3.6. Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan Anak
3.6.2. Lembaga-Lembaga yang Menangani Perlindungan Hak Anak
Keterkaitan timbal balik antara pemegang hak dan pengemban kewajiban dalam kerangka pendekatan berbasis hak dapat digambar melalui diagram berikut.
Sumber: http://www.unfpa.org/rights/approaches.html
3.6.2. Lembaga-Lembaga yang Menangani Perlindungan Hak Anak
Pasal 4 KHA merupakan ketentuan utama untuk mengimplementasikan kewajiban negara tersebut karena pasal ini mewajibkan negara mengambil langkah-langkah yang menjadi kewenangan atributifnya. Kewenangan atribusi negara ini dalam kerangka trias politica diemban oleh 3 (tiga) lembaga negara, yakni :
1. Legislatif 2. Eksekutif 3. Yudikatif
Seluruh lembaga negara, harus menjalankan kewenangannya yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang telah diatur UUD dalam rangka penghormatan, pemajuan, dan perlindungan hak asasi manusia. Dalam konteks Indonesia, menurut Jimly Asshidiqie (2009:82) pelaksanaan ketiga cabang kekuasaan negara tersebut dilakukan oleh:
1. MPR, DPR, DPD, dan presiden dalam urusan penyusunan haluan-haluan dan perumusan kebijakan–kebijakan resmi negara;
Memenuhi tanggung jawab terhadap Hak Mengajukan tuntutan (klaim) dari Pengemban Kewajiban Akuntabilitas Pemegang Hak Partisipasi
2. Presiden dan lembaga-eksekutif pemerintahan lainnya dalam melaksanakan haluanhaluan serta perumusan kebijakan– kebijakan resmi negara;
3. Institusi peradilan dalam urusan mengadili pelanggaran terhadap haluan-haluan dan perumusan kebijakan–kebijakan resmi negara
Dalam perspektif hukum hak asasi manusia, kewajiban yang diemban oleh masing-masing lembaga negara tersebut, sudah semestinya merefleksikan 3 (tiga) kewajiban utama negara dalam rangka menjamin penikmatan hak asasi warga negara, yang meliputi kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi.Kewajiban setiap lembaga dapat dideskripsikan dalam skema berikut :
Menghormati Melindungi Memenuhi
Legislatif Tidak melegislasi UU yang bertentangan dengan norma-norma hak -hak manusia
Legislasi
Membuat UU yang mempidanakan pelanggaran hak -hak manusia Perencanaan dan pelaksanaan Mengambil langkahlangkah legislatif, administratif, kebijakan, anggaran, hukum dan semua tindakan yang memadai guna
perwujudan sepenuhnya hak-hak -hak manusia.
