Anak Inklusif bagi
Bagian 5: Partisipasi Anak sebagai Hak Asasi Manusia 5.1. Konsep dan Prinsip Partisipasi Anak
5.6. Internet sebagai Media Partisipasi Anak: Peluang dan Tantangan
Setiap tahun, lebih dari 6.000 anak-anak menghadiri majelis-majelis pemukiman. Melalui pertemuan dalam majelis permukiman anak-anak dipersiapkan untuk mengambil peran kewarganegaraan secara aktif. Konsultasi anak menjadi media partisipasi anak untuk menyalurkan aspirasinya. Proses konsultasi berpusat pada tema "Pemerintahan yang
partisipatif dan kewarganegaraan anak-anak". Proses konsultasi tersebut mendapatkan
dukungan dari Dewan kota Barra Mansa melalui pengembangan kegiatan yang membuka akses partisipasi publik, termasuk inovasi anak-anak dalam memecahkan permasalahan kota.
Partisipasi anak dalam penganggaran di Kota Barra Manza melalui forum konsultasi anak telah memberikan kontribusi tidak hanya meningkatkan transparansi dan melegitimasi proyek tetapi juga untuk memajukan perdebatan tentang peran anak sebagai warga kota dan hak anak. Selain itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan, Dewan Kota Barra Manza telah memperluas proses partisipatif dalam penetapan penggunaan anggaran dan mendefinisikan ulang tema lokal pemerintahan melalui partisipasi anak.
5.6.
Internet sebagai Media Partisipasi Anak: Peluang dan Tantangan
Temuan UNICEF Innocenti Research Centre (2011) menyatakan bahwa internet, ponsel dan media elektronik lainnya memberikan anak-anak dan kelompok muda memudahkan tingkat akses informasi, budaya, komunikasi dan hiburan yang mustahil untuk membayangkan hanya dua puluh tahun yang lalu. Akses Internet memperluas semua anak dan kelompok muda tanpa diskriminasi dan pengecualian di semua bagian dunia, bersama dengan upaya mempromosikan kewarganegaraan digital (digital citizenship).
Bukti-bukti menunjukkan bahwa, apa pun konteks budaya dan geografis mereka, banyak anak sekarang menggunakan (TIK) sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Dalam konteks ini, Christopher De Bono menegaskan kembali bahwa ketika lingkungan sosial anakanak tidak hanya lagi fisik, namun juga lingkungan digital, maka akan berdampak pada hampir setiap aspek dari kehidupan anak-anak (Sonia Livingstone dan Monica E. Bulger, 2013).
Penggunaan dan pemanfaatan internet saat ini dapat merujuk pada Prinsip dan Hak atas Internet (Internet Rights and Principles) yang terdiri dari sepuluh prinsip. Piagam ini merupakan dokumen hidup. Dalam lingkungan yang cepat berubah, maka dengan meningkatnya kesadaran dalam memanfaatkan internet setiap manusia juga punya hak. Piagam ini telah memberikan kontribusi dalam prinsip-prinsip tata kelola internet (UN Internet Governance Forum, 2013). Kesepuluh prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
Prinsip Pemaknaan
Universalitas Semua manusia dilahirkan bebas dan dalam hak serta martabat yang samayang harus dihormati, dilindungi, dan dipenuhi dalam lingkungan online.
Aksesibilitas Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mengakses dan menggunakan internet yang aman dan terbuka.
Netralitas Setiap orang harus memiliki akses yang sama untuk konten internet, bebas dari penetapan prioritas, diskriminasi, sensor, penyaringan atau kontrol lalu lintas informasi.
Hak Internet adalah ruang untuk pemajuab, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia. Setiap orang juga memiliki kewajiban untuk menghormati hak-hak semua orang lain dalam lingkungan online.
Ekspresi Setiap orang berhak untuk menahan dan mengekspresikan pendapat, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi di Internet tanpa gangguan secara sewenang-wenang atau pengawasan (surveillance). Setiap orang berhak untuk berkomunikasi secara anonim ketika online.
Hidup, Kebebasan dan Keamanan
Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi dalam lingkungan online. Hak-hak ini tidak boleh dilanggar, atau digunakan untuk melanggar hak-hak lain, dalam lingkungan online.
Privasi Setiap orang berhak untuk privasi secara online dan bebas dari pengawasan, termasuk hak untuk mengontrol bagaimana data pribadi mereka dikumpulkan, digunakan, diungkapkan, disimpan dan dibuang.
Keragaman Budaya dan keberagaman bahasa di Internet harus dimajukan dan inovasi teknis dan kebijakan harus didorong untuk memfasilitasi keragaman ekspresi.
Standar dan Peraturan Arsitektur Internet harus didasarkan pada standar yang bersifat terbuka yang memfasilitasi interoperabilitas dan bersifat inklusif. Tata Kelola Hak harus membentuk dasar-dasar hukum yang melandasi
pengaturan operasi Internet. Pengaturan harus dilaksanakan secara transparan dan multilateral, berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi secara inklusif dan akuntabilitas yang ditentukan melalui undang-undang.
Sumber: UN Internet Governance Forum, 2013
Media digital telah menjadi karakteristik yang kian melekat pada kehidupan sehari-hari anakanak di seluruh dunia. Media digital memiliki potensi untuk membuka kemungkinan baru untuk meningkatkan kesadaran anak-anak akan hak-hak mereka. Media digital juga mempromosikan pandangan dan wawasan anak-anak tentang bagaimana untuk meningkatkan pengalaman hidup dari hak-hak mereka. Selanjutnya, di bawah situasi yang tepat, media digital dapat dimobilisasi untuk mendukung anak-anak untuk meningkatkan cara mereka memberlakukan hak-hak mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka (Amanda Third, et. al., 2014).
Dalam kaitan ini, Gerster dan Zimmermann menyatakan bahwa pada prinsipnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat memfasilitasi akses yang lebih adil terhadap informasi yang dapat memiliki dampak positif, misalnya pada aspek pendidikan. Akses terhadap TIK mencakup beberapa dimensi, seperti ketersediaan, keterjangkauan dan keterampilan (availability, affordability and skills) yang diperlukan dalam penggunaan
teknologi. Di samping itu, menurut Kleine dalam mengakses internet dibutuhkan juga norma-norma sosial yang menentukan siapa yang memiliki waktu untuk menggunakannya dan mengakses ruang terbuka bagi kelompok social tertentu. Secara khusus, kebutuhan untuk menciptakan ruang, baik online (daring) dan offline (luring), sehingga tercipta ruang yan aman bagi kelompok rentan, seperti perempuan dan anak-anak, khususnya anak perempuan (Dorothea Kleine, David Hollow dan Sammia Poveda, 2014). Hak-hak anak yang mendasar yang terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan TIK, meliputi:
Sumber: Save the Children, 2013
Negara memiliki kewajiban untuk mengambil tindakan pencegahan dan perlindungan terhadap anak-anak dari potensi eksploitasi karena mereka mengakses media internet. Prinsip-prinsip umum pencegahan dan perlindungan anak dari eksploitasi melalui TIK semestinya mengacu pada standar hukum internasional, khususnya mengacu upaya memerangi cyber crime dan pelanggaran hak-hak anak. Save the Children (2013) mengidentifikasi prinsip-prinsip tersebut, meliputi:
1. Kewajiban negara untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan yang sesuai;
2. Ekstrateritorialitas atau lintas batas penuntutan dan penghukuman bagi pelaku;
3. Definisi yang memadai dan tindakan kriminal yang spesifik melalui ICT yang merugikan anak-anak seperti pornografi anak, aktivitas-aktivitas melalui media online untuk tujuan eksploitasi seksual (grooming), membujuk (luring), dan memikat (inducement) anak-anak untuk kegiatan berbahaya;
4. Kepentingan terbaik bagi anak;
Hak Anak terkait TIK Pendidikan Kebebasan Berekspresi dan Partisipasi Terkait dengan Keputusan yang Berdampak terhadap Anak
Hak atas Waktu Luang dan
Bermain
Hak Mencari dan Memberikan Informasi Hak atas Perlindungan dari Kekerasan, Penyalahgunaan dan Semua Bentuk Eksploitasi Seksual Hak atas Informasi tentang Risiko Pemanfaatan TIK dan Sarana Perlindungan Hak atas Kerahasiaan di Pengadilan dan Proses Administrasi
5. Transparansi informasi tentang risiko penggunaan TIK dan sarana perlindungan anak-anak dari eksploitasi.
KHA, khususnya Pasal 13, 17, 28 dan 31 menunjukkan bahwa akses anak terhadap TIK memiliki peran kunci dalam proses formatif, pendidikan, dan sosialisasi dalam kehidupan anak-anak di seluruh dunia, dengan potensi keuntungan yang mencakup dari peningkatan kesempatan pendidikan untuk rekreasi dan membangun masyarakat serta untuk menikmati hak asasi manusia. Dalam konteks ini, maka negara berdasarkan amanah dari Pasal 34 perlu mengambil tindakan dalam rangka melindungi anak-anak dari semua bentuk eksploitasi seksual dan pelecehan seksual. Ketentuan lain dalam KHA terutama dalam Pasal 19, 32, 35 dan 36 mempertegas kewajiban negara untuk mengambil semua tindakan legislatif, administratif, sosial dan pendidikan yang tepat untuk melindungi anak-anak dari sejumlah risiko mulai dari eksploitasi ekonomi dan kekerasan seksual dan perdagangan anak, akibat penggunaan TIK yang tidak aman. Selanjutnya Protokol Opsional tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak (Optional Protocol on the Sale of Children, Child
Prostitution and Child Pornography) pada 2000 melarang penjualan anak, pelacuran anak,
dan pornografi anak. Protokol ini dirancang sebagai lampiran untuk Konvensi PBB tentang Hak Anak, memperluas konsep perlindungan anak terhadap semua bentuk eksploitasi dengan perkembangan saat ini di sektor ICT, yang memungkinkan akses yang lebih mudah ke pornografi melalui internet (Save the Children, 2013).
Dalam kontes pemanfaatan TIK
oleh anak-anak, maka menurut Save the Children (2013) prinsip kepentingan terbaik bagi anak dapat menjadi acuan berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
1. Akses terhadap TIK;
2. Perlindungan terhadap konten dan koneksi yang tidak pantas; 3. Perlindungan terhadap kerahasiaan data pribadi;
Partisipasi anak dan Eksploitasi Secara meningkatkan Seksual dan Tindakan
pemahaman Kriminal (cyber
4. Dalam kasus kesaksian di pengadilan dan proses administrasi tentang pengalaman trauma yang berhubungan dengan eksploitasi melalui TIK, maka anak-anak harus mendapatkan bantuan psikologis dan mekanisme yang sensitif terhadap anak agar proses tersebut tidak mengulangi trauma;
5. Paparan informasi yang lengkap mengenai risiko perilaku ilegal dan berbahaya dalam penggunaan TIK dan saran bagaimana untuk melindungi anak dengan melibatkan orang tua / wali / guru dan orang dewasa lainnya yang bertanggung jawab terhadap perlindungan anak.