• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intimidasi fisik dan intimidasi verbal dapat dianggap sebagai bentuk bullying secara langsung, karena mereka menyiratkan relasi tatap muka antara pengganggu dan korban.22

Selama dekade terakhir, dunia telah menyaksikan perubahan yang luar biasa karena tercipta peluang dan sarana karena individu dan masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Manfaat dari perkembangan ini sangat besar karena pertumbuhan media elektronik dan digital telah memberikan jutaan orang kesempatan untuk belajar, mempublikasikan dan berkomunikasi dalam skala yang lebih massif yang belum pernah terjadi sebelumnya. TIK menawarkan kesempatan untuk bereksplorasi secara global, pengalaman interaktif yang dinamis dan luas melalui jaringan

21

http://www.bullyingandcyber.net/en/definitions/ 22 http://www.bullyingandcyber.net/en/definitions/

Bentuk bullying menurut

agresivitas pelaku

Intimidasi fisik

Intimidasi verbal

Intimidasi tidak langsung:

Manipulasi sosial dengan cara menggunakan orang lain sebagai sarana daripada menyerang korban secara langsung, misalnya: mengganggu dan gosipyang ofensif, pengucilan secara sistematis terhadap seseorang dari kehidupan kelompok, dll).

sosial. Bahkan tingkat penetrasi atau adopsi dan penggunaan yang pada awalnya berlangsung di negara-negara industri, namun kini sebagian besar wilayah di dunia secara cepat menangkap kemajuan ini, terutama dengan kenaikan penggunaan ponsel yang memungkinkan akses tanpa ketergantungan pada saluran telepon tetap.

Anak-anak dan orang muda memiliki peran penting dalam perkembangan ini. Mereka cenderung mengadopsi dari awal bentuk-bentuk baru komunikasi. Situasi ini merupakan faktor yang memiliki makna tertentu di negara berkembang karena proporsi populasi penduduk di bawah usia 18 jauh lebih tinggi dari jumlah total populasi penduduk dibandingkan dengan negara-negara industri. Anak-anak dan orang muda tidak hanya menjadi pengguna pasif dari TIK, namun mereka secara aktif terlibat dalam menciptakan serta membentuk informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan dan kepentingannya sendiri.

Dalam konteks ini, tidak hanya dunia elektronik dan fisik yang melingkupi anak dan remaja semakin menyatu, perilaku mereka dalam dunia maya mempengaruhi pengalaman mereka karena memunculkan risiko beraktivitas dan tingkat kerentanan sehari-hari dalam kehidupan offline (luring). Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai penyatuan lingkungan

offline dan lingkungan online (daring) (UNICEF Office of Research Centre, 2012: 9-10).

Dengan demikian memberikan batas garis antara offline dan online menjadi hampir tidak mungkin karena hampir setiap pengalaman memiliki dimensi secara online, baik melalui keterlibatan langsung dengan anak atau melalui penyediaan layanan yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan anak-anak. Meskipun akses digital anak-anak dan keaksaraan internet semakin berkembang pesat, banyak fitur kreatif, informatif, interaktif dan partisipatif yang tersedia melalui lingkungan digital, namun di sisi lain, internet dapat bersenyawa dengan risiko offline dan pengalaman negatif yang dijumpai anak-anak, seperti ajakan seksual yang tidak diinginkan, bullying dan pelecehan, dan paparan pornografi dan konten (materi) berbahaya lainnya (Sonia Livingstone dan Monica E. Bulgerm, 2013:4).

Berdasar situasi global di atas, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi 69/158 pada 18 Desember 2014 mengenai Perlindungan Anak dari Bullying (Protecting children from bullying) menyatakan bahwa bullying, termasuk cyberbullying (perundungan dalam jaringan), dapat dinyatakan melalui kekerasan dan agresi dan intimidasi dalam bentuk apapun dapat memiliki dampak negatif pada hak-hak anak dan kesejahteraan mereka, dan menyadari kebutuhan untuk mencegah dan menghilangkan intimidasi kalangan anak-anak.23 Hal ini menandakan bahwa bullying telah dialami oleh generasi demi generasi, namun bentuk terbaru dari fenomena bullying mengikuti perkembangan era internet dan keberadaan perangkat telekomunikasi seluler.

Cyberbullying, juga dikenal sebagai intimidasi elektronik, intimidasi secara online dan

pelecehan online. Ini merupakan fenomena yang relatif baru yang dapat dipahami hanya dalam konteks bullying secara tradisional dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam konteks ini cyberbullying melibatkan komunikasi yang merugikan (membahayakan) atau melecehkan yang ditujukan terhadap pengguna telepon seluler, komputer atau perangkat lain yang sejenis dan memiliki potensi untuk diulang melalui berbagi pesan kepada orang lain yang juga menggunakan teknologi ini. Dalam era digital ini, teknologi komunikasi modern justru memungkinkan korban untuk terus, di mana saja dan kapan saja mengalami bullying (Mobina S. B. Jaffer, et.al., 2012: 6-8). Sedangkan menurut Smith et. al. cyberbullying merupakan tindakan agresif dan disengaja yang dilakukan oleh kelompok atau individu dengan wujud (format) kontak elektronik, berulang kali dan dari waktu ke waktu terhadap korban yang tidak bisa dengan mudah membela dirinya. Pelaku cyberbully dapat bertindak secara anonim dan dapat menyebar tindakannya melalui web untuk menjangkau khalayak potensial tak terbatas. 24

Menurut Faye Mishna, Psikolog dan Guru Besar Universitas Toronta, Kanada mengatakan bahwa definisi universal cyberbullying belum disepakati, namun salah satu definisi dari cyberbullying berkaitan dengan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi untuk menyakiti orang lain. Hal ini dapat terjadi karena terdapat perangkat teknologi dan mencakup perilaku yang tak terhitung jumlahnya untuk melakukan hal-hal seperti penyebaran rumor, menyakiti atau mengancam orang lain, atau secara seksual melecehkan.

Sumber: Mobina S. B. Jaffer, et.al., 2012

Konsep cyberbullying memiliki beberapa elemensebagaimana dapat dilihat melalui ilustrasi berikut ini: 24 http://www.bullyingandcyber.net/en/definitions/

Cyberbullying merupakan bentuk kekerasan dengan beragam wujud dan terjadi di banyak

lingkungan, termasuk internet, situs jejaring, pesan teks, atau pesan instan. Hal ini dapat langsung (pengalamatan korban langsung) maupun tidak langsung (rumor, gosip atau pengucilan. Cyberbullying juga terdiri dari berbagai perilaku, termasuk pelecehan seksual, ancaman kematian, posting komentar yang menyakitkan atau memfitnah secara online, membuat komentar yang menyakitkan tentang penampilan fisik seseorang atau cara mengekspresikan diri, dan mengedarkan foto atau video yang membahayakan korban.

Bullying secara elektronik juga mencakup tindakan yang dimaksudkan untuk mengucilkan

seorang individu atau kelompok. Seperti bullying tradisional, cyberbullying merupakan fenomena yang terjadi secara kontinum (berkelanjutan) tingkatan (derajat) keparahan, mulai dari bentuk, lebih berbahaya dan paling serius (Mobina S. B. Jaffer, et.al., 2012:12).

Sumber: Mobina S. B. Jaffer, et.al.,2012

Elemen

cyberbullying

Cyberbullyingmelibatkan penggunaan perangkat elektronik komputer, ponsel dan perangkat elektronik lainnya) untuk (

mengintimidasi, mempermalukan, mengancam atau melecehkan seseorang atau kelompok.

Cyberbullying pada dasarnya merupakan bentuk bullying, perpanjangan bullyingtradisional

Cyberbullying, seperti halnya bullyingtradisional, mengandaikan bahwa pelaku telah bertindak dengan sengaja untuk menyakiti secara berulang

Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara cyberbullying dengan bullying tradisional sebagai berikut: 25

1. Cyberbullying menunjukkan elemen kontinuitas dengan bullying tradisional, tetapi mengandung elemen baru dan spesifik. Korban bahkan sangat sering tidak tahu karena agresi yang dilakukan tanpa tatap muka. Hal ini berarti bahwa pelaku tidak melihat efek dari tindakan agresi terhadap korban sehingga tidak dapat memicu mekanisme empatik yang bisa membatasi serangan tersebut:

2. Elemen pengulangan tindakan agresif yang dilakukan oleh pelaku dapat terus dimodifikasi dengan memanfaatkan karakteristik komunikasi dalam lingkungan virtual. Hal ini dapat menyebabkan potensi yang membahayakan korban. Video atau posting di blog selalu tersedia dan dapat dilihat oleh ribuan orang dalam waktu yang berbeda;

3. Ketidakseimbangan rekasi kuasa antara pelaku dan korban dalam cyberbullying tidak memerlukan kekuatan yang dimediasi oleh kekuatan fisik. Bahkan dapat dilakukan oleh hanya satu orang dan tanpa keterampilan fisik khusus, dapat melakukan tindakan bullying yang ditujukan terhadap korban dengan jumlah yang tidak terbatas dengan beberapa transaksi;

4. Aspek intensionalitas terkait dengan tindakan agresif dalam cyberbullying dapat diperpanjang dan dibagai kepada siapa saja dan siapa pun mereka dapat memutuskan untuk mengirimkannya kembali kepada orang lain.

Meskipun orang dewasa juga bisa menjadi pelaku atau korban, cyberbullying merupakan aspek yang unik dari tumbuh kembang anak-anak saat ini yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan masa depan mereka. Konvensi Hak Anak Pasal 19 telah mengakui hak anak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental

Berkaitan dengan hal di atas, paling tidak tedapat 5 (lima) cara yang dapat membantu melindungi anak-anak dari ancaman yang sangat nyata terkait dengan cyberbullying:26

1. Mengajak diskusi

Sebagaimana dalam setiap hubungan yang sehat,penting untuk memiliki keterbukaan, komunikasi yang jujur dengan anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk menyisihkan beberapa menit untuk berbicara tentang cyberbullying. Apabila anak-anak mengalami dan menjadi korban, maka penting untuk tidak menghakimi mereka, bahkan apabila terdapat foto, bahasa yang buruk, atau unsur-unsur yang berpotensi memalukan lainnya;

2. Segera untuk terlibat

25

http://www.bullyingandcyber.net/en/definitions/

Sangat penting untuk memperhatikan ke mana anak-anak pergi setelah sekolah, dengan siapa mereka bergaul. Selain itu, perlu untuk terlibat dan mengawasi aktivitas online mereka. Oleh karena, penting untuk mengetahui jaringan sosial yang mereka gunakan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membuat account pada jaringan sosial tersebut, untuk mengikuti anak-anak. Tindakan ini mungkin tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak, namun mereka perlu diberitahu risiko apabila online sendiri;

3. Menetapkan pembatasan

Sebagian besar cyberbullying terjadi kepada anak-anak di sekolah menengah. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membatasi akses internet karena tanpa pengawasan semakin besar risiko anak menjadi pelaku atau korban bullying. Untuk mengurangi kemungkinan anak-anak menjadi korban atau pelaku, maka perlu menetapkan beberapa batasan;

4. Menjalin kerjasama dengan sekolah

Mungkin sudah banyak sekolah mengajarkan anak-anak mengenai kekerasan di dunia nyata, tapi lebih sedikit sekolah yang fokus pada cyberbullying. Oleh karena itu, strategis untuk menjalin kerja sama dengan sekolah dan meminta sekolah untuk memasukkan topik dalam diskusi dan kebijakan sekolah;

5. Mempelajari respon secara tepat

Anak-anak perlu diajari untuk memblokir bullying dengan mengubah informasi kontak mereka dan menyimpan pesan atau gambar bullying sebagai bahan untuk berbagi dengan pihak lain seperti keluarga, guru, penyedia layanan Internet dan, jika perlu pihak yang memiliki kewenangan yang relevan.

Daftar Referensi