• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

33

Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/gakkum

Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan

PT Taspen (Persero) Tax Dispute Settlement Efforts Medan Main Branch Office

Pasca Putri Quitrine Purba 1)* & Dian Puji Simatupang 2)*

Hukum Ekonomi, Magister Ilmu Hukum, Universitas Indonesia

Diterima: Januari 2023; Disetujui: Juni 2023; Dipublish: Juni 2023

*Coresponding Email: pascaputri92@gmail.com, diansimatupang21@gmail.com Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian permasalahan hukum pajak antara PT Taspen (Persero) dengan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan terkait jumlah utang pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Beban Pengobatan Karyawan. Masalah difokuskan pada perhitungan utang pajak PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan terkait beban pengobatan karyawan.

Guna mendekati masalah ini dipergunakan acuan teori dari keuangan negara. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan melakukan penafsiran peraturan perundang-undangan oleh Hakim dengan cara menggambarkan objek atau peristiwa untuk mendapatkan kesimpulan mengenai penyelesaian sengketa pajak. Berdasarkan pembahasan hasil analisis putusan penyelesaian sengketa pajak atas biaya pengobatan karyawan maka dapat disimpulkan bahwa biaya pengobatan rawat inap dan rawat jalan merupakan pengurang penghasilan karyawan dengan mengacu kepada prinsip taxable-deductible.

Semua penghasilan terkait pekerjaan atau kegiatan apapun yang diperoleh Wajib Pajak pribadi sepanjang dibayarkan oleh pemberi kerja sehubungan dengan pekerjaannya merupakan objek penghasilan. Penelitian ini menyarankan kepada manajemen PT Taspen (Persero) untuk tidak membayarkan biaya pengobatan karyawan secara langsung melainkan menggunakan pihak ketiga yakni perusahaan asuransi kesehatan.

Kata Kunci: Sengketa Pajak; Biaya Pengobatan; Pajak Penghasilan.

Abstract

This article aims to find out how to resolve tax disputes between PT Taspen (Persero) and the Director General of Taxes of the Ministry of Finance regarding the amount of tax payable on Article 21 Income Tax (PPh) Employee Medical Expenses. The problem is focused on calculating the tax debt of PT Taspen (Persero) Medan Main Branch Office related to employee medical expenses. In order to approach this problem, theoretical references from state finances are used. This research is normative research by interpreting laws and regulations by judges by describing objects or events to get conclusions regarding the settlement of tax disputes. Based on the discussion of the analysis’ results of tax dispute resolution decisions for employee medical expenses, it can be concluded that inpatient and outpatient medical expenses are a deduction from employee income regarding taxable-deductible principle. Every income related to a job or any activity that is obtained by a personal taxpayer as long as the employer pays it and related to the job is an object of income. This study advise the management of PT Taspen (Persero) that it is not to pay for employees' medical expenses directly but using a third party, a health insurance company.

Keywords: Tax Dispute; Medical Expenses; Income Tax.

How to Cite: Purba, P.P.Q. & Simatupang, D.P. (2023). Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan, Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 10 (1) 2023 : 33-41

(2)

34 PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak oleh Fiskus kepada Wajib Pajak, terdapat kemungkinan terjadinya sengketa pajak. Dalam penelitian ini, sengketa pajak timbul dari adanya perbedaan pendapat antara PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan (selanjutnya disingkat PT Taspen (Persero) KCU Medan) dengan Direktorat Jenderal Pajak sebagai Pejabat Pajak terkait jumlah utang pajak atas pembayaran biaya pengobatan karyawan oleh PT Taspen (Persero) KCU Medan.

Pajak merupakan pungutan wajib yang dikenakan oleh Pemerintah kepada perorangan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan suatu negara dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan (Tajudeen Ajedare Adegbite, 2017). Dalam pelaksanaan perpajakan, terdapat prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan keadilan, kepastian hukum, kemudahan dan efisiensi (K.J. Davey, 1988). Faktanya, masih terdapat rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap aturan pajak yang disebabkan oleh ketidakmerataan pembangunan infrastruktur, buruknya kualitas pelayanan publik, dan rendahnya pemahaman Wajib Pajak terhadap Pajak (Abdul Ghafoor Awan, 2014).

