• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Mutu Produk UMKM 183

Dalam dokumen Pendampingan UMKM Naik Kelas (Halaman 191-200)

P

engembangan mutu produk UMKM mengacu pada upaya meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini dilakukan dengan memperbaiki berbagai aspek dalam proses produksi seperti bahan baku, desain produk, teknologi produksi, dan pengemasan. Tujuan- nya adalah untuk meningkatkan daya saing produk UMKM di pasar dan meningkatkan kepuasan konsumen terhadap produk yang di- hasilkan. Selain itu, pengembangan mutu produk UMKM juga dapat membantu UMKM untuk memperluas pangsa pasar dan mening- katkan keuntungan usaha.

Pendampingan produk UMKM diarahkan pada munculnya ke- sadaran pengembangan produk yang dapat memenuhi atau membangun kebutuhan pasar (mengembangkan bermacam ma- cam-macam permintaan masyarakat). Pelaku UMKM diarahkan untuk ‘menciptakan’ produk-produk, yang kemudian diinginkan oleh masyarakat luas, dan berkembang menjadi suatu kebu- tuhan.

Pendampingan produk UMKM dengan pendekatan sentra di wilayah-wilayah produksi UMKM tertentu diarahkan pada ke- mampuan menghasilkan komoditas khusus, berupa produk khas dan dikenal sebagai sentra produk ‘tertentu’, misalnya menghasilkan komoditi kriya dari bahan baku akar wangi, atau sentra kerajinan lain yang memanfaatkan sumberdaya lokal untuk meng hasilkan produk-produk handy craft yang khas desainnya dari lingkungan yang ada.

Pada saat yang bersamaan sekarang ini, UMKM telah men- jadi obyek baru dalam proses pengembangan dan pembena- han lingkungan khususnya dalam kaitan penggunaan berbagai sumberdaya lokal dari wilayah bersangkutan dengan melalui model

‘eco product’. Pengembangan ‘desain produk’ saat ini banyak men- jadi perhatian dari berbagai pihak, khususnya dalam kaitan upaya untuk mengendalikan penggunaan sumber daya lokal, agar kondisi lingkungan yang ada dapat terpelihara di samping tidak menghasil- kan berbagai produk dan dampak yang bisa mencemari kondisi lingkungan. Programnya terkait dengan proses memantapkan konsep green product, yang berkaitan dengan penanganan isu interna sional ‘global warming issue’.

Melihat besarnya peranan UMKM nasional dalam perekonomi- an, kiranya semua pihak harus senantiasa melakukan upaya-upaya penguatan UMKM agar bisa meningkatkan produktivitas dan kual- itasnya agar berdaya saing, sehingga lebih siap menghadapi pasar bebas. Konsumen lebih jeli dan leluasa dalam memilih produk yang diinginkan. Pada gilirannya bahwa produk yang kreatif, inovatif dan berkualitaslah yang mampu bertahan di tengah perdagangan bebas.

Bagi produsen Indonesia, perdagangan bebas memberikan pelaja- ran akan pentingnya kualitas yang akan meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, disamping meminimalisir praktek monopoli.

Guna dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar, maka pro- duk yang dihasilkan UMKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai. Dalam kerangka itu, maka UMKM harus mulai difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yang dipersyaratkan.

Peranan dukungan teknologi untuk peningkatan kualitas dan pro- duktivitas serta introduksi desain kepada para pelaku UMKM yang ingin memanfaatkan pasar perlu segera dilakukan. Oleh karena itu, perlu kebijakan yang nyata dari pemerintah daerah untuk mening- katkan produknya dengan daya saing tinggi, diantaranya menerap- kan SNI, melakukan branding inovatif, packaging yang menarik dan praktis, labeling informatif, pendaftaran HKI, dan ramah lingkungan.

Untuk melakukan pendampingan mutu produk UMKM, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Evaluasi produk: Lakukan evaluasi produk UMKM secara menyeluruh untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pro- duk, serta menentukan aspek-aspek apa yang perlu ditingkatkan.

b. Identifikasi kebutuhan: Identifikasi kebutuhan UMKM dalam hal pengembangan produk dan layanan pendampingan mutu.

c. Berikan saran dan rekomendasi: Berikan saran dan rekomen- dasi terkait peningkatan mutu produk UMKM, seperti per- baikan bahan baku, penggunaan teknologi produksi yang

lebih baik, atau peningkatan desain produk.

d. Pelatihan dan pembinaan: Berikan pelatihan dan pembinaan terhadap UMKM terkait aspek-aspek mutu produk seperti kontrol kualitas, standar keamanan produk, dan pengemasan produk yang baik.

e. Monitoring dan evaluasi: Lakukan monitoring dan evalua- si secara berkala untuk mengetahui progres UMKM dalam meningkatkan mutu produk, dan memberikan masukan ter- kait langkah-langkah yang perlu diambil berikutnya.

D. PENDAMPINGAN PENERAPAN SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA)

S

aat ini, produk yang terstandarisasi semakin penting, atau dapat dikatakan menjadi suatu keharusan. Standarisasi produk menja- di penentu kualitas dari suatu produk. Dengan label SNI tersebut diharapkan produk mereka mempunyai kualitas nasional sehingga mampu bersaing dengan produk serupa yang ada di pasar.

Dengan mencanangkan logo SNI maka kualitas produk UMKM ter- jamin‚ dan ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk mereka. Hingga saat ini ada 9.410 SNI yang telah diberikan BSN untuk beragam produk yang ada di Indonesia. Pada era perdagangan be- bas‚ AFTA‚ standarisasi tersebut sangat penting‚ mengingat memban- jirnya beragam produk‚ kualitas produk sangat menentukan agar bisa bersaing. SNI kualitas dari produk akan terjamin dan bisa meningkatkan kepercayaan konsumen untuk produk yang dihasilkan. Selain melalui mekanisme pengujian kualitas‚ produk yang ber SNI juga akan diuji berkala setiap 6 bulan untuk memastikan kualitas dari produk tersebut.

Adapun tata cara permohonan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI kepada Lembaga Sertifikasi Produk Pusat Stan- darisasi (LSPro-Pustan) Departemen Perindustrian (Deperin) seperti yang dipaparkan dalam dokumen LSPro-Pustan/P.19.:

1). Mengisi Formulir Permohonan SPPT SNI, Daftar isian permo- honan SPPT SNI dilampiri:

a. Fotokopi Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu SNI 19-9001- 2001 (ISO 9001:2000) yang dilegalisir. Sertifikasi tersebut diterbitkan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).

b. Jika berupa produk impor perlu dilengkapi sertifikat dari LSSM negara asal dan yang telah melakukan Perjanjian Sa- ling Pengakuan (Mutual Recognition Arrangement/MRA) dengan KAN. Proses pada tahap pertama ini biasanya ber- langsung selama satu hari.

2). Verifikasi Permohonan

LSPro-Pustan melakukan verifikasi meliputi : semua pers- yaratan untuk SPPT SNI, jangkauan lokasi audit, kemampuan memahami bahasa setempat (jika ada kesulitan, perlu pener- jemah bahasa setempat untuk audit kesesuaian). Selanjutnya akan terbit biaya (invoice) yang harus dibayar produsen. Pros- es verifikasi perlu waktu satu hari.

3). Audit Sistem Manajemen Mutu Produsen

Audit Kecukupan (tinjauan dokumen) : Memeriksa kelengka- pan dan kecukupan dokumen sistem manajemen mutu pro- dusen terhadap persyaratan SPPT SNI. Bila hasilnya ditemu- kan ketidaksesuaian kategori mayor maka permohonan harus melakukan koreksi dalam jangka waktu dua bulan. Jika koreksi produsen tidak efektif, permohonan SPPT SNI akan ditolak.

Audit Kesesuaian : Memeriksa kesesuaian dan keefektifan pen- erapan Sistem Manajemen Mutu di lokasi produsen. Bila hasilnya ditemukan ketidaksesuaian, pemohon harus melakukan koreksi da- lam jangka waktu dua bulan. Jika tindakan koreksinya tidak efektif, maka LSPro-Pustan Deperin akan melakukan audit ulang. Bila hasil audit ulang tidak memenuhi persyaratan SNI, pemohonan SPPT SNI produsen ditolak. Proses audit biasanya perlu waktu minimal 5 hari.

4). Pengujian Sampel Produk

Jika diperlukan pengambilan sampel untuk uji laboratorium, pemohon menjamin akses Tim Asesor dan Petugas Pengambil Contoh (PPC) untuk memperoleh catatan dan dokumen yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu. Sebaliknya, LS- Pro-Pustan Deperin menjamin para petugasnya ahli di bidang tersebut. Pengujian dilakukan di laboratorium penguji atau lembaga inspeksi yang sudah diakreditasi. Jika dilakukan di laboratorium milik produsen., diperlukan saksi saat penguji- an. Sampel produk diberi Label Contoh Uji (LCU) dan disagel.

Proses ini butuh waktu minimal 20 hari kerja.

5). Penilaian Sampel Produk

Laboratorium penguji menerbitkan Sertifikasi Hasil Uji. Bila hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan SNI, pemohon diminta segera melakukan pengujian ulang. Jika hasil uji ulang tak sesuai persyaratan SNI, permohonan SPPT SNI ditolak.

6). Keputusan Sertifikasi

Seluruh dokumen audit dan hasil uji menjadi bahan rapat

panel Tinjauan SPPT SNI LSPro-Pustan Deperin. Proses peny- iapan bahan biasanya perlu waktu 7 hari kerja, sementara ra- pat panel sehari.

7). Pemberian SPPT-SNI

LSPro-Pustan melakukan klarifikasi terhadap perusahaan atau produsen yang bersangkutan. Proses klarifikasi ini perlu waktu 4 hari kerja. Keputusan pemberian sertifikat oleh Panel Tin- jauan SPPT SNI didasarkan pada hasil evaluasi produk yang memenuhi : kelengkapan administrasi (aspek legalitas), keten- tuan SNI, dan proses produksi serta sistem manajeman mutu yang diterapkan dapat menjamin konsistensi mutu produk.

Jika semua syarat terpenuhi, esoknya LSPro-Pustan Deperin menerbitkan SPPT SNI untuk produk pemohon. Biaya Pen- gurusan SNI mengacu Peraturan Pemerintah RI No. 63 tahun 2007.

Dengan adanya system oss atau online single submission, khusus usaha mikro dan kecil dipermudah dengan adanya tanda SNI Bina UMK. Saat pelaku usaha melakukan registrasi dalam OSS, pelaku usaha akan memilih sesuai dengan tingkat risiko usahanya. Un- tuk risiko rendah, pelaku usaha akan ditunjukkan SNI yang terse- dia, yang sesuai dengan produk yang dihasilkannya. Pelaku usaha cukup membuat pernyataan bahwa ia akan memenuhi persyaratan sesuai SNI yang dimaksud dengan mengisi checklist dan bersedia mengikuti pembinaan penerapan SNI dari pemerintah.

Setelah menyelesaikan alur pendaftaran di OSS, pelaku usaha diperkenankan mencantumkan Tanda SNI Bina UMK pada kema- san produk, atau pada media pengenal/identitas perusahaan bagi pelaku usaha di bidang penyedia jasa. Yang perlu diperhatikan, tanda SNI Bina UMK bukanlah sertifikat SNI. Tanda SNI Bina UMK adalah suatu tanda yang menunjukkan bahwa UMK tersebut dalam proses pembinaan penerapan SNI dari pemerintah. Dapat dikatakan, tanda SNI Bina UMK merupakan “pre-lisensi” tanda SNI.

Setelah memperoleh hak untuk membubuhkan tanda SNI Bina UMK, pelaku usaha akan dibina oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan/atau Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait untuk memenuhi SNI yang dimaksud. Dalam proses pembimbingan ini, pelaku usaha akan mendapat pendampingan dan perbaikan-per- baikan agar proses usaha dan kualitas produk yang dihasilkan me- menuhi persyaratan SNI, serta mendapatkan fasilitasi pembiayaan untuk sertifikasi SNI.

E. PENDAMPINGAN BRANDING, PACKAGING DAN LABELING

B

rand adalah merek yang dimiliki oleh suatu usaha perdagan- gan barang atau jasa, sedangkan branding adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam rangka proses membangun dan membesarkan brand, atau sebuah konsep pe- masaran yang digunakan untuk menciptakan kesadaran yang lebih besar dari suatu usaha. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, ataukombi- nasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek merupakan sesuatu yang dapat diidentifikasi oleh pembeli dan pen- jual sehingga menciptakan nilai bagi keduanya.

Kendala klasik bagi pertumbuhan UMKM adalah masalah pe- masaran. Meski sebuah produk UMKM memiliki kualitas yang ba- gus, namun sering mengalami kendala saat dipasarkan. Salah satu yang membuat produk UMKM kurang mendapat kepercayaan dari pasar adalah tidak adanya Merek atau brand pada produk terse- but. Hal ini nampaknya tidak disadari oleh para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM hanya terfokus pada produk, penetapan harga dan hal-hal lain yang berorientasi pada penjualan. Bagi sebagian kalan- gan membangun sebuah brand belumlah menjadi prioritas.

Saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa branding iden- tik dengan industri berskala besar .Mereka juga belum menyadari bahwa brand adalah salah satu aset penting dalam sebuah perusa- haan. Banyak persepsi yang timbul bahwa branding membutuhkan biaya yang besar, oleh sebab itu pemilik UMKM lebih memilih untuk mengalokasikan modalnya untuk sektor riil, seperti meningkatkan kapasitas produksi, penambahan bahan baku dan lain sebagainya.

Namun sebenarnya branding sebenarnya adalah sebuah investasi.

Jika proses branding diterapkan secara efektif dan efisien,pada akh- irnya akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Brand bisa dianalogikan sebagai sebuah identitas. Tanpa identitas yang kuat dan jelas, sebuah usaha tidak akan dikenal oleh target mar- ket-nya. Di lain sisi,baik buruknya identitas sebuah brand terben- tuk dari apa yang diterapkan oleh stakeholder-nya sendiri. Sebuah brand dikatakan baik apabila merek tersebut dapat membentuk ika- tan emosional yang kuat dengan pelanggannya.

Keuntungan lain memanfaatkan branding adalah apabila persep- si pada sebuah brand tinggi, maka value yang dihasilkan pun akan berbanding lurus. Hal ini akan membantu UMKM dalam memba- ngun citra positif dan terkesan profesional. Di sisi lain hal tersebut juga akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk

dan jasa yang ditawarkan. Sebagai contoh, sebuah keluarga memilih untuk menggunakan hanya satu merek pasta gigi yang terus dire- komendasikan dari generasi ke generasi.

Packaging

Packaging atau kemasan adalah suatu teknik industri dan pemasaran yang digunakan untuk melindungi, mengidentifi- kasi dan menyegel produk konsumen yang didistribusikan / dipasarkan. Daya tarik suatu kemasan sangatlah penting un- tuk menarik minat konsumen dan mempengaruhi tindakan konsumen baik secara sadar maupun tanpa disadari. Selain itu desain suatu kemasan yang optimal mampu memberikan im- presi spontan dan langsung atas tindakan konsumen di tem- pat penjualan, karena tujuan akhir dari desain kemasan adalah menciptakan penjualan.

Produsen kini menyadari bahwa kemasan bukan lagi seke- dar membungkus dan melindungi produk. Persaingan yang ketat dan sesaknya produk di rak-rak supermarket atau hy- permarket memaksa produsen berpikir bahwa selain untuk menarik perhatian konsumen, kemasan mempunyai kekua- tan untuk menjelaskan produk dan membantu meningkatkan penjualan. Kemasan kini menjadi media komunikasi. Melalui kemasan produsen dapat berkomunikasi dengan konsumen dan menjelaskan segala sesuatu tentang produk kepada kon- sumen.

Kemasan merupakan salah satu faktor penting dalam men- ciptakan dan memelihara asosiasi, image tertentu, dan kualitas produk. Aqua ukuran 250 ml misalnya, desain botolnya anggun dan bahannya yang bening bak kristal menimbulkan image bahwa produk itu premium. Lebih dari itu, kemasan tidak lagi sekedar simbol dari suatu produk tapi juga mengekspresikan suatu identitas, sebagai cermin yang memantulkan kepribadian sebuah produk atau merek. Kemasan mengatakan banyak hal dan kemasan itu sediri mungkin jauh lebih penting untuk pen- genalan kepada konsumen ketimbang nama. Konsumen mun- gkin benar-benar mengenali suatu produk dari warna, desain dan bentuk. Ia merupakan platform yang perlu terus menerus dimantapkan untuk memperkuat posisi sebuah merek. Kema- san merupakan elemen yang penting dalam pemasaran semua jenis produk. Bisa dibilang, packaging adalah perpanjangan dari promosi. Packaging juga bisa membuat brand awareness (Top of Mind Brand). Terus-menerus diperbaharui dan desain kemasan yang eye catching merupakan suatu cara untuk

memperkuat posisi brand dan membuat menonjol di rak. Ke- tika mendesain suatu kemasan, designer mempunyai pikiran jauh ke depan yaitu bagaimana caranya ia bisa membuat kon- sumen terpikat, membeli dan membeli lagi.

Labelling

Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Se- cara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Pemberian la- bel merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut memperoleh perhatian seksama dengan tujuan untuk menarik para konsumen.

Setiap keterangan atau pernyataan mengenai produk yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada produk, dimasukkan ke dalam, ditempel- kan pada, atau merupakan bagian kemasan.

Label dapat dimanfaatkan untuk mengetahui unsur-unsur se- bagai berikut:

Keterangan Bahan Tambahan; merinci jenis bahan-bahan tam- bahan yang digunakan.

Komposisi dan Nilai Gizi; Label yang menunjukan secara umum informasi gizi yang diberikan adalah kadar air, kadar pro- tein, kadar lemak, vitamin dan mineral.

Batas Kadaluwarsa; yang menyatakan umur pemakaian dan kelayakan pemakaian atau penggunaan produk.

Keterangan Legalitas; informasi produk telah terdaftar dibadan pengawasan obat dan makanan (Badan POM), berupa kode no- mor registrasi.

F. PENDAMPINGAN HKI (HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL)

K

ekayaan intelektual manusia merupakan hasil suatu pemikiran dan kecerdasan otak manusia, yang dapat diwujudkan dalam bentuk penemuan, desain, seni, karya atau penerapan praktis suatu ide guna menjawab problem spesifik dalam bidang teknologi. Salah bentuk karya intelektual yang mudah dilihat adalah karya tulisan yang dipublika- si atau tidak dipublikasi. Tetapi ada juga bentuk karya intelektual lainnya yang dapat mengandung nilai ekonomis kecil atau besar dan oleh sebab itu karya intelektual dapat dilihat sebagai suatu aset komersial. Untuk me- lindungi akan aset atau kekayaan komersial atas usaha dari orang yang menciptakan diperlukan perlindungan hukum untuk melindungi kepentin- gan mereka atas karya-karya intelektualnya.

Secara garis besar karya intelektual dapat meliputi suatu pene- muan, desain produk dan nama dagang yang terkait dengan indus- tri dan hak cipta yang terkait dengan karya tulisan, musik , fotografi atau hal-hal yang terkait dengan cita rasa-seni. Untuk memudahkan dalam mengenal maka karya inteketual dibagi atas dua bagian yaitu kekayaan atau kepemilikan industri dan hak cipta.

Suatu karya intelektual tidak hanya sebagai karya yang dihasilkan begitu saja tetapi yang lebih penting adalah memberikan suatu insentif kepada orang atau pihak yang menciptakan dalam pembuatan karya intelektual atau memberikan hak kepada pencipta untuk mengatakan bahwa dialah pencipta dari suatu penemuan. Dengan kata lain ada suatu perlindungan hukum atas hasil karya intelektualnya dan mem- berikan kesempatan kepada penemunya untuk dapat memanfaatkan secara ekonomi dalam artian komersialisasi atas karya intelektualnya.

HKI merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap kekayaan in- telektual dan menjamin kita dari melanggar meniru atau ditiru karya intelektual dari pihak-orang lain. HKI bermanfaat untuk didapatkan karena nilai komersial yang dimiliki oleh karya intelektual yang diling- dungi. Oleh sebab itu HKI menjadi penting ketika ada produk intelektual yang akan dikomersialkan dan oleh sebab itu pencipta karya intektual membutuhkan perlindungan dalam periode tertentu guna memperoleh manfaat dari komersialisasi karya intelektual. Jadi sistem HKI memiliki keterkaitan antara pencipta kekayaan intelektual, komersialisasi dan perlindungan hukum.

Sistem HKI mencakup dua bagian yaitu kekayaan industri (indus- trial property) meliputi paten, merk dagang, desain industri, dan hak cipta yang diwakili oleh karya tulis, musik, film, software.

Paten

Paten adalah jenis perlindungan HKI yang paling tepat untuk perlindungan inovasi teknologi. Paten memberikan hak eksklusif kepada pemegang paten untuk mengontrol penggunaan pene- muan di negara tempat paten tersebut diberikan dan penemuan (dokumen paten) tersebut harus dibuka untuk masyarakat. Hak tersebut memungkinkan pemegang paten untuk melarang pihak lain menggunakan penemuan yang telah dipatenkan tersebut tanpa izin darinya dan hak eksklusif diberikan selama 20 tahun perlindungan. Lebih dari 37 juta dokumen paten telah dipub- likasikan diseluruh dunia dan bertambah sekitar 1 juta paten tiap tahun.

Haknya akan menjadi publik domain atau kadaluarsa jika masa perlindungan telah habis atau dalam masa perlindungan si pemilik paten tidak memenuhi persyaratan administrasi dalam

Dalam dokumen Pendampingan UMKM Naik Kelas (Halaman 191-200)