuitas bagi perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang reasuransi yang aktivitas usahanya terkena dampak penyebaran COVID-19.
c. Perpanjangan penyampaian laporan berkala bagi LJKNB
d. Penyampaian laporan pembiayaan LJKNB yang dinilai berdasarkan ketepatan pembayaran pada posisi akhir bulan dalam jaringan kepada OJK e. Jangka waktu berlaku POJK ini sampai dengan 17 April 2022, dengan pengecualian
Capital Market Policies
In response to pandemic conditions through to the end of 2020, OJK issued 35 capital market policies with a focus on three main aspects as follows:
1. Relaxation for industry players
2. Controlling capital market and financial system volatility and maintaining stability.
3. Streamlining licensing as well as document and report submission.
Kebijakan yang Diterbitkan di Pasar Modal
Dalam rangka menyikapi kondisi pandemi yang terjadi sampai dengan akhir 2020, OJK telah mengeluarkan 35 kebijakan Pasar Modal yang fokus pada tiga hal yakni:
1. Relaksasi bagi pelaku industri
2. Pengendalian volatilitas dan menjaga kestabilan pasar modal dan sistem keuangan; dan
3. Kemudahan perizinan dan penyampaian dokumen serta pelaporan.
Stimulus Lanjutan dan Sinergi Kebijakan Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional
Stimulus Perbankan
a. Kebijakan Kredit Kendaraan Bermotor
1) Menurunkan bobot risiko kredit (ATMR) menjadi 50% bagi Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dari sebelumnya 100%.
2) Perbankan yang memenuhi kriteria profil risiko 1 dan 2 dimungkinkan untuk memberikan uang muka kredit kendaraan bermotor sebesar 0%.
3) Untuk kredit kepada produsen Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) telah mendapat pengecualian batas maksimum pemberian kredit (BMPK), penilaian kualitas aset 1 (satu) pilar.
Selanjutnya, untuk penilaian ATMR Kredit diturunkan menjadi 50%
dari semula 75%.
b. Kebijakan kredit beragun rumah tinggal
Kebijakan terkait bobot risiko ATMR kredit beragun rumah tinggal yang granular dan ringan tergantung pada rasio Loan to Value (LTV) sebagai berikut:
- Uang Muka 0-30% (LTV ≥70%) ATMR 35%
- Uang Muka 30-50% (LTV 50-70%) ATMR 25%
- Uang Muka ≥ 50% (LTV ≤ 50%) ATMR 20%
c. Kebijakan Kredit Sektor Kesehatan
Sebagai upaya dukungan langsung di sektor kesehatan untuk mengatasi pandemi, OJK menetapkan bahwa kredit untuk sektor kesehatan dikenakan bobot risiko sebesar 50% dari sebelumnya 100%.
Stimulus Perusahaan Pembiayaan
a) Kebijakan Pembiayaan Kendaraan Bermotor
1) Menurunkan bobot risiko pembiayaan (ATMR) menjadi 25-50% dari sebelumnya 37,5 -75% untuk pembiayaan multiguna.
2) ATMR 0% untuk program kepemilikan kendaraan bermotor bagi perusahaan yang memiliki Car Ownership Program
(COP).
3) Perusahaan pembiayaan yang memenuhi kriteria tingkat kesehatan tertentu dimungkinkan untuk memberikan uang muka pembiayaan kendaraan bermotor sebesar 0%.
b) Kebijakan pembiayaan beragun rumah tinggal
Untuk mewujudkan program sejuta rumah, OJK menetapkan kebijakan bobot risiko ATMR pembiayaan beragun rumah tinggal yang granular dan ringan tergantung pada rasio Loan to Value (LTV) yaitu:
- Uang Muka 0-30% (LTV ≥70%) ATMR 35%
- Uang Muka 30-50% (LTV 50-70%) ATMR 25%
- Uang Muka ≥ 50% (LTV ≤ 50%) ATMR 20%
Stimulus LPI
Dukungan terhadap Lembaga Pengelola Investasi (LPI)
Penyediaan dana dari LJK kepada SWF dikenakan bobot risiko 0%
dalam perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit yang disamakan dengan bobot risiko Pemerintah pusat.
Follow-Up and Synergy Policies towards National Economic Recovery
Bank Stimuli
a. Automotive Loan Policy
1) Lowering the risk-weighted assets (RWA) to 50% for automotive loans from 100%
2) Banks with a risk profile of 1 or 2 permitted to extend automotive loans with a 0% downpayment
3) For loans allocated to producers of electric vehicles exempt from the legal lending limit (BMPK), the asset quality assessment is one pillar, while the risk-weighted assets (RWA) were lowered to 50% from 75%
b. Secured Housing Loan Policy
Risk-weighted asset (RWA) policy for secured housing loans depends on the loan-to-value (LTV) ratio as follows:
- Downpayment 0-30% (LTV ≥ 70%) RWA 35%
- Downpayment 30-50% (LTV 50-70%) RWA 25%
- Downpayment ≥ 50% (LTV ≤ 50%) RWA 20%
c. Healthcare Sector Loan Policy
As direct support for the healthcare sector to overcome the pandemic, OJK set the RWA at 50% from 100% previously.
Finance Company Stimuli a. Motor Vehicle Financing Policy
1) Lowering the risk-weighted assets (RWA) to 25-50% from 37.5-75% for multipurpose financing
2) RWA of 0% for the corporate Car Ownership Program (COP)
3) Finance companies meeting specific soundness criteria permitted to extend automotive financing with 0% downpayment
b. Secured Housing Financing Policy
OJK set the risk-weighted asset (RWA) policy for secured housing financing dependent on the financing-to-value (FTV) ratio as follows:
- Downpayment 0-30% (LTV ≥ 70%) RWA 35%
- Downpayment 30-50% (LTV 50-70%) RWA 25%
- Downpayment ≥ 50% (LTV ≤ 50%) RWA 20%
Sovereign Wealth Fund (SWF) Stimuli Support for the Sovereign Wealth Fund (SWF)
Funds allocated by financial services institutions to the SWF have a 0% risk weight when calculating risk-weighted assets (RWA) for credit risk, which is the same as the risk weight for the central government.