• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak Inklusif bagi

Bagian 5: Partisipasi Anak sebagai Hak Asasi Manusia 5.1. Konsep dan Prinsip Partisipasi Anak

5.3. Ruang-Ruang Partisipasi Anak

(dilekati hak untuk hidup), Pasal 7 dan 8 (nama dan

kewargenegaraan), Pasal 14 (kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama), Pasal 16 (privasi).

Hak politik: Partisipasi dalam pembuatan kebijakan

Pasal 5 (hak dan kewajiban, tanggung jawab orang tua), Pasal 12 (menyampaikan pendapat); Pasal 13 (ekspresi), Pasal 15

(berorganisasi), Pasal 17 (akses terhadap informasi), Pasal 23 (partispasi aktif penyandang cacat anak (anak dengan kemampuan berbeda (disabilitas), Pasal 29 (pendidikan untuk kehidupan yang bertanggung jawab), Pasal 31 (hak bermain).

Hak sosial Pasal 24 (standar kesehatan yang tertinggi), Pasal 26 (jaring pengaman sosial), Pasal 27 (standar kehidupan), Pasal 28 dan 29 (pendidikan)

Dengan dilekati ketiga kategori hak di atas maka penikmatan hak anak tidak bergantung pada kehendak baik dan kebajikan orang dewasa. Oleh karena itu, anak sudah seharusnya diakui sebagai anggota penuh warga negara, meskipun mereka tetap membutuhkan perlindungan dan perawatan lebih. Artinya perlindungan dan perawatan tersebut tidak mengesampingkan penjaminan hak sipil dan hak politik anak-anak.

5.3. Ruang-Ruang Partisipasi Anak

Partisipasi anak diterapkan pada lingkup yang berbeda-beda. UNICEF dan Roger A. Hart (ECPAT International, 1999) mencatat bahwa partisipasi anak-anak dapat terlihat pada ruang lingkup berikut:

1. Pemerintah dan seluruh pembuatan kebijakan; 2. Perlindungan anak; 3. Lingkungan keluarga; 4. Adopsi; 5. Perawatan alternatif; 6. Sekolah; 7. Pekerja anak;

8. Pelayanan lokal, termasuk perencanaan, permukiman, dan lingkungan; 9. Perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan;

10. Kebijakan kesehatan individu dan perencanaan serta aturan layanan kesehatan; 11. Media;

13. Manajemen rumah tangga; 14. Pembangunan komunitas; 15. Organisasi anak dan kaum muda; 16. LSM (NGO);

17. Jejaring yang diinisiasi untuk kepentingan anak;

18. Program magang dengan kalangan pengusaha dan professional.

Apabila melihat cakupan ruang lingkup partisipasi, maka ruang-ruang partisipasi anak tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori ruang partispasi. dalam laporan tahunannya yang berjudul The State of The World’s Children 2003, Unicef (2002:3) menyatakan bahwa anak yang tengah tumbuh dan berkembang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dari ruang privat sampai ruang-ruang publik dan dari ruang lokal sampai ruang global. Unicef mengadopsi visualisasi yang disampaikan oleh R. Nimi’s memberikan visualisasi ruang-ruang partisipasi bagi anak sebagai hak yang melekat pada setiap anak sebagai berikut.

Sumber: UNICEF, 2002

Ranah pembuatan kebijakan juga merupakan locus di mana hak partisipasi anak dapat teraktualisasikan. Dalam hal ini, maka anak dan kaum muda memiliki legitimasi melalui Pasal 12 KHA untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan khususnya yang berdampak pada kehidupan mereka. Dengan kata lain, mereka harus diberikan akses untuk menyuarakan aspirasi di wilayah politik agar hak-hak yang melekat padanya terealisasi. Partisipasi anak sangat penting dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan anak tidak hanya diakui dalam Pasal 12 tetapi diakui oleh seluruh pasal-pasal KHA. Partisipasi anak merupakan hak substantif karena setiap permasalahan yang

menyangkut anak, anak dilekati hak pandangannya harus didengar dan dipertimbangkan. Hak partisipasi juga hak yang bersifat prosedural karena melalui partisipasi, anak dapat bertindak untuk melindungi dan memajukan hak-haknya yang lain (Gerison Lansdown, 2005). Terkait dengan hal tersebut terdapat empat tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan anak, yakni:

Sumber: Gerison Lansdown, 2005

Selanjutnya, Pasal 12 menyatakan bahwa semua anak yang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan pandangan berhak atas tiga tingkat pertama keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam hal ini, Komite Hak Anak telah mengidentifikasi bahwa Pasal 12 merupakan salah satu prinsip-prinsip dasar Konvensi yang menuntut perubahan mendasar dalam pendekatan konvensional yang menganggap anak-anak hanya sebagai penerima pasif perawatan dan perlindungan dari orang dewasa. Namun justru, sebaliknya Pasal 12 memberikan pengakuan terhadap anak sebagai agen aktif yang berhak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.Pasal 12 memandatkan hak anak untuk terlibat dalam proses partisipasi dalam semua hal yang berpengaruh padanya, tetapi orang dewasa tetap memiliki tanggung jawab atas hasilnya. Hasil tersebut akan diputuskan oleh orang dewasa dengan mempertimbangkan informasi dan pandangan anak. Pasal 12 KHA merupakan aturan yang unik dalam perjanjian HAM karena pasal ini ditujukan bagi status hukum dan sosial anak, di satu sisi anak masih belum memiliki otonomi secara penuh sebagaimana orang dewasa, namun di sisi yang lain, anak merupakan subyek hak (rights

holders). Komite juga membedakan hak untuk didengar sebagai individual dan hak untuk

didengar sebagai hak kolektif karena negara harus memastikan bahwa hak untuk didengar harus memperhatikan usia dan tingkat kematangan anak.

Ekspresi pandangan anak relevan untuk menambah perspektif, pengalaman, dan pertimbangan dalam persiapan pembuatan kebijakan publik dan atau langkah-langkah evaluasi. Proses terlibat dalam keseluruhan tahapan pembuatan kebijakan seringkali disebut

Anak harus diinformasikan. Anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pandangan atas informasi yang mereka terima. Pandangan anak diperhitungkan. Anak dijadikan sebagai bagian utama atau terlibat bersama dalam proses pembuatan keputusan.

partisipasi. Oleh karena itu, pelaksanaan hak anak untuk didengar merupakan elemen penting proses dan tahapan pembuatan kebijakan. Konsep hak partisipasi anak menekankan bahwa partisipasi tersebut tidak hanya tindakan karena ada aktivitas tertentu

(momentary), namun seharusnya partisipasi anak diletakkan dalam keseluruhan proses.

Dengan demikian karena anak dilibatkan sejak awal maka intensitas pertukaran perspektif dan pengalaman antara anak dan orang dewasa dalam pengembangan kebijakan, program dan tindakan lain yang relevan dengan konteks kehidupan anak terjalin secara berkelanjutan. Hal yang perlu menjadi catatan bahwa mengekspresikan pandangannya merupakan pilihan bagi anak dan bukan sebagai suatu kewajiban. Dalam kaitan ini, perwujudan Pasal 12 yang menyatakan anak sebagai pemilik hak, artinya anak memiliki hak untuk mempengaruhi kehidupannya, dan bukan hanya hak yang diturunkan karena mereka termasuk kelompok rentan yang membutuhkan perlindungan atau tidak bergantung terhadap orang dewasa.16

Oleh karena itu, Save The Children menekankan bahwa partisipasi anak mencakup proses maupun capaian, maka partipasi anak merupakan pelaksanaan dari prinsip kepentingan terbaik bagi dirinya. Dengan kata lain partisipasi secara esensial menekankan akses pada pembuat kebijakan dan informasi (Afua Twum-Danso, 2003). Pada titik ini, hak anak untuk berpartisipasi dimaknai sebagai perolehan pengakuan yang melegitimasi dua hal, yaitu refleksi kemampuan anak untuk menyuarakan aspirasi atas kehidupannya mereka sendiri dan sekaligus merupakan komponen yang esensial untuk mempersiapkan anak-anal untuk bertanggung jawab dalam masyarakat yang demokratis (ECPAT International, 1999).

5.4. Tafsir Komite Hak Anak terhadap Hak Partisipasi

Terkait dengan hak anak untuk didengar, Komite memberikan catatan sebagai hasil analisis literal terhadap Pasal 12 ayat (1) sebagai berikut:17

1. Frasa ”harus menjamin” (shall assure)

Frasa harus menjamin merupakan istilah hukum yang menguatkan secara khusus peran negara dan negara tidak dapat memperpanjang waktu mengambil diskresi untuk menunda pelaksanaan hak ini. Dengan demikian, negara memiliki kewajiban segera untuk mengambil langkah yang layak untuk mengimplementasikan secara penuh hak ini kepada seluruh anak. Kewajiban ini terdiri dari dua elemen yakni mengupayakan suatu mekanisme yang memastikan pandangan anak terkait dengan semua permasalahan yang berdampak padanya dapat terakomodasi dan memberikan bobot yang seharusnya terhadap pandangan anak.

16