STUDI
KEHMUPAN PETANI PADI SAWAH SETELAH KOI{I{ERSI LAIIAN PERTANIAN MENJADI
PERUMAHAN DI KELURAHAN LUBUK
MINTURTTNKECAMATAN KOTO
TANGAH KOTA PADANG
JURNAL
odajufigrrscfiog*isahfi So*tqwatil*$*{aryeta{efr
g ?fd/ Sdinu eafefuot ( Strata S 1)
SRI RAHAYT]
NIM:12030124
Pembimbing
II
s':
;1.Pembimbing
I
Ilrs. Dasrizal, MP
illryw
Elvi Zuriyani,lV.Si
PROGRAM
STUDTPENDIDIKAN
GEOGRAF'ISEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP
)PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 24rc
i
Study of Rice Farmers' Life After Being Housing Conversion of Agricultural Land in the Village District of Lubuk Minturun Koto Tangah Padang City
Sri Rahayu*Drs. Dasrizal, MP**Elvi Zuriyani, M.Si**
*Collage Student Of Geography Department STKIP PGRI West Sumatera
**Lecturer Of Geography Department STKIP PGRI West Sumatera
ABSTRACT
Many housing built in the village of Lubuk Minturun lead to diminishing land for farming. This land conversion affects the lives of farmers in the village of Lubuk Minturun. This study aims to discuss, analyze, access to data or information on the study of the life of farmers of rice after the conversion of agricultural land into housing in the village of Lubuk Minturun Koto Tangah subdistrict views of: 1) livelihood, 2) income, and 3) education.
This research is classified as descriptive research, the population in this study were all farmers totalling 461 people. The research sample was taken by purposive sampling, sample amounted to 92 people. Collecting data using questionnaires, the analysis used is descriptive analysis.
Research suggests that: 1) The life of rice the farmers after conversion of agricultural land into housing in the village of Lubuk Minturun Sungai Lareh, livelihoods still remain as a farmer. 2) the average farmer's income is Rp. 400.000- 600.000. 3) The farmer said farmer education only up to junior high school graduation. So it can be concluded that after the land conversion livelihoods of the people there are still farmers, livelihoods as farmers still relatively high. Judging from these farmers' income is sufficient to meet the needs of everyday life. And education of farmers in the village of Lubuk Minturun is still low.
Keywords: livelihood, income, and education.
PENDAHULUAN
Kepadatan penduduk lazim disebut dengan ledakan penduduk (population boms). Kepadatan penduduk sering kali menimbulkan permasalahan dalam penataan keruangan akibat besarnya tekanan penduduk terhadap lahan. Pada daerah- daerah yang penduduknya padat dan persebarannya tidak merata akan menghadapi masalah-masalah seperti
masalah perumahan, masalah pekerjaan, dan masalah pendidikan.
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, selain itu sumberdaya alam juga penting dalam kegiatan bertani. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,
seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi. Di bidang pertanian, lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani maupun bagi pembangunan pertanian. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan pertanian.
Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia, mengingat kebutuhan masyarakat baik untuk melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan sosial ekonomik dan sosio-budayanya. Lahan termasuk jenis sumber daya mengingat eksistensinya sebagai benda atau keadaan yang dapat berharga atau bernilai jika produksi, proses, maupun penggunaannya dapat dipahami.
Berubahnya fungsi lahan yang semula pertanian kemudian berganti dengan perumahan, maka dengan sendirinya akan menambah konsentrasi penduduk yang mendiami derah yang semula berpenduduk jarang. Hal ini seiring dengan meningkatnya interaksi sosial masyarakat, akibat mata pencaharian penduduk yang awalnya didominasi pertanian sekarang mulai bervariasi. Dengan sendirinya pembangunan perumahan juga dapat berakibat pada jenis
pekerjaan penduduknya, implikasi dari pembangunan kota dan perluasan areal perumahan akan membawa perubahan struktur sosial dan budaya baik positif dan negatifnya.
