• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Haji Berdasarkan 4 Mazhab

N/A
N/A
Lia Mutiara Dewi

Academic year: 2025

Membagikan "Definisi Haji Berdasarkan 4 Mazhab"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DEFINISI HAJI DITINJAU DARI 4 MAZHAB

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Dosen: Dr. Abdullah Syarif M.Pd

Kelompok 6:

Lia Mutiara Dewi

Ratih Muslina Wati

Farianti

Imelia Nurjanah

Aldi Jumanto

Harisna Muhammad

STUDY FIQIH PRODI PAI STAI HUBBULWATHAN DURI

2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah "Definisi Haji Ditinjau Dari 4 Mazhab"

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima

saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Duri, Oktober 2023 Kelompok 6

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang

... 1

1.2 Rumusan Masalah

... 1

1.3 Tujuan

... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

2.1 Pengertian Haji

... 2

2.2 Sejarah Haji

... 2

2.3 Hukum Haji

... 2

2.4 Rukun Haji

... 2

2.5 Syarat Haji

... 2

BAB III PENUTUPAN ... 3

3.1 Kesimpulan

... 3

Daftar Pustaka ... iii

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat islam, dan kewajiban bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur. Ibadah haji dilakukan oleh semua orang muslim dewasa yang secara fisik dan finasial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.

Pelaksanaan haji dalam Islam bermula dari ribuan tahun yang lalu. Pada masa Nabi Ibrahim AS (1861-1686 SM), yang merupakan keturunan Sam Bin Nuh AS (3900-2900 SM). Literatur-literatur yang ada dalam khasanah Islam menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS lahir di Ur-Kasdim, sebuah kota penting di Mesopotamia, selanjutnya Nabi Ibrahim tinggal di sebuah lembah di negeri Syam.

Tujuan utama dari ibadah haji adalah untuk mendidik seorang hamba agar tunduk dan patuh pada syariat Allah SWT. Harapan lain seorang muslim setelah selesai melaksanakan ibadah haji yakni agar dapat menjadi haji yang mabrur. Haji mabrur merupakan pengertian dari seseorang yang selama pelaksanaan ibadah haji tidak dikotori oleh perbuatan maksiat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Pengertian haji menurut 4 mazhab?

2. Sejarah haji?

3. Hukum haji?

4. Rukun haji menurut 4 mazhab?

5. Syarat haji?

Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian haji yang ditinjau dari 4 mazhab 2. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah haji

3. Mahasiswa dapat mengetahui hukum haji

4. Mahasiswa dapat memahami rukun haji menurut 4 mazhab 5. Mahasiswa dapat memahami syarat haji

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji

Haji adalah ziarah islam tahunan ke Mekkah (kota suci umat islam) dan wajib bagi umat islam, yang dilakukan setidaknya sekali seumur hidup oleh semua orang muslim yang dewasa secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka. Haji juga merupakan salah satu sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Khalik-nya.

Ibadah ini pertama kali disyari’atkan pada tahun keenam Hijriah.

Haji berasal dari kata Al-Hajj yang berarti menyengaja. Karena itu menurut istilah syari’at islam, ia berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah di Mekkah untuk melakukan beberapa rangkaian amal ibadah menurut rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara’. Haji merupakan rukun islam yang kelima dan pokok ibadah yang keempat, yang diperintahkan setelah syari’at yang ketiga pokok ibadah sebelumnya, yakni: ibadah shalat, ibadah puasa Ramadhan, dan ibadah zakat. Adapun definisi haji menurut menurut 4 Mazhab yakni:

1. Menurut Mazhab Hanafi

Haji menurut imam Hanafi ialah menyengaja suatu perbuatan. Sedangkan menurut istilah adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah dengan cara, tempat, dan dalam masa tertentu. Maksud dari tertentu ialah tawaf, sa’i, wukuf. Tempat tertentu ialah Ka’bah dan Arafah. Waktu tertentu ialah haji harus dikerjakan dalam bulan haji, tanggal 10 Dzulhijjah. Dan orang yang berhaji harus berniat ketika berihram. Pengertian haji dari imam ini mungkin terbatas, tetapi lebih mencakup dari pengertian mazhab-mazhab yang lain.

2. Menurut Mazhab Maliki

Imam Maliki berkata, haji menurut bahasa ialah menyengaja. Sedangkan menurut syara’ ialah wukuf di Arafah pada malam kesepuluh dari bulan Dzulhijjah, tawaf di Ka’bah 7 kali, sa’i. Dan semuanya itu dikerjakan menurut cara-cara tertentu. Yang dimaksud wukuf pada malam kesepuluh dari bulan Dzulhijjah dengan menunjukkan bahwa rukun wukuf harus dilakukan pada malam hari.

Sedangkan tawaf maksudnya ialah wakaf ifadhah, karenia ia termasuk rukun haji. Sa’i yang juga termasuk rukun haji dilakukan setelah tawaf ifadhah bagi orang yang tidak bertawaf qudum (selamat datang di ka’bah). Akan tetapi sekalipun juga niat termasuk rukun bagi mereka.

3. Menurut Mazhab Syafi’i…i

Sedangkan menurut imam Syafi’i haji secara bahasa ialah menyengaja. Sedangkan menurut syara’

ialah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan manasik haji. Pengartian haji menurut mazhab ini, tidak mencakup semua rukun-rukun haji. Karna ia membatasi pengertian hanya dengan sengaja mengunjungi Ka’bah dan tidak menyebutkan wukuf di Arafah, sa’i antara Safa dan Marwah atau mencukur rambut. Padahal itu termasuk rukun menurut mazhab Syafi’i.

4. Menurut Mazhab Hambali

Imam Hanbali berkata, haji menurut bahasa artinya menyengaja. Sedangkan menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekkah untuk perbuatan tertentu seperti tawaf dan sai’i termasuk wukuf di Arafah. Karena Arafah ikut bagian dari Mekkah dan dalam waktu tertentu pula. Yang dimaksud dengan waktu-waktu tertentu adalah dengan melaksanakan rukun dan syarat wajibnya, sunah-sunahnya dalam waktu tertentu.

(6)

B. Sejarah Haji

C. Haji

Haji bermula sejak ribuan tahun lalu, pada masa Nabi Ibrahim AS (1861-1686 SM) yang merupakan keturunan Sam Bin Nuh AS (3900-2900 SM). Nabi Ibrahim lahir di Ur-Kasdim, sebuah kota penting di Mesopotamia, selanjutnya Nabi Ibrahim tinggal di sebuah lembah di negri Syam. Hingga usia senja, Nabi Ibrahim belum juga dikarunia anak, sehingga Sarah istri Ibrahim merasa sedih melihat keadaan itu dan meminta Ibrahim menikahi Hajar. Bersama Hajar, Allah mengkarunia Ibrahim seorang anak yang bernama Ismail. Dan Sarah tidak mampu memendam rasa pilunya karena tidak mendapatkan keturunan sepanjang perkawinannya dengan Ibrahim AS. Nabi Ibrahim kemudian mengadukan perihal tersebut kepada Allah SWT. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Ismail bersama Hajar untuk menjauh dari Sarah.

Nabi Ibrahim pun bertanya : “Ya Allah, kemana aku harus membawa keluargaku?” Allah berfirman : “Bawalah ketanah haram-Ku dan pengawasan-Ku, yang merupakan daratan pertama yang Aku ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.” Kemudian Jibril membawa Hajar, Ismail, dan Ibrahim AS.

Setiap kali Ibrahim melewati suatu tempat yang memiliki lading kurma yang subur, ia selalu meminta Jibril untuk berhenti sejenak. Tetapi Jibril selalu menjawab, “teruskan lagi” dan “teruskan lagi”.

Sehingga akhirnya sampailah di Mekkah dan Jibril mereka di posisi ka’bah, dibawah suatu pohon yang cukup melindungi Hajar dan anaknya Ismail dari terik matahari.

Selanjutnya Nabi Ibrahim AS bermaksud pulang kembali ke negeri Syam menemui Sarah istri pertamanya. Hajar merasa sedih karena akan ditinggal oleh suami tercintanya. “Mengapa menempatkan kami disini, tempat yang sunyi dari manusia, hanya gurun pasir, tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan?”.

Tanya Hajar sambil memeluk bayinya Ismail. Ibrahim menjawab “Sesungguhnya Allah yang menyuruhku menempatkan kalian disini”.

Lalu Ibrahim beranjak meninggalkan mereka. Sehingga sampai di bukit Kuday yang mempunyai lembah, Ibrahim berhenti sejenak melihat pada keluarga yang ditinggalkannya. Dia lalu berdoa, seperti yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Allah berfirma mengulangi doa Ibrahim AS : “Yaa Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Yaa Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37).

Dalam keadaan ditinggalkan bersama bayinya oleh Ibrahim AS, Hajar panik ketika Ismail menangis karena kehausan. Dan Hajar pun berlari dari bukit Shafa ke Marwa untuk memperoleh air, namun tak kunjung dapat hingga tanpa disadari kalau ia sudah tujuh kali bolak balik dari Shafa ke Marwa. Ketika berada di bukit Marwa, Hajar heran ketika mendengar Ismail berhenti menangis.

Ternyata air mengalir dan muncul di bawah kaki Ismail. Karena terlalu senangnya, ia pun berusaha menggali pasir dan membendung air yang mengalir sambil mengucapkan kalimat, “Zam…Zam…”

yang artinya adalah menampung. Disinilah sejarah air Zamzam terjadi.

Setelah ditemukannya air ZamZam, ada kabilah Jurhum yang minta izin untuk tinggal berdampingan dengan Hajar dan Ismail, dan di izinkan oleh Ibrahim. Hingga Ismail beranjak dewasa, Hajar pun hidup bertetangga dengan bangsam Jurhum dengan tentram dan tenang. Hingga Allah memerintahkan Ibrahim as untuk membangun Ka’bah di posisi qubah yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Adam as pada masa dulu. Tapi Ibrahim tidak mengatahui posisi qubah itu dimana. Karena, pada masa Nabi Nuh as, dan peristiwa banjir besar datang, Allah mengangkat kembali qubah tersebut.

Allah SWT pun mengutus malaikat Jibril untuk memberi petujuk kepada Ibrahim dimana posisi ka’bah dibangun serta Jibril membawa beberapa bagian ka’bah dari surga.

(7)

Ismail yang saat itu berusia remaja membantu ayahnya membangun ka’bah. Setelah ka’bah dibangun Ismail dan Ibrahim hingga mencapai 7 hasta, Jibril memberikan petunjuk dimana posisi Hajar Aswad diletakkan. Setelah Hajar Aswad diletakkan dengan benar, Ibrahim melanjutkan pembangunan tersebut dengan membuat 2 pintu ka’bah. Yang mana pintu pertama menghadap ke timur dan pintu yang kedua menghadap ke barat. Hingga pada akhirnya pembangunan ka’bah telah rampung, mereka pun melaksanakan ibadah haji. Diwaktu inilah, ibadah haji pertama dilakukan. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril kembali turun ke bumi untuk menyapaikan pesan kepada Ibrahim as untuk mendistribusikan air Zamzam ke beberapa tempat disekitarnya seperti Mina dan Arafah. Sehingga, disinilah hari tersebut dinamakan dengan hari Tarawiyyah (pendistribusian air). Sejak itulah, ibadah haji mulai dilakukan oleh kaum muslimin dan muslimah. Mereka berhaji dengan berziarah ke ka’bah setiap tahunnya. Hal ini sebagai rasa cinta dan hormat kepada risalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as serta para Nabi dan Rasul setelah keduanya.

D. Hukum Haji

MadzhabMaliki

Malikiyah berpendapat bahwa ibadah haji termasuk dari ibadah yang tidak menerima untuk diganti (wakilkan). Ketika seseorang memiliki kewajiban haji maka ia tidak boleh mewakilkannya kepada orang lain, meski dalam keadaan sakit sekalipun.

Dan jika ia menyewa seseorang untuk mewakilinya menjalankan ibadah haji, maka haji tersebut akan dianggap menjadi bagian wakilnya sebagai haji sunnah, sedang ia yang mewakilkannya mendapatkan pahala membantu melaksanakan ibadah haji

Madzhab Hanafi

Hukum badal haji dalam mazhab Hanafiyah, menyatakan bahwa ibadah haji dapat diwakilkan.

Mereka yang tidak mampu melaksanakan kewajiban ibadah haji dengan dirinya sendiri wajib mencari wakil untuk melaksanakan haji untuknya.

Madzhab Syafi’i

Menurut Madzhab Syafiiyah, sama seperti halnya Hanafiyah, Syafiiyah menyatakan haji termasuk ibadah yang dapat di wakilkan. Perbedaan keduanya terletak pada ketentuan bolehnya badal (wakil) dalam Syafiiyah untuk menyewa seseorang dengan memberikannya upah.

Madzhab Hanabilah

Imam Hanafi dalam hal ini sama halnya dengan Hanafiyah dan Syafiiyah, Hanabilah berpendapat bahwa haji hukumnya boleh badal (wakilkan) kepada oleh orang lain.

(8)

E. Rukun Haji

Rukun haji adalah suatu amalan (perbuatan) yang wajib dikerjakan oleh jamaah haji dalam situasi dan kondisi apa pun. Tidak lah sah haji seseorang jika rukun-rukun yang ditetapkan didalamnya ada yang tidak dikerjakan. Para ulama terdahulu (Syafi'i, Hambali, Maliki, dan Hanafi) terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan atau menetapkan rukun haji. Lantas apa saja rukun haji menurut para ulama terdahulu? Berikut penjelesannya:

Menurut mazhab Syafi'i rukun haji ada enam 6 yaitu:

1 . Ihram

Ihram (berniat) untuk haji merupakan rukun haji yang pertama menurut mazhab Syafi'i. Ihram dimulai dari batas miqat yang telah ditentukan.Khususnya jamaah haji dari Indonesia, batas miqat nya ada dua, yaitu di Bi’r ‘Ali dan di Yalamlam. Batas miqat tersebut disesuaikan dengan rute penerbangan.

Yalamlam merupakan batas miqat jamaah dari Indonesia yang mendarat di Jeddah. Sedangkan Bi’r ‘Ali batas miqat jamaah dari Indonesia yang mendarat di Madinah.

2 . Wukuf di Arafah

Wukuf di padang Arafah termasuk dalam rukun haji. Waktu yang tetapkan dalam kegiatan wukuf ini dimulai pada waktu tergelincirnya matahari di tanggal 9 Dzulhijjah hingga masuk waktu Shubuh 10 Dzulhijjah (hari nahr).

3 . Tawaf Ifadah

Tawaf ziarah atau tawaf ifadah merupakan bagian dari rukun haji yang dilakukan setelah wukuf di arafah. Kefarduan tawaf ini dikukuhkan dalam Al-Quran, Sunnah, dan ijmak. Dalam Al Quran surat Al Hajj: 29, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “…Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah Ka'bah).” Dengan ayat Al-Quran tersebut para ulama sepakat bahwa itu adalah perintah untuk melakukan tawaf ziarah (tawaf ifadah).

4 . Sa'i

Sa’i termasuk dalam salah satu rukun haji. Sa'i dilakukan berjalan cepat dengan langkah pendek di antara bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali yang dimuali dari safa dan berakhir di Marwah.

Dalam haji, Sa'i dilakukan setelah tawaf qudum.

5 . Tahalul

Tahalul, adalah mencukur atau memotong rambut paling sedikit tiga helai rambut di sekitar bukit Marwa (tempat terakhir melaksanakan sa'i).

6 . Tertib

Tertib maksudnya rukun-rukun haji diatas harus dilakukan secara berurutan, yaitu dengan mendahulukan ihram atas rukun haji lainnya, kemudian wukuf, lalu tawaf dan seterusnya.

Rukun Haji Menurut Mazhab Maliki Ada 4 Yakni:

1. Berihram di Miqat 2. Wukuf di Arafah 3. Tawaf Ifadah

4. Sai antara Shafa dan Marwah

(9)

Rukun Haji Menurut Mazhab Hambali Ada 4 Yakni:

1. Berihram di Miqat 2. Wukuf di Arafah 3. Tawaf Ifadah

4. Sai antara Shafa dan Marwah

Rukun Haji Menurut Mazhab Hanafi Ada 2 Yakni:

1. Wukuf di Arafah 2.Tawaf Ifadah

F. Syarat Haji

Syarat-syarat haji menurut Mazhab Hanafi:

1. Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir, hajinya tidak sah.

2. Akal, tidak wajib bagi orang gila dan hajinya tidak sah.

3. Balig, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.

4. Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.

5. Sehat jasmani.

6. Memiliki bekal dan sarana perjalanan.

7. Perjalanan aman.

Tambahan bagi wanita:

1. Harus didampingi suami atau mahramnya.

2. Tidak dalam keadaan iddah, baik karena cerai maupun kematian suami.

Syarat haji menurut Mazhab Maliki:

1. Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir dan hajinya tidak sah.

2. Akal, tidak wajib bagi orang gila dan hajinya tidak sah.

3. Balig, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.

4. Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.

5. Kemampuan

Tambahan bagi wanita:

Tidak disyaratkan adanya suami atau mahram tapi boleh melaksanakan haji bila ada teman yang dianggap aman, baik bagi wanita muda atau tua.

(10)

Syarat-syarat haji menurut Mazhab Syafi'i:

1. Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir, hajinya tidak sah.

2. Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.

3. Taklif (sudah mukallaf, yaitu berkewajiban melaksanakan syariat) 4. Kemampuan, dengan syarat sebagai berikut:

a. Ada perbekalan, makanan dan lain-lain untuk pergi dan pulang.

b. Ada kendaraan

c. Perbekalan yang dibawa harus kelebihan dari pembayaran hutang dan biaya keluarga yang ditinggalkan di rumah.

d. Dengan kendaraan yang sudah jelas bahwa tidak akan mengalami kesulitan.

e. Perjalanan aman.

Tambahan untuk wanita:

Ada pendamping yang aman dengan seorang wanita muslimah yang merdeka dan tepercaya.

Syarat-syarat haji menurut Mazhab Hambali:

1. Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir dan hajinya tidak sah.

2. Akal, tidak wajib bagi orang gila, hajinya tidak sah.

3. Balig, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan yang baik dengan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.

4. Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.

5. Kemampuan

Tambahan bagi wanita:

Harus diikuti oleh mahramnya atau orang yang haram menikahinya selamanya.

(11)

BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

(Sumber)https://www.dpr.go.id, (Sumber)https://eprints.ums.ac.id, repository.uinbanten.ac.id,

Referensi

Dokumen terkait

makalah pemenuhan tugas akhir mata kuliah pendidikan agama

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang yang membahas tentang Hukum Kepailitan dalam Hukum Dagang

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Study Islam dan membahas tentang hakekat manusia menurut Islam serta studi Alquran dan ilmu

Makalah ini membahas tentang aset tak berwujud dalam mata kuliah Akutansi Keuangan Menengah 1 di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq

Makalah ini membahas tentang korupsi sebagai tugas mata kuliah Anti

Makalah ini membahas tentang adab pergaulan moderat dalam perspektif agama, khususnya sebagai tugas mata kuliah Moderasi Beragama di Universitas Sultan Ageng

Makalah ini membahas tentang konseling kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di Universitas Islam Negeri Datokarama

Makalah tentang Etika Bisnis Islam yang membahas prinsip dan aspek moral dalam dunia bisnis sesuai syariat Islam, disusun untuk tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis