• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Kelompok 77

Dalam dokumen Pendampingan UMKM Naik Kelas (Halaman 85-88)

D

alam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipisahkan dari keinginan untuk selalu berkelompok. Hal tersebut karena se- cara sosial masyarakat tidak akan mampu hidup secara sendiri selama dalam jangka waktu yang panjang. Manusia membutuh- kan manusia lain sebagai salah satu syarat pemenuhan kebutuhan hidupnya. Interaksi masyarakat menjadi sesuatu yang sangat pent- ing dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam program pendampin- gan umumnya kegiatan yang harus dilakukan secara berkelompok dengan membentuk kelompok usaha bersama. Adanya kelompok usaha tentunya persoalan ekonomi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dukungan dari pemerintah dalam bentuk program menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat untuk menunjukkan sebagai mas- yarakat yang saling membutuhkan dalam menghadapi kehidupan bersama. Tujuan pembentukan kelompok selain terjadinya interaksi antara masyarakat, yaitu adanya keinginan bersama untuk meng- hadapi persoalan secara bersama. Kehidupan berkelompok tentu memiliki keragaman sendiri dalam setiap kelompoknya. Bersatunya beberapa individu dengan pola pikir yang berbeda tentu membuat sesuatunya harus dikelola dengan cara yang baik dan membutuh- kan keahlian tersendiri.

Kehidupan berkelompok harus ditunjang dengan berbagai atur- an yang dibuat secara bersama dalam rangka agar semua pihak saling mengerti dan memahami tentang tujuan awal dibentuknya kelompok. Sehingga kecenderungan untuk selalu bersama dalam menghadapi persoalan tidak hanya sebatas pada wacana semata.

Dengan demikian seorang pendamping koperasi dan UMKM di- tuntut adanya ukuran yang berbasis pada kemampuan secara in- telektual, kemampuan teknis dan kemampuan beradaptasi secara berkesinambungan, dengan proses identifikasi masalah (problem identification), pemecahan masalah (problem solving) serta aktivitas

layanan strategis (strategic brokering activities) kepada masyarakat.

Kelompok yang hidup dan berkembang mempunyai arah, sasa- ran dan tujuan yang jelas. Adapun yang menjadi tujuan kelompok adalah agar para anggota secara bersama-sama saling membantu untuk memperbaiki taraf hidup berdasarkan kemampuan sendiri.

Menurut Slamet (2008), proses terbentuknya kelompok diawali:

1. Adanya kesadaran individu akan keterbatasan kemampuan diri untuk memenuhi segala kebutuhannya dan untuk menca- pai segala yang diinginkan.

2. Adanya kesadaran individu tentang adanya kesamaan antara kebutuhan dan keinginan dengan kebutuhan dan keinginan individu lain.

3. Adanya kebutuhan individu untuk berbagi rasa, pengetahuan dan pengalaman dengan individu lain.

4. Adanya dorongan individu untuk bersama dengan individu lain karena mereka adalah makhluk sosial.

Selanjutnya mengutip dari Soekanto (1990), pembentukan se- buah kelompok harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar kelom- pok tersebut dapat hidup (eksis). Adapun syarat-syarat tersebut an- tara lain:

a. Ada kesadaran dari setiap anggota sebagai bagian dari kelom- b. Ada hubungan timbal-balik antar anggota yang satu dengan pok.

yang lain.

c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat (nasib, kepentingan, tujuan, ideologi, musuh bersama).

d. Kelompok tersebut berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

e. Kelompok tersebut bersistem dan berproses.

Adapun menurut Koentjaraningrat (1979), ada empat dasar yang melandasi pembentukan kelompok sekaligus menjadi prinsip-prin- sip hubungan yang mengikat anggota kelompok sosial, yaitu:

a. Dasar keturunan satu nenek moyang (genelogis/ kekerabatan, misalnya grup kerabat semarga dalam Batak).

b. Dasar tempat tinggal bersama/berdekatan (unsur teritorial, misalnya grup arisan ibu-ibu RT).

c. Dasar kepentingan bersama (tujuan-tujuan yang bersifat khu- sus).

d. Dasar program pihak ‘atas-desa’.

Bruce W. Tuckman (1965) dalam Indrawijaya (1989:94-95), men- gidentifikasi ada lima tahap dalam terbentuknya suatu kelompok, yaitu:

Tahap 1 – Forming

Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tu- gas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling men- genal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekat- kan diri satu sama lain.

Tahap 2 – Storming

Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide ber- hubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka mem- bahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka sele- saikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini.

Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota kelom- pok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memi- liki toleransi terhadap perbedaan yang ada.

Tahap 3 – Norming

Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok.

Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai men- emukan harmoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.

Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelompok.

Tahap 4 – Performing

Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergan- tung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam ber- komunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif.

Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.

Tahap 5 – Adjourning dan Transforming

Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (trans- forming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok.

Dari segi tingkatannya, kelompok dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:

Kelompok Merpati. Kelompok jenis ini baru mulai terben- tuk dan menunjukkan kegiatannya jika ada bantuan dari luar.

Bantuan bisa berupa uang, beras, atau barang yang manfaat- nya langsung dirasakan. Kelompok semacam ini hidup dan berkembang selagi ada bantuan. Tetapi begitu bantuan dan dukungan dari luar tidak ada lagi, maka kelompok pun men- jadi bubar.

Kelompok Pedati. Bagaikan pedati, kelompok semacam ini baru akan bergerak bila ditarik atau didorong oleh pihak luar.

Seringkali dorongan itu bersifat paksaan.

Kelompok Lestari. Kelompok ini bisa tumbuh atas inisiat- if, keinginan dan kesadaran para anggota tanpa menunggu bantuan, dukungan dan dorongan dari pihak lain. Kehadiran pihak luar hanya sebagai penunjang atau perangsang. Kelom- pok ini sudah mampu mengelola program kelompok sendiri.

C. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN KELOMPOK

Dalam dokumen Pendampingan UMKM Naik Kelas (Halaman 85-88)