Konversi lahan merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena dampak dari konversi lahan bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke penggunaan lain dipertanian sagat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi lahan sawah. Substansi masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau tidaknya suatu lahan dikonversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada dampaknya
Peningkatan jumlah perumahan akan disertai dengan pengurangan lahan pertanian, baik ditinjau dari kualitasnya dan kuantitasnya, sehingga banyak sekali lahan pertanian yang dijadikan untuk lahan perumahan. Konversi lahan pertanian ke non pertanian akan mengakibatkan luas areal pertanian menjadi berkurang sehingga secara otomatis hasil produksi pertanian akan menurun dan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani akan mengalami
perubahan jenis pekerjaan akibat keterbatasan luas lahan pertanian.
Pembangunan perumahan yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh terjadi pada tahun 2003. Pembangunan perumahan ini dibangun diatas lahan pertanian, sehingga lahan pertanian semakin berkurang. Luas lahan pertanian yang terkonversi di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh sebanyak 50,78 Hektar dari 239 Hektar jumlah lahan sawah yang ada di Kelurahan tersebut.
Kelurahan Lubuk Minturun merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Dilihat dari topografinya, Kelurahan Lubuk Minturun terletak pada ketinggian 22 M diatas permukaan laut, topografinya dataran tinggi yang terdiri dari daerah bukit –bukit, tidak datar dan daerah ini merupakan tempat lahan pertanian yang subur. Selain itu, Kelurahan Lubuk Minturun banyak diminati oleh masyarakat untuk bisa bertempat tinggal disana. Faktor pendorong masyarakat ingin bertempat tinggal di Kelurahan Lubuk Minturun adalah karena memiliki kondisi alam yang sangat indah.
Berdasarkan observasi awal peneliti melihat banyaknya perumahan yang dibangun di atas lahan pertanian. Lahan pertanian yang dialih fungsikan
mengakibatkan lahan pertanian menjadi berkurang. Selain itu, penduduk asli disana yang bermata pencarian sebagai petani mengalami penurunan hasil pendapatan.
Akibatnya para petani harus mencari mata pencarian lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari- hari. Petani yang berada di Kelurahan Lubuk Minturun memiliki mata pencarian lain yaitu berladang, berdagang dan beternak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Studi Kehidupan Petani Padi Sawah Setelah Konversi Lahan Pertanian Menjadi Perumahan Di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah Kota Padang”.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam pendahuluan di atas, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif karena menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan informasai mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang ada di Kelurahan
Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dengan jumlah petani 461 KK.
Sampel wilayahdiambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling (Penunjukan) yaitu RW V,V,VI,VII,VIII, dan X karena pada RW ini dekat dengan lokasi konversi lahan dibandingkan dengan RW yang lain.
Sampel responden petani yang diambil dengan teknik proposional sampling, sehingga sampel berjumlah 92 responden.
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket.
Sedangkan untuk beberapa hal yang tidak mungkin dikumpulkan dengan angket atau kuisioner maka penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung terhadap objek penelitian dilapangan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dengan menggunakan rumus formula persentase, rumus yang digunakan Arikunto, 2006 sebagai berikut: = 100%
HASIL PEMBAHASAN
Pertama, sebelum adanya konversi lahan di Kelurahan Lubuk Minturun jumlah petani padi sawah sebanyak 541 orang.
Namun, setelah adanya konversi lahan jumlah petani di Kelurahan Lubuk Minturun
sebanyak 461 orang. Jadi akibat konversi lahan terjadi pengurangan jumlah petani padi sawah sebanyak 80 orang.
Hal ini dapat dilihat dari mata pencarian petani padi sawah di Kelurahan Lubuk Minturun, dengan adanya konversi lahan jumlah petani sebesar 73,91%. Dilihat dari kategorinya ini masih tergolong kategori tinggi, namun sudah mengalami penurunan. Selain menjadi petani, pertani tersebut ada yang mempunyai mata pencarian sampingan sebesar 82,61%.
Sedangkan jenis pekerjaan sampingan petani adalah berdagang sebesar 63,04%.
Dan tempat untuk melakukan pekerjaan sampingan adalah di sekitar tempat tinggal sebesar 71,74%.
Menurut Soekanto ( 2009) dalam afrina ( 2013; 12 ) mata pencaharian merupakan pekerjaan atau usaha yang dilakukan dalam mendapatkan hasil untuk kehidupan. Pekerjaan itu ada yang berupa pekerjaan pokok dan ada pula yang merupakan pekerjaan sampingan.
Kedua, dilihat dari pendapatan petani padi sawah di Keluraham lubuk Minturun, petani mengatakan pendapatan petani dalam satu bulan yaitu Rp. 400.000 – 600.000 sebesar 54, 35%. Pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan dalam satu hari yaitu Rp. 50.000–100.000 sebesar
78,26%. Tanggungan dalam keluarga petani padi sawah adalah lebih dari 4 orang sebanyak 82,61%. Sedangkan 90,22% petani mengatakan 2 orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga selain dari keluarga inti. 56,52% petani mengatakan tidak ada keluarga yang lain ikut bekerja.
Pendapatan yang di peroleh oleh petani sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sebesar 66,30%. Rencana untuk kedepannya dari pendapatan yang diperoleh oleh petani ada sebesar 39,13%.
Sebagian besar 84,78% petani mengatakan selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, penghasilan tersebut juga digunakan untuk biaya pendidikan anak.
Menurut Hull dalam Hayudi (2014) mengatakan pendapatan merupakan gambaran tentang posisi ekonomi keluarga yang dapat menentukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang di peroleh dalam suatu keluarga.
Ketiga, dilihat dari pendidikan petani padi sawah di Kelurahan Lubuk Minturun, petani mengatakan tingkat pendidikan terakhir petani yaitu tamat SMP sebesar 53,26%. Tingkat pendidikan terakhir suami/istri petani yaitu tamat SMP 77,17%.
Para petani pernah mengikuti pendidikan non formal sebesar 86,96%. Jenis pendidikan non formal yang pernah diikuti
oleh petani yaitu satu macam 89,13%.
Pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh petani yaitu penyuluhan pertanian sebesar 86,96%. Sedangkan jumlah anak yang sedang menempuh pendidikan sekolah yaitu 2 orang sebesar 46,73%. Tingkat pendidikan anak sampai tamat SMA sebesar 83,70%. Tempat Pendidikan anak yaitu di kota kecamatan sebesar 46,74%. Fasilitas yang dapat dipenuhi oleh petani untuk pendidikan anak yaitu buku, alat tulis dan pakaian sebesar 82,61%. Dan sumber biaya untuk pendidikan anak berasal dari biaya sendiri sebesar 90,11%.
Hal tersebut sesuai dengan Undang– Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 1 pada dasarnya jenjang pendidikan ( Tingkat Pendidikan ) adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan yang ingin dikembangkan.
KESIMPULAN
1. Kehidupan petani padi sawah setelah konversi lahan pertanian menjadi perumahan di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh, mata pencariannya masih tetap sebagai petani. Hal ini di sebabkan masih
adanya lahan pertanian yang tidak dibangun perumahan.
2. Kehidupan petani padi sawah setelah konversi lahan pertanian menjadi perumahan di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh, pendapatan petani rata-rata sebesar Rp. 400.000- 600.000. Sedangkan pendapatan dari pekerjaan sampingan berkisar Rp.50.000-100.000 perhari, yang mana pendapatan tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
3. Kehidupan petani padi sawah setelah konversi lahan pertanian menjadi perumahan di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh pendidikan petani kebanyakan sampai tamat SMP, bahkkan ada juga petani yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan anak petani padi sawah kebanyakan hanya sampai tamat SMA, selain itu ada juga beberapa orang anak petani padi sawah tingkat pendidikannya yang tamat perguruan tinggi.
SARAN
1. Bagi petani di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh Kecamatan Koto Tangah Kota Padang agar tidak
menjual lahan pertanian secara besar, yang akan menimbulkan petani rugi dan mata pencarian sebagai petani akan hilang.
2. Bagi masyarakat diharapkan agar tidak membeli lahan pertanian secara besar untuk dijadikan pembangunan perumahan di atas lahan pertanian.
3. Bagi pemerintah daerah agar tidak selalu memberikan izin kepada masyarakat yang ingin membangun perumahan di atas lahan pertanian, hal ini akan menimbulkan semakin berkurangnya lahan pertanian yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Hayudi,Gusrifal.(2014).Pendapatan Petani Bawang Merah ( Allium Ascolonicum, L) Di Kenagarian Salayo Tanang/ Bukit Sileh Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok.Skripsi STKIP PGRI Sumbar.