Di Indonesia, penerapan sistem pemungutan pajak menggunakan self assessment yang berarti mempercayakan Wajib Pajak dalam melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak kepada negara secara langsung tanpa harus mendapat surat ketetapan dari pejabat pajak (Bustamar Ayza, 2017).

Hal ini dikarenakan Wajib Pajak merupakan orang yang sangat mengetahui penghasilannya secara pasti. Untuk meyakini jumlah perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak oleh Wajib Pajak sudah benar, perlu dilakukan pemeriksaan (Baso R, 2017).

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu sarana pengawasan yang bertujuan

untuk melakukan pengujian atas kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Terdapat beberapa produk hukum dalam pemeriksaan pajak yakni Surat.Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Suat Tagihan Pajak (STP). Terhadap produk hukum tersebut ada yang tidak disepakati oleh Wajib Pajak.

Ketidaksepakatan ini berpotensi menimbulkan permasalahan hukum atau disebut juga dengan sengketa pajak.

Sengketa Pajak terjadi antara Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak atas penerbitan ketetapan/keputusan oleh fiskus yang dapat diajukan Banding atau Gugatan. Munculnya sengketa pajak dikarenakan adanya perbedaan penafsiran antara Wajib Pajak dan Pejabat Pajak atas jumlah pajak yang harus dibayar atau lebih dikenal sebagai pajak terutang (Budi Ispriyarso, 2018).

Sengketa pajak timbul dari ketidakpuasan Wajib Pajak atas jumlah pajak terutang yang ditetapkan oleh Pejabat Pajak, dan ketentuan peraturan pajak yang dinilai tidak benar, yang mengakibatkan timbulnya kerugian Wajib Pajak (Agus Suharsono, 2021). Terdapat beberapa mekanisme penyelesaian sengketa pajak ini yakni keberatan, gugatan, banding dan peninjauan kembali.

Dalam upaya penyelesaian sengketa perlu adanya lembaga peradilan yang khusus menyelesaikan sengketa pajak menimbang bahwa karateristik sengketa pajak merupakan bagian dalam Hukum Administrasi Negara karena pajak merupakan sumber penerimaan negara.

Pajak merupakan bagian dari administrasi, sehingga sengketa pajak termasuk dalam sengketa administrasi (R. Santoso Brotodihardjo, 1988).

Mekanisme penyelesaian sengketa pajak terbagi menjadi dua yakni secara

(3)

35 administratif yaitu melalui lembaga keberatan dan yudikatif yaitu melalui Pengadilan Pajak. Mekanisme hukum acara dalam peradilan pajak antara lain Keberatan, Banding dan dan Peninjauan Kembali (Muhammad Djafar Saidi, 2007).

Upaya hukum melalui Pengadilan Pajak dilakukan setelah melewati upaya Keberatan (St.Nurjannah, 2017).

Keberatan adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa pajak terhadap ketidaksepakatan Wajib Pajak atas suatu keputusan dari Pejabat Pajak. Keputusan tersebut dianggap sebagai suatu hal yang perlu diklarifikasi secara lebih mendalam (Ali Purwito dan Rukiah Komariah, 2007).

Keberatan bukan merupakan hak Wajib Pajak, namun bentuk perlindungan.hukum (Arridho Abduh, 2019). Upaya keberatan menjadi peluang bagi Wajib Pajak untuk tidak menyepakati nominal perhitungan dari pejabat pajak jika Wajib Pajak ragu terhadap perhitungan tersebut. dan mempunyai bukti.terhadap perhitungan pajaknya secara jelas (Supriyadi, dkk, 2019).

Dalam Surat Keberatan harus memuat pembuktian atas kesalahan Surat.Ketetapan.Pajak. Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan secara jabatan adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap permasalahan hukum tertentu yaitu terhadap Wajib Pajak yang secara riil atau dari hasil audit tidak memenuhi kewajiban formil dan materiil (Nabitatus Sa’adah, 2019). Pada dasarnya Surat.Ketetapan.Pajak diberikan jika terdapat suatu hal yang baru ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan, perhitungan pajak dan pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Badan yang tidak sesuai dengan ketentuan.yang berlaku (Rahmat Nuryanto, 2021).

Terdapat dua mekanisme upaya hukum dalam penyelesaian sengketa pajak yang dapat ditempuh melalui Lembaga

Pengadilan Pajak yakni banding dan gugatan. Upaya banding dilakukan oleh Wajib Pajak terhadap keputusan Keberatan yang diterbitkan pejabat pajak, sedangkan upaya gugatan dilakukan oleh Wajib.Pajak terhadap pelaksanaan penagihan.pajak. Upaya Keberatan membuat hak dan kewajiban hukum Wajib Pajak sama dengan aparat pajak, walaupun dalam aturannya aparat pajak berwenang mengawasi dan menegakkan aturan

melalui sarana

pemeriksaan,.penyelidikan.dan.

penagihan. Pajak (Tirzha Carolaine Priska Suoth, 2018).

Pembentukan Pengadilan.Pajak bertujuan untuk menciptakan adanya kepastian hukum dan keadilan antara Wajib Pajak dan Aparat Pajak. Peradilan Pajak berfungsi sebagai alat penegak hukum dan alat yang melindungi Wajib Pajak secara hukum ketika berhadapan dengan pemerintah (fiskus). Dalam Pengadilan Pajak, kedudukan Wajib Pajak sebagai pemohon banding dan Direktur Jenderal Pajak sebagai termohon banding adalah sejajar dan mendapat perlakuan hukum yang sama. Dengan demikian putusan sengketa pajak dalam proses banding dianggap memenuhi keadilan karena dilakukan oleh pihak yang independen di luar fiskus (Tendi Wahyudi, 2017).

Upaya hukum banding hanya mengacu kepada Surat Keputusan.

Keberatan yang diterbitkan oleh lembaga keberatan (Anang Mury Kurniawan, 2011).

Keputusan Keberatan tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan harus dipatuhi oleh para pihak yang bersengketa.

Keputusan.keberatan.tidak.boleh.dija lankandan.harus diperiks Kembali melalui pengadilan pajak (Asriyani, 2017).

Pengadilan Pajak merupakan sebuah Lembaga peradilan yang bertujuan untuk menegakkan keadilan berdasarkan prinsip.

rule.of.law (I Wayan Sentana Gotama, 2020).

(4)

36 Putusan.Pengadilan.Pajak.bersifat.fin al, oleh karena itu upaya.hukum kasasi tidakterdapat.dalam.penyelesaian.sengket a.pajak. Apabila Wajib Pajak tidak menerima keputusan Pengadilan Pajak, maka Wajib Pajak mendapat kesempatan.

Untuk melakukan upaya hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali.ke.Mahkamah.

Agung. Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.

Objek penelitian ini adalah PT Taspen (Persero). PT Taspen (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang menjalankan usaha pada bidang pembayaran Pensiun, Tabungan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, dan Jaminan Kematian bagi Aparatur Sipil Negara.

PT Taspen (Persero) didirikan pada 17 April 1963. Dalam pelaksanaan pembayaran Pensiun oleh APBN, PT Taspen (Persero) sebagai wajib pungut (WAPU) dan Pengusaha Kena Pajak (PKP), melakukan.pemungutan.Pajak

Penghasilan.

Pasal.21.(selanjutnya.disebut.PPh.21).atas.

penghasilan.Karyawan. Mengacu kepada Pasal.4 ayat.(1).Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan penghasilan.merupakan.objek.Pajak.

Dalam sengketa ini, isu yang dipermasalahkan adalah Beban Pengobatan Karyawan yang dinilai objek pajak. Terdapat perbedaan penafsiran antara PT Taspen (Persero) KCU Medan dengan Direktur Jenderal Pajak dimana menurut PT Taspen (Persero) KCU Medan bukan merupakan penghasilan yang.dipotong.PPh.21 karena penggantian pengobatan diberikan dalam bentuk natura yang dibayarkan secara langsung kepada Pihak Ketiga dalam hal ini Rumah Sakit tanpa melalui gaji. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pajak Beban Pengobatan merupakan unsur pengurang dalam pembayaran gaji sebagaimana Pasal 8 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak.Nomor PER-31/PJ/2012 tentang.

Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan...Pasal...21...dan/atau...Pajak...

Penghasilan...Pasal..26Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi yang sehingga dinilai adanya kekurangan pembayaran pajak. PT Taspen (Persero) KCU Medan beranggapan bahwa beban pengobatan merupakan unsur penghasilan yang menggunakan metode proporsional (joint cost). Artikel ini akan membahas penyelesaian sengketa terkait Pajak Penghasilan atas Beban Pengobatan Karyawan PT Taspen (Persero) KCU Medan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.

Analisis dalam artikel ini memberi gambaran lengkap atas penyelesaian sengketa pajak khususnya terhadap permasalahan PPh 21 atas beban pengobatan karyawan PT. Taspen.

(Persero)..KCU..Medan. Belum adanya penelitian terkait penyelesaian sengketa pajak penghasilan atas beban pengobatan karyawan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan insight baru di dunia akademis terhadap penyelesaian sengketa pajak penghasilan.

Pembahasan penyelesaian sengketa banding atas pembayaran pengobatan

karyawan PT. Taspen.

(Persero)..KCU..Medan dimulai dengan penjelasan kronologis sengketa. Uraian ini menjelaskan duduk perkara dari kekurangan pembayaran PPh21 atas biaya pengobatan karyawan berdasarkan peraturan..perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Bagian selanjutnya membahas penyelesaian sengketa ditinjau dari peraturan perundang-undangan dan penafsiran hakim. Bagian akhir dari artikel akan mengungkapkan temuan dari kajian artikel ini beserta saran kepada Manajemen PT Taspen (Persero).

(5)

37 METODE PENELITIAN

Penelitian...hukum ini. merupakan Penelitian.Normatif/Doktrinal. Dalam penelitian ini, Penulis membahas permasalahan berdasarkan literatur- literatur berupa peraturan perundang- undangan dan putusan hakim terhadap pengajuan Banding dan Peninjauan Kembali. Penelitian ini akan menghasilkan pandangan atau paradigma baru terhadap penafsiran peraturan perundang- undangan dan putusan hakim tersebut (M.

R. Andri Gunawan Wibisana, et.al, 2022).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu data yang diperoleh selama proses penelitian, untuk mengorganisasikan dan menganalisis secara sistematis untuk memperjelas masalah yang dibahas yaitu Analisis Penyelesaian Sengketa Pajak atas Pembayaran Pengobatan Karyawan pada PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan.

Penelitian ini menggunakan Data Sekunder terdiri atas Undang-Undang KUP Nomor 6 Tahun 1983, Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor. 7. Tahun. 1983., Undang-Undang Pengadilan Pajak Nomor 14 Tahun 2002, dan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa,. Dan Kegiatan Orang Pribadi,..dan Putusan Pengadilan Pajak.

Republik Indonesia Nomor PUT- 114283.10/2012/PP/M.XIIB Tahun 2018.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Regulasi tentang Beban Pengobatan Rawat Inap dan Rawat Jalan pada karyawan PT Taspen (Persero)

Sengketa Pajak timbul akibat adanya keputusan yang dikeluarkan pejabat yang

berwenang (Fiskus) kepada Wajib Pajak yang mana dapat diajukan upaya hukum diatasnya. Sengketa Pajak antara PT.

Taspen (Persero) dengan Direktur Jenderal Pajak timbul dari adanya koreksi positif fiskal dari Direktorat Jenderal.Pajak sebagai Fiskus terhadap pembayaran.beban pengobatan karyawan (Nabitatus Sa’adah, 2019). Beban pengobatan karyawan tersebut tidak

dipotong PPh21 oleh

PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan yang.

dinilai Direktorat Jenderal Pajak merupakan objek pajak dalam penghasilan.

Terungkapnya sengketa pajak ini berawal dari pemeriksaan yang dilakukan.oleh Direktorat.Jenderal.Pajak Kementerian Keuangan cq Kantor.Pelayanan.Pajak.Madya Medan kepada PT. Taspen.(Persero).KCU.Medan pada tahun 2016 yang melakukan koreksi positif fiskal atas beban pengobatan karena PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan tidak melakukan.pemotongan PPh21 atas penghasilan yang diterima karyawan yang mendapat penggantian beban pengobatan sebagaimana Laporan Pemeriksaan Pajak

KPP Madya Medan Nomor

00730/WPJ.01/KP.0705/2016 tanggal 23 Maret 2016. Tim Pemeriksa melakukan penetapan kurang bayar kepada PT.

Taspen.(Persero).KCU.Medan sebesar Rp172.466.157,00 sebagaimana Surat.

Ketetapan...Pajak...Kurang...Bayar Pajak Penghasilan Pasal 21 Nomor 00004/201/12/125/16 tanggal 24 Maret 2016 Masa.Pajak.Januari.s.d.Desember 2012.

Atas penetapan tersebut PT. Taspen (Persero) KCU Medan mengajukan upaya Keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak sebagaimana Surat Nomor SRT- 209/CU.02/062016 tanggal 2 Juni 2016 namun upaya hukum Keberatan PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan ditolak oleh Direktur Jenderal Pajak dengan terbitnya Keputusan Direktur Jenderal

(6)

38

Pajak Nomor KEP-

00050/KEB/WPJ.01/2017 tanggal 27 April 2017.

Oleh karena itu PT. Taspen (Persero)

KCU Medan

mengajukan..banding..atas..keputusan..ters ebut..kepada..Pengadilan..Pajak. Dalam tuntutannya, PT Taspen (Persero) menyatakan bahwa PT Taspen (Persero) membayarkan Pajak Penghasilan telah sesuai dengan aturan yang berlaku dengan jumlah PPh terutang beserta sanksi administrasi sebesar Rp227.337,00.

Terkait dengan biaya pengobatan memang belum ada pengaturan yang menyebutkan secara harafiah namun ada beberapa aturan yang secara tak langsung mengatur mengenai biaya pengobatan antara lain:

a. Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, pada Pasal 4 ayat (3) huruf d, yang pada pokoknya menyatakan pengecualian dari objek pajak adalah penggantian atau imbalan yang merupakan hasil dari pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari WajibPajak atau Pemerintah.

Ketentuan ini tidak berlaku atas pemberian

terhadap.bukan.Wajib...Pajak...yang...

dikenakan...pajak...secara...final...atau..

Wajib..Pajak dengan menggunakan skema penghitungan khusus (deemed profit).

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang PedomanTeknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26.

Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan.Kegiatan Orang Pribadi, Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 8 ayat (1) huruf b.

yang pada pokoknya menyatakan

penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh: a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus. Sementara menurut Pasal 8 penghasilan yang dipotong PPh21 tidak termasuk untuk penerimaan dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dalambentuk apapun yang diberikan oleh Wajib.Pajak.atau.Pemerintah.

Pada prakteknya dalam anggaran PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan, terdapat beban pengobatan yang.termasuk dalam.rincian pembayaran gaji yakni pengobatan rawat jalan namun ada juga yang tidak termasuk dalam rincian pembayaran gaji yakni pengobatan rawat inap karena menggunakan sistem pembayaran secara langsung kepada pihak ketiga yakni rumah sakit.

Penyelesaian Sengketa Banding Pajak PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan

PT.Taspen.(Persero).KCU.Medanmela kukan upaya hukum Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 27. UU KUP Nomor.6.Tahun.1983 juncto Pasal.35 UUPengadilan.Pajak.Nomor.14.Tahun.200 2. Dalam upaya Banding, yang menjadi duduk perkara adalah. koreksi.positif fiskal PPh21 terhadap beban pengobatan rawat inap sebesar Rp274.090.473 dan beban pengobatan rawat jalan sebesar Rp513.770.771 dengan penetapan kurang bayar pajak sebesar Rp172.466.157.

Dalam dalil Banding, PT.Taspen (Persero) menyatakan bahwa beban pengobatan rawat inap tidak termasuk dalam unsur penghasilan yang dipotong PPh21 karena pemberian

(7)

39 penggantian pengobatan dalam bentuk natura yang dibayarkan langsung kepada pihak ketiga yakni rumah sakit tanpa melalui gaji karyawan sedangkan terhadap beban pengobatan rawat jalan termasuk kedalam penghasilan dan PPh21 telah dipotong oleh PT.Taspen (Persero).KCU.Medan. Terhadap hal ini PT.Taspen(Persero).KCU.Medan

mengajukan keberatan karena dalam perhitungan rekonsiliasi SPT PPh Badan Tahun 2012 beban penghasilan karyawan dihitung menggunakan metode joint cost secara proporsional.

Berbeda dengan pendapat PT Taspen (Persero), menurut Direktorat Jenderal Pajak secara garis besar pemotongan PPh21 dilakukan kepada semua penghasilan terkait pekerjaan atau kegiatan apapun yang diperoleh Wajib Pajak pribadi sepanjang dibayarkan oleh pemberi kerja sehubungan dengan pekerjaannya. Beban pengobatan merupakan unsur penghasilan yang menjadi pemotong PPh21 karena telah termasuk dalam penghasilan berupa natura yang.diberikan.oleh.Wajib.Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final sebagaimana Pasal 5 ayat (2)Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Direktorat Jenderal Pajak. menilai PT.Taspen (Persero).KCU.Medan belum melakukan pemotongan PPh21 seluruhnya atas penghasilan yang diterima karyawan salah

satunya adalah beban

pengobatan.(rawat.jalan.dan.rawat.inap).

Hal ini dikarenakan beban pengobatan telah diakui oleh PT.Taspen (Persero).KCU.Medan dalam rincian gaji yang diterima oleh karyawan setiap bulannya dan dalam laporan keuangan dicatat secara terpisah dari beban pengobatan yang berarti bahwa beban gaji dibayar tersendiri dan beban pengobatan juga dibayar tersendiri. Namun yang menarik adalah dalam rincian gaji terdapat unsur beban pengobatan rawat jalan.

Menanggapi dalil Direktorat Jenderal Pajak, PT.Taspen (Persero).KCU.Medan menyatakan.bahwa.beban pengobatan rawat inap tidak termasuk dalam rincian gaji karyawan karena beban pengobatan rawat inap telah dibayarkan secara langsung kepada pihak ketiga yakni rumah sakit yang dituju oleh karyawan. Atas hal tersebut mengacu kepada ketentuan.Pasal.8.ayat.(1).Peraturan.Direk tur.Jenderal.Pajak Nomor.PER- 31/PJ/2012.beban pengobatan tersebut tidak..termasuk..dalam

penghasilan.yang.dipotong.PPh21 karena merupakan penerimaan dalam bentuk natura sehingga tidak tepat dilakukan koreksi positif fiskal. PT.Taspen (Persero).KCU.Medan telah.memotong PPh21 atas beban pengobatan rawat jalan karena telah termuat dalam rincian gaji karyawan (Tirzha Carolaine Priska Suoth, 2018). PT.Taspen (Persero).KCU.Medan juga berpendapat beban pengobatan rawat inap tidak dikoreksi fiskal karena menggunakan metode joint cost sehingga tidak semua beban yang diakui di Laporan Keuangan dibiayakan karena memakai metode proporsional seperti halnya yang diterapkan pada Kantor Pusat PT.Taspen.(Persero).

Atas dalil PT.Taspen (Persero).KCU.Medan, Direktorat Jenderal Pajak menanggapi bahwa perhitungan metode joint cost hanya dapat digunakan terhadap beban yang berhubungan langsung dengan peredaran usaha perseroan yakni THT dan Pensiun yang meliputi Beban Klaim Manfaat dan Santuan, Kenaikan Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan dan seluruh dana pensiun.

Direktorat Jenderal Pajak tidak menerapkan metode joint cost untuk beban yang berhubungan dengan karyawan PT Taspen (Persero) termasuk pemberian natura berupa beban pengobatan. Selain itu dalam fakta pemeriksaan pajak, PT Taspen (Persero) menggunakan metode joint cost namun

(8)

40 tidak melakukan koreksi fiskal atas biaya pengobatan, yang seharusnya tetap dicatat sebagai Objek Pajak.

Dalam pertimbangan hakim, pengajuan Keberatan dan Banding oleh PT.

Taspen (Persero).KCU.Medan telah memenuhi syarat dan ketentuan formal dari Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang.KUP Nomor.6.Tahun.1983 juncto Pasal.35 Undang-Undang Pengadilan Pajak. Dalam pengajuan Banding, pemeriksaan materi sengketa oleh hakim terbagi menjadi lima bagian besar yakni objek sengketa, kompensasi kerugian, tarif pajak, kredit pajak dan sanksi administratif.

Terkait objek sengketa, hakim berpendapat beban pengobatan rawat inap dan rawat jalan merupakan pengurang penghasilan pada karyawan PT Taspen (Persero). Mengacu kepada taxable- deductible maka beban pengobatan rawat inap merupakan natura kepada karyawan dan karena tidak dilakukan pemotongan PPh21 maka pada umumnya dilakukan koreksi positif pada perhitungan PPh21 oleh Direktorat Jenderal Pajak (Rahmat Nuryanto, 2021). Oleh karena itu penerapan joint cost sebesar 0,13% tidak relevan. Bahwa penerapan joint cost hanya terkait kegiatan usaha dan biaya yang terkait dengan program Tabungan Hari Tua sementara biaya karyawan tidak termasuk ke dalam metode penerapan joint cost. Dalam laporan keuangan tahunan, PT Taspen (Persero) mencantumkan biaya pengobatan, dengan demikian dana tersebut.dikategorikan sebagai objek pajak.

Dalam.ketentuan PPh21 segala penghasilan..yang. diperoleh dari Perusahaan kepada karyawan dalam hal ini berbentuk natura/kenikmatan yang dibayar oleh PT Taspen (Persero) maka harus dipotong PPh21 dan karyawan menjadi subjek pajak. Oleh karena itu amar putusan hakim menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding PT.Taspen.(Persero).dengan

menetapkan kekurangan bayar pajak kepada PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan sebesar Rp61.418.697. Terkait kompensasi kerugian, yang diperoleh dari bukti- bukti.dan.fakta-fakta.yang diperoleh dari persidangan, Hakim mengabulkan sebagian permohonan Banding dari PT Taspen (Persero) atas koreksi DPP PPh21.

SIMPULAN

Beban pengobatan rawat inap dan rawat jalan merupakan pengurang penghasilan pada karyawan PT Taspen (Persero) mengacu kepada taxable- deductible. Semua penghasilan terkait pekerjaan atau kegiatan apapun yang diperoleh Wajib Pajak pribadi sepanjang dibayarkan oleh pemberi kerja sehubungan dengan pekerjaannya, dalam..hal..ini..pembayaran

dilakukandalam.bentuk.natura/kenikmata n.yang.dibayar PT Taspen (Persero) sehingga menjadi objek PPh21.

Pemberlakuan penerapan pajak penghasilan Pasal 21 tidak menggunakan perhitungan metode joint cost karena metode ini hanya dapat digunakan terhadap beban yang berhubungan langsung dengan peredaran usaha perseroan yakni Tabungan Hari Tua (THT) dan Pensiun yang meliputi Beban Klaim Manfaat dan Santuan, Kenaikan Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan dan seluruh pembayaran dana pensiun. Metode joint cost tidak dapat diterapkan untuk beban yang berhubungan dengan karyawan PT Taspen (Persero) termasuk pemberian natura berupa beban pengobatan. Adapun Putusan Pengadilan Pajak, Majelis Hakim mengabulkan sebagian permohonan Banding dari PT.Taspen.(Persero) dengan amar putusan berupa pembayaran

kekurangan pajak oleh

PT.Taspen.(Persero).KCU.Medan sebesar Rp61.418.697.

(9)

41 DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Arridho. (2019). Penyelesaian Sengketa Pajak Melalui Lembaga Keberatan. Eksekusi Journal of Law, 1(2): 187

Adegbite, Tajudeen Ajedare. (2017). Personal Income Tax and Goverment Revenue:

Evidence from Oyo State. International Journal of Social and Administrative Sciences, 2 (2): 45-51

Asriyani. (2017). Upaya Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak. e Jurnal Katalogis, 5(8): 173

Awan, Abdul Ghafoor. (2014). The Determinants of Tax Evasion In Pakistan-A Case Study Of Southern Punjab. International Journal of Development and Economic Sustainability, 2(4): 50-69

Ayza, Bustamar. (2017). Hukum Pajak Indonesia.

Jakarta: Kencana.

Brotodihardjo, R. Santoso. (1998). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Reflika.

Davey, K.J. (1988). Pembiayaan Pemerintah Daerah:

Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. Terjemahan Anarullah, dkk. Jakarta: UI-Press.

Gotama, I Wayan Sentana, Ida Ayu Putu Widiati dan I Putu Gede Seputra. (2020). Eksistensi Pengadilan Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak.” Jurnal Analogi Hukum, 2(3):

331-335

Ispriyarso, Budi. (2018). Upaya Hukum Dalam Sengketa Pajak. Administrative Law &

Governance Journal 1(2): 9-14

Kurniawan, Anang Mury. (2011). Upaya Hukum terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak. Jakarta: Graha Ilmu.

Moesdradjad, Ali Purwito, Rukiah Komariah.

(2007). Pengadilan Pajak-Proses Keberatan dan Banding. Cetakan Edisi Revisi. Jakarta:

Lembaga Kajian Hukum Fiskal Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Nurjannah, S. (2017). Penyelesaian Sengketa Utang Pajak pada Pengadilan Pajak. Jurnal Jurisprudentie, 4(2): 195.

Nuryanto, Rahmat, Hendra Haryanto dan Mutiarany. (2021). Tinjauan Yuridis Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus Putusan

Pengadilan Pajak Nomor

67455/PP/M.VA/15/2015). Journal Krisna Law, 3(2): 7

Pohan, Chairil. (2013). Manajemen Perpajakan:Strategi Perencanaan Pajak &

Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

R. Baso. (2017). Pengaruh Self Assesment System dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Maros. EQUITY:

Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, 12(2): 117

Sa’adah, Nabitatus. (2019). Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pajak dalam Sistem Peradilan di Indonesia. Administrative Law &

Governance Journal, 2(1): 19-33

Saidi, Muhammad Djafar. (2007). Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suharsono, Agus. (2021). Analisis Sengketa Pajak Pertambahan Nilai Atas Non Funded Income Pada Pengusaha Jasa Perbankan (Studi Kasus Putusan Peninjauan Kembali

Mahkamah Agung Nomor

628/B/PK/PJK/2019). JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan, 4(2): 305

Suoth, Tirzha Carolaine Priska. (2018). Analisis Hukum Penyelesaian Sengketa Pajak Antara Wajib Pajak Dengan Pemungut Pajak Untuk Memenuhi Rasa Keadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002. Lex Et Societatis VI(9) :132.

Supriyadi, Benny Setiawan, Randy Matius Bintang.

(2019). Evaluasi Lembaga Keberatan dalam Penyelesaian Sengketa Pajak yang Adil di Direktorat Jenderal Pajak. Jurnal Pajak Indonesia, 2(2): 7

Wahyudi, Tendi, Unti Ludigdo dan Ali Djamhuri.

(2017). Sengketa Pajak dalam Perspektif Pemeriksa Pajak (Sebuah Studi Fenomenologi). Jurnal Riset dan Aplikasi:

Akuntansi dan Manajemen, 2(3): 184

Wibisana, M. R. Andri Gunawan et.al. (2022). Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Cet. I.

Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

BAB III : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG UTAMA MEDAN A.. Pengertian dan Tujuan Sistem

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang dikelola oleh PT TASPEN. (PERSERO) Kantor

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT Taspen (Persero) KC Bogor berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu menambah petugas penerimaan dan penelitian klaim

TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta, prosedur pencairan pensiun Veteran pada PT TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta, serta dokumen yang dibutuhkan dalam pencairan

Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Bandung”, memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kompensasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan atau tidak pada

Dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pengembangan Karir dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT.. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama

Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan mengharapkan kepada para karyawannya untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam berkerja sehingga mendorong karyawan dapat berkerja

TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta, prosedur pencairan pensiun Veteran pada PT TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta, serta dokumen yang dibutuhkan dalam pencairan