• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas sebagai Basis Perlindungan Anak

Anak Inklusif bagi

4.6. Komunitas sebagai Basis Perlindungan Anak

4.6. Komunitas sebagai Basis Perlindungan Anak

Kewajiban aktor non-negara secara langsung di bawah perjanjian internasional untuk melindungi hak anak telah dicatat dalam hukum HAM internasional, baik dalam Pembukaan Kovenan Hak Sipil dan Politik maupun Pembukaan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya telah menegaskan kewajiban individu bahwa:

“Setiap manusia yang mempunyai kewajiban pada manusia lainnya dan terhadap masyarakat di mana ia menjadi bagian, bertanggung jawab untuk memajukan dan mematuhi hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.”

Penegasan yang serupa juga dinyatakan dalam Pembukaan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa:

“Setiap orang dan setiap badan di dalam masyarakat, dengan senantiasa mengingat Deklarasi ini, akan berusaha dengan cara mengajarkan dan memberikan pendidikan guna menggalakkan penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan yang progresif yang bersifat nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan penghormatannnya yang universal dan efektif.”

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia juga membebankan kepada aktor non-negara dengan menegaskan bahwa setiap orang memiliki tugas untuk masyarakat (Pasal 29). Kewajiban kelompok maupun individu untuk tidak melakukan tindakan yang membahayakan, kewajiban ini secara khusus mencakup aktor non-negara. Ketentuan ini dapat dibaca dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik, Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD), dan KHA. Pasal terakhir Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa:

Pelaksanaan Hak Anak Berada dalam Koridor Hormat terhadap

Hak Orang Lain

Diajarkan Dibiasakan Dilatih

Konsisten Menjadi Kebiasaan Menjadi Karakter Menjadi Budaya

“Tidak sesuatu pun di dalam Deklarasi ini boleh ditafsirkan memberikan sesuatu Negara, kelompok ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa pun, atau melakukan perbuatan yang bertujuan merusak hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang mana pun yang termaktub di dalam Deklarasi ini.”

Ketentuan-ketentuan tersebut dapat diartikan sebagai pemberian kewajiban langsung pada aktor non-negara untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak anak . Asumsinya adalah bahwa siapa pun yang memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi hak-hak anak dalam mempergunakan kuasanya tersebut tanpa melanggar atau merusak hak-hak mereka (Rogers Dhliwayo, 2007).

Selain itu terdapat juga kewajiban tidak langsung aktor non negara yang yang timbul dari kewajiban negara di bawah hukum hak asasi manusia internasional. Dalam hal ini, maka hukum tanggung jawab negara (law of state responsibility) di bawah hukum HAM internasional mewajibkan negara untuk menghormati, melindungi , dan memenuhi hak-hak anak. Untuk itu agar negara benar-benar mematuhi tanggung jawab tersebut, maka negara juga harus mengontrol aktor bukan negara dalam yurisdiksi mereka. Pada titik ini negara harus menerapkan instrumen hak-hak anak secara horisontal. Penerapan hukum internasional HAM secara horisontal merupakan hal penting untuk merealisasikan hak-hak anak.Kegagalan untuk mengontrol pelanggaran HAM oleh individu atau persetujuan dalam pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aktor non-negara menempatkan negara sebagai pihak yang bersalah karena pada awalnya agen negara tersebut telah melakukan pelanggaran terkait kewajibannya untuk mencegah, menyelidiki dan menghukum pelanggaran tersebut Rogers Dhliwayo, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, menurut Gerison Lansdown (2005) perlindungan anak mencakup empat ruang lingkup sebagai berikut:

1. Perlindungan dari kerusakan psikis dan emosional

Perlindungan ini diperoleh melalui keluarga atau perawatan alternatif, cinta kasih, dan afeksi;

2. Perlindungan anak dari dibuatnya suatu keputusan yang berdampak pada anak Perlindungan ini dibutuhkan untuk membantu anak terlindungi dari dampak dibuatnya suatu keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan anak itu. Kepentingan terbaik bagi anak harus dijadikan sebagai pertimbangan utama mengingat adanya kesenjangan pengalaman atau pengetahuan anak untuk terlibat dalam pembuatam suatu keputusan;

3. Perlindungan dari sistem sosial atau sistem ekonomi yang merugikan anak. Kebutuhan perlindungan ini mencakup perlindungan anak dari dampak suatu konflik, perlindungan anak dari sistem peradilan pidana, dan perlindungan anak dari situasi pekerjaan yang buruk, dan perlindungan anak dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang;

4. Perlindungan anak dari eksploitasi dan penyalahgunaan kewenangan

Anak membutuhkan perlindungan dari perdagangan orang dan eksploitasi seksual, termasuk perlindungan dari pernikahan dini.

Pada titik ini menjadi strategis untuk mengembangkan lingkungan yang memberikan perlindungan kepada anak sehingga terjalin sinergitas antara negara, pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Dalam rangka pengembangan lingkungan yang memberikan perlindungan terhadap anak menurut Karin Landgren (2015: 228-242) terdapat delapan elemen kunci, sebagai berikut:

1. Kapasitas dan Komitmen Pemerintah (Government Commitment and Capacity) Perlindunganmelalui upaya ini termasuk: meratifikasi konvensi internasional tanpa reservasi, ketentuan alokasi anggaran publik yang melindungi anak, deklarasi komitmen publik, kebijakan yang berpusat pada kepentingan anak dan mendukung usaha publik; 2. Legislasi dan Penegakan Hukum (Legislation and Enforcement)

Upaya ini dilakukan melalui: inkorporasi standar internasional yang relevan, menuntut pelaku, memfungsikan peradilan dan kepolisian tanpa intervensi, mekanisme ganti rugi yang terakses, prosedur hukum yang rahasia dan ramah anak, ketersediaan bantuan hukum, tidak melakukan kriminalisasi korban dan menempatkan rezim keadilan bagi anak/keadilan restoratif;

3. Diskusi terbuka (Open Discussion)

Proteksi ini antara lain dilakukan melalui: kesepakatan antara masyarakat sipil dengan media bahwa fenomena kekerasan tidak akan diberitakan oleh media dan tidak diakui, kesalahan melindungi anak dinyatakan oleh komunitas dan Pemerintah, pengakuan bahwa anak-anak dan remaja memiliki kemampuan untuk menyatakan permasalahannya di sekolah, di rumah, dan tempat lain, korban bukan untuk diasingkan, dan media dan LSM dapat bekerja sama;

4. Tradisi dan Budaya (Culture and Customs)

Perlindungan ini dilakukan upaya melalui menciptakan lingkungan yang tidak diskriminatif, mempraktikan kepedulian pada anak bukan penghukuman fisik, kekerasan bukan komponen kunci identitas maskulin, orang tua menolak FGM, penyelesaian sengketa secara damai, anak diperlakukan secara bermartabat, eksplotasi seksual secara sosial tidak diterima, praktik-praktik kekerasan tidak didukung oleh umat beragama, dan anak-anak difabel, dan penderita AIDS tidak distigmatisasi;

5. Kecakapan hidup, Pengetahuan, dan Partisipasi (Children’s Life Skills, Knowledge,

Participation)

Perlindungan ini meliputi: lingkungan yang peduli bahwa anak memiliki hak asasi, mendorong anak agar berpendapatan dan berekpresi, menyediakan kebutuhan atas informasi, memiliki kemampuan memecahkan masalah dan bernegosiasi,

mendorong anak agar memiliki kepercayaan diri, dan anak-anak didengar pendapatnya di sekolah, di rumah, dan di komunitas;

6. Kapasitas Keluarga dan Komunitas (Capacity of Families and Communities) Perlindungan ini mencakup : orang tua dan pemerhati anak yang lain mengawasi secara proaktif praktik-praktik perlindungan anak, keluarga mendukung kebutuhan anak; masyarakat mendukung dan mengawasi perlindungan anak, dan keseimbangan eksistensi (orang dewasa tidak mendominasi);

7. Pelayanan Dasar (Essential Services)

Perlindungan ini mencakup: pendidikan gratis bagi semua anak termasuk pengungsi, ketentuan non diskriminasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk pekerja seks anak dan tahanan, memfungsikan sistem jaminan sosial, shelter, hotline; dan training kepada guru;

8. Monitoring, Pelaporan, dan Pengawasan (Monitoring, Reporting, and Oversight) Perlindungan ini mencakup: pengumpulan data secara sistematis, pelaporan data secara transparan dan peninjauan oleh pembuat kebijakan, akses bagi pengamat independen yang melakukan observasi terhadap kelompok anak yang secara tradisional termarjinalkan, mendorong penghormatan peninjauan masyarakat sipil

Kedelapan elemen yang berperan dalam memberikan perlindungan anak di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagian 5: Partisipasi Anak sebagai Hak Asasi Manusia