Bagian 4: Mengenal Anak
4.1. Kebutuhan untuk Mengatur Perlindungan Anak Melalui Undang-Undang Khusus
Bagian 4: Mengenal Anak
4.1. Kebutuhan untuk Mengatur Perlindungan Anak Melalui Undang-Undang
Khusus
Berdasarkan pandangan Theo Van Boven (1997) terdapat tiga ruang lingkup dan isi dari instrument yang bersifat khusus, yakni:
1. Penghapusan diskriminasi;
2. Perlindungan terhadap orang atau kelompok rentan;
3. Perjuangan melawan praktik-praktik jahat yang berskala luas.
Mengacu pada pandangan Theo Van Boven, maka diperlukan undang-undang yang secara khusus mengatur perlindungan hak anak termasuk ke dalam ruang lingkup perlindungan terhadap orang atau kelompok rentan. Hal ini dipertegas oleh Shimelis Tsegaye (2006) dengan mengutip pandangan B. Checkoway yang menyatakan bahwa anak-anak diasumsikan menjadi anggota masyarakat yang rentan karena terlalu sering menjadi korban oleh kekuatan-kekuatan di luar kendali mereka.
Dalam kaitan ini, maka Pengembangan hak khusus bagi perlindungan anak dibenarkan oleh kenyataan bahwa karena statusnya sebagai seorang anak, anak-anak sangat rentan terancam integritas dan martabatnya sehingga membutuhkan perlindungan khusus (Peter G. Kirchschläger Thomas Kirchschläger, tanpa tahun).
Pasal 28 H ayat (2) menyatakan bahwa:
“Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”
Sementara itu, Dubravka Bojic Bultrini (2014: 2) berpandangan, terlepas dari apakah hak-hak tertentu, misal hak atas pangan, pendidikan, kesehatan, permukiman, dan hak lainnnya, diakui atau tidak diakui dalam konstitusi, adanya peraturan perundang-undangan (legislasi) khusus akan memberikan kontribusi pada definisi yang lebih tepat dari hak-hak
tersebut, memandu kebijakan publik, dan menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk menegakkannya di tingkat administrasi, yudisial dan kuasi-yudisial. Sebuah legislasi khusus yang mengatur hak-hak tertentu dapat:
1. Secara jelas mengidentifikasi cakupan dan isi dari hak-hak tertentu yang diatur tersebut;
2. Menentukan tugas negara sehubungan dengan hak-hak tertentu yang diatur tersebut; 3. Membentuk mekanisme kelembagaan yang diperlukan;
4. Memberikan dasar hukum untuk membimbing dan melaksanakan kebijakan dan adopsi regulasi atau tindakan oleh pejabat yang berwenang;
5. Memperkuat peran pengadilan yang harus berperan dalam menegakkan hak-hak tertentu yang diatur tersebut;
6. Memberdayakan pemegang hak untuk mengharuskan pemerintah memenuhi kewajibannya;
7. Memberikan dasar hukum yang diperlukan untuk adopsi langkah-langkah untuk memperbaiki situasi ketidaksetaraan sosial yang sudah ada dalam memperoleh akses terhadap hak-hak tertentu tersebut;
8. Membentuk mekanisme keuangan yang diperlukan untuk pelaksanaan hukum.
Penjelasan UU no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menguraikan alasan mengapa dibutuhkan undang-undang khsusus yang mengatur perlindungan anak. Penjelasan undang-undang ini menyatakan bahwa:
“Meskipun Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Landasan filosofis dibutuhkanya undang-undang khusus yang mengatur hak anak juga dapat dilihat melalui konsideran menimbang undang-undang tersebut yang menyatakan :
1. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak- haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi; 2. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan
kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya;
3. berbagai undang-undang hanya mengatur hal-hal tertentu mengenai anak dan secara khusus belum mengatur keseluruhan aspek yang berkaitan dengan perlindungan anak.
UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, membuat daftar hak-hak anak yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga dan masyarakat, pemerintah dan negara. Pengaturan hak-hak anak dapat ditemukan dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 yang meliputi:
Daftar Hak Anak Pengaturan
Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar.
Pasal 4 Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan
Pasal 5 Hak beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai
tingkat kecerdasaan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Pasal 6 Hak untuk mengetahui orang tua, dibesarkan dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri.
Pasal 7 Hak pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik,
mental, spiritual dan sosial.
Pasal 8 Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Khusus bagi anak yang menyandang cacat berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Pasal 9
Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya.
Pasal 10 Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
Pasal 11
Hak anak yang menyandang cacat untuk memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Hak anak yang berada dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung awab atas pengasuhan mendapatkan perlindungan dan perlakuan diskriminasi, ekspolitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaraan, kekejaman, kekerasan, penganiyaan, ketidakadilan, perlakuan salah lainnya.
Pasal 13
Hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan
pertimbangan terakhir.
Pasal 14
Hak anak untuk memperoleh perlindungan dari : 1. penyalahgunaan dalam kegiatan politik; 2. pelibatan dalam sengketa bersenjata; 3. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
4. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; 5. pelibatan dalam peperangan.
Pasal 15
Hak anak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, termasuk hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Selain itu anak tindakan penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Pasal 16
Hak anak yang dirampas kebebasannya untuk :
1. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;
2. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya
3. hukum yang berlaku; dan
4. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
Selanjutnya, hak anak untuk dirahasiakan apabila menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum.
Pasal 17
Hak anak anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum danbantuan lainnya.
Pasal 18
Dalam konteks skema penyelenggaraan perlindungan anak, UU No. 23 Tahun 2002 membagi beberapa aspek perlindungan sebagai berikut:
Selanjutnya, undang-undang ini juga mengatur lebih lanjut mengenai aspek penyelenggaran perlindungan khusus bagi anak dengan kategori tertentu. Pengkategorian anak yang membutuhkan perlindungan khusus dapat dilihat melalui ilustrasi diagram di bawah ini: Aspek Penyelenggaran Perlindungan Perlindungan aspek keagamaan atau keyakinan Perlindungan aspek kesehatan Perlindungan aspek pendidikan Perlindungan aspek sosial Perlindungan khusus
4.2. Pengertian Anak
Pengertian anak tercantum pada Pasal 1 Konvensi Hak Anak (KHA) yang menyebutkan bahwa:
Kategorisasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan
khusus
Anak dalam situasi darurat
Anak yang berhadapan dengan Hukum
Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi
Anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
Anak yang diperdagangkan
Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan
Anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental
Anak yang menyandang cacat
Anak korban perlakuan salah dan penelantaran