• Tidak ada hasil yang ditemukan

A‐03‐2  − Objek Pajak lainnya ygditetapkan dlm Perda

Dalam dokumen Kumpulan Materi Perpajakan (Halaman 34-39)

BAGIAN A PENDAHULUAN

A‐03‐2  − Objek Pajak lainnya ygditetapkan dlm Perda

• Tarif PKB ditetapkan dgn Perda: (Pasal 6 UU PDRD & penjelasan) − Tarif PKB pribadi:

9 utk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah seb 1% dan paling tinggi seb 2%;

9 utk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dpt ditetapkan scr progresif paling rendah seb 2% dan paling tinggi seb 10%.

→ Pajak progresif utk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 dan kendaraan roda 4 atau lbh.

− Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yg sama. − Tarif PKB angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,

lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemda, dan kendaraan lain yg ditetapkan dgn Perda, ditetapkan paling rendah seb 0,5% dan paling tinggi seb 1%.

− Tarif PKB alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah seb 0,1% dan paling tinggi seb 0,2%.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

• Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sbg akibat perjanjian 2 pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yg terjadi krn jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dlm badan usaha. (Pasal 1 angka 14 UU PDRD)

• Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor: (Pasal 9 ayat (3) UU PDRD) − Kereta api;

− Kendaraan Bermotor yg semata-mata digunakan utk keperluan pertahanan dan keamanan negara;

− Kendaraan Bermotor yg dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dgn asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yg memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan

− Objek pajak lainnya yg ditetapkan dlm Perda.

• Termasuk penyerahan Kendaraan Bermotor adalah pemasukan Kendaraan Bermotor dari LN utk dipakai scr tetap di Indonesia, kecuali: (Pasal 9 ayat (6) & (7) UU PDRD) − utk dipakai sendiri oleh OP yg bersangkutan;

− utk diperdagangkan;

− utk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; → tdk berlaku apabila selama 3 thn berturut-turut tdk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia − digunakan utk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf

internasional.

• Tarif BBNKB ditetapkan dgn Perda: (Pasal 12 UU PDRD) − Tarif BBNKB ditetapkan paling tinggi @:

9 penyerahan pertama seb 20%; dan 9 penyerahan kedua dan seterusnya seb 1%.

− Khusus utk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yg tdk menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi @:

9 penyerahan pertama seb 0,75%; dan

9 penyerahan kedua dan seterusnya seb 0,075%. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor (PBBKB)

• Pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. (Pasal 1 angka 15 UU PDRD) • Bahan Bakar Kendaraan Bermotor: Semua jenis bahan bakar cair atau gas yg digunakan

utk kendaraan bermotor. (Pasal 1 angka 16 UU PDRD) • Tarif: (Pasal 19 UU PDRD)

− Tarif PBBKB ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 10%.

− Khusus tarif PBBKB utk bahan bakar kendaraan umum dpt ditetapkan paling sedikit 50% lbh rendah dari tarif PBBKB utk kendaraan pribadi.

− Pemerintah dpt mengubah tarif PBBKB yg sdh ditetapkan dlm Perda dgn Peraturan Presiden.

A‐03‐3 

9 terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari asumsi harga minyak dunia yg ditetapkan dlm UU ttg APBN thn berjalan; → dlm hal harga minyak dunia sdh normal kembali, Peraturan Presiden tsb dicabut dlm jangka waktu paling lama 2 bulan.

atau

9 diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak utk jangka waktu paling lama 3 tahun sejak ditetapkannya UU PDRD.

d. Pajak Air Permukaan

• Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. (Pasal 1 angka 17 UU PDRD)

• Air Permukaan: Semua air yg terdapat pd permukaan tanah, tdk termasuk air laut, baik yg berada di laut maupun di darat. (Pasal 1 angka 18 UU PDRD)

• Dikecualikan dari objek Pajak Air Permukaan: (Pasal 21 ayat (2) UU PDRD)

− pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan utk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, dgn tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan perpu; dan

− pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan lainnya yg ditetapkan dlm Perda. • Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 10%. (Pasal 24 UU

PDRD) e. Pajak Rokok

• Pungutan atas cukai rokok yg dipungut oleh Pemerintah. (Pasal 1 angka 19 UU PDRD) • Dikecualikan dari objek Pajak Rokok adalah rokok yg tdk dikenai cukai berdasarkan

perpu di bidang cukai. (Pasal 26 ayat (3) UU PDRD)

• Tarif Pajak Rokok ditetapkan seb 10% dari cukai rokok. (Pasal 29 UU PDRD) 2. Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel

• Pajak atas pelayanan yg disediakan oleh hotel. (Pasal 1 angka 20 UU PDRD)

• Hotel: Fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dgn dipungut bayaran, yg mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dgn jml kamar lbh dari 10. (Pasal 1 angka 21 UU PDRD)

• Objek: (Pasal 32 UU PDRD)

− Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yg disediakan oleh Hotel dgn pembayaran, termasuk jasa penunjang sbg kelengkapan Hotel yg sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

− Jasa penunjang: Fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.

− Tdk termasuk objek Pajak Hotel:

9 jasa tempat tinggal asrama yg diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemda; 9 jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

9 jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

9 jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yg sejenis; dan

9 jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yg diselenggarakan oleh Hotel yg dpt dimanfaatkan oleh umum.

• Tarif Pajak Hotel ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 10%. (Pasal 35 UU PDRD) b. Pajak Restoran

• Pajak atas pelayanan yg disediakan oleh restoran. (Pasal 1 angka 22 UU PDRD) • Restoran: Fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dgn dipungut bayaran, yg

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. (Pasal 1 angka 23 UU PDRD)

A‐03‐4  • Objek: (Pasal 37 UU PDRD)

− Pelayanan yg disediakan Restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yg dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.

− Tdk termasuk objek Pajak Restoran adalah pelayanan yg disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tdk melebihi batas tertentu yg ditetapkan dgn Perda. • Tarif Pajak Restoran ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 10% (Pasal 40 UU PDRD). c. Pajak Hiburan

• Pajak atas penyelenggaraan hiburan. (Pasal 1 angka 24 UU PDRD)

• Hiburan: Semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yg dinikmati dgn dipungut bayaran. (Pasal 1 angka 25 UU PDRD)

• Obyek: (Pasal 42 UU PDRD)

− Hiburan adalah: tontonan film; pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; pameran; diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; sirkus, akrobat, dan sulap; permainan bilyar, golf, dan boling; pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan pertandingan olahraga.

− Penyelenggaraan Hiburan di atas dpt dikecualikan dgn Perda. • Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dgn Perda: (Pasal 45 UU PDRD)

− Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi seb 35%.

− Khusus utk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dpt ditetapkan paling tinggi seb 75%.

− Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi seb 10%.

d. Pajak Reklame

• Pajak atas penyelenggaraan reklame. (Pasal 1 angka 26 UU PDRD)

• Reklame: Benda, alat, perbuatan, atau media yg bentuk dan corak ragamnya dirancang utk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau utk menarik perhatian umum thd barang, jasa, orang, atau badan, yg dpt dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. (Pasal 1 angka 27 UU PDRD)

• Tdk termasuk sbg objek Pajak Reklame: (Pasal 47 ayat (3) UU PDRD)

− penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

− label/merek produk yg melekat pd barang yg diperdagangkan, yg berfungsi utk membedakan dari produk sejenis lainnya;

− nama pengenal usaha atau profesi yg dipasang melekat pd bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dgn ketentuan yg mengatur nama pengenal usaha atau profesi tsb;

− Reklame yg diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan − penyelenggaraan Reklame lainnya ng ditetapkan dgn Perda.

• Tarif Pajak Reklame ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 25%. (Pasal 50 UU PDRD) e. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

• Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yg dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. (Pasal 1 angka 28 UU PDRD)

• Obyek: (Pasal 52 UU PDRD)

− Listrik yg dihasilkan sendiri meliputi slr pembangkit listrik. − Dikecualikan dari objek PPJ:

9 penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemda;

9 penggunaan tenaga listrik pd tempat-tempat yg digunakan oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan asing dgn asas timbal balik;

9 penggunaan tenaga listrik yg dihasilkan sendiri dgn kapasitas tertentu yg tdk memerlukan izin dari instansi teknis terkait; dan

A‐03‐5 

9 penggunaan tenaga listrik lainnya yg diatur dgn Perda. • Tarif PPJ ditetapkan dgn Perda: (Pasal 55 UU PDRD)

− Tarif PPJ ditetapkan paling tinggi seb 10%.

− Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan paling tinggi seb 3%.

− Penggunaan tenaga listrik yg dihasilkan sendiri, tarif PPJ ditetapkan paling tinggi seb 1,5%.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

• Pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dlm dan/atau permukaan bumi utk dimanfaatkan. (Pasal 1 angka 29 UU PDRD) • Mineral Bukan Logam dan Batuan: Mineral bukan logam dan batuan sebagaimana

dimaksud di dlm perpu di bidang mineral dan batubara. (Pasal 1 angka 30 UU PDRD) • Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan: (Pasal 57 ayat (2) UU

PDRD)

− kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yg nyata-nyata tdk dimanfaatkan scr komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah utk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

− kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yg mrp ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yg tdk dimanfaatkan scr komersial; dan

− pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yg ditetapkan dgn Perda. • Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb

25%. (Pasal 60 UU PDRD). g. Pajak Parkir

• Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yg disediakan berkaitan dgn pokok usaha maupun yg disediakan sbg suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. (Pasal 1 angka 31 UU PDRD) • Parkir: Keadaan tdk bergerak suatu kendaraan yg tdk bersifat sementara. (Pasal 1 angka

32 UU PDRD)

• Tdk termasuk objek pajak: (Pasa 62 ayat (2) UU PDRD) − penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemda;

− penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yg hanya digunakan utk karyawannya sendiri;

− penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dgn asas timbal balik; dan

− penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yg diatur dgn Perda.

• Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi dgn Perda seb 30% (Pasal 65 UU PDRD) h. Pajak Air Tanah

• Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. (Pasal 1 angka 33 UU PDRD) • Air Tanah: Air yg terdapat dlm lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

(Pasal 1 angka 34 UU PDRD)

• Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah: (Pasal 67 ayat (2) UU PDRD)

− pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah utk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan

− pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yg diatur dgn Perdah. • Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 20%. (Pasal 70 UU PDRD) i. Pajak Sarang Burung Walet

• Pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. (Pasal 1 angka 35 UU PDRD)

• Burung Walet: Satwa yg termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. (Pasal 1 angka 36 UU PDRD)

A‐03‐6 

− pengambilan Sarang Burung Walet yg tlh dikenakan PNBP;

− kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet lainnya yg ditetapkan dgn Perda.

• Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 10%. (Pasal 75 UU PDRD)

j. PBB Perdesaan dan Perkotaan

• Pajak atas bumi dan/atau bangunan yg dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh OP atau Badan, kecuali kawasan yg digunakan utk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. (Pasal 1 angka 37 UU PDRD)

• Bumi: Permukaan bumi yg meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Kabupaten/Kota. (Pasal 1 angka 38 UU PDRD)

• Bangunan: Konstruksi teknik yg ditanam atau dilekatkan scr tetap pd tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. (Pasal 1 angka 39 UU PDRD)

• Obyek: (Pasal 77 UU PDRD)

− Termasuk dlm pengertian Bangunan: jalan lingkungan yg terletak dlm 1 kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yg mrp suatu kesatuan dgn kompleks Bangunan tsb; jalan tol; kolam renang; pagar mewah; tempat olahraga; galangan kapal, dermaga; taman mewah; tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan menara.

− Objek Pajak yg tdk dikenakan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yg: 9 digunakan oleh Pemerintah dan Daerah utk penyelenggaraan pemerintahan; 9 digunakan semata-mata utk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yg tdk dimaksudkan utk memperoleh keuntungan;

9 digunakan utk kuburan, peninggalan purbakala, atau yg sejenis dgn itu;

9 merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yg dikuasai oleh desa, dan tanah negara yg blm dibebani suatu hak;

9 digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

9 digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yg ditetapkan dgn Peraturan Menkeu.

• Besarnya NJOPTKP ditetapkan dgn Perda paling rendah seb Rp 10 juta utk setiap WP. (Pasal 77 ayat (4) UU PDRD)

• Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dgn Perda paling tinggi seb 0,3% (Pasal 80 UU PDRD).

k. BPHTB

• Pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. (Pasal 1 angka 41 UU PDRD) • Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan: Perbuatan atau peristiwa hukum yg

mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh OP atau Badan. (Pasal 1 angka 42 UU PDRD)

• Hak atas Tanah dan/atau Bangunan: Hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dlm UU di bidang pertanahan dan bangunan. (Pasal 1 angka 43 UU PDRD)

• Objek pajak yg tdk dikenakan BPHTB adalah objek pajak yg diperoleh: (Pasal 85 UU PDRD)

− perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; − negara utk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau utk pelaksanaan pembangunan

guna kepentingan umum;

− badan atau perwakilan lembaga internasional yg ditetapkan dgn Peraturan Menkeu dgn syarat tdk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tsb;

− OP atau Badan krn konversi hak atau krn perbuatan hukum lain dgn tdk adanya perubahan nama;

A‐03‐7 

Dalam dokumen Kumpulan Materi Perpajakan (Halaman 34-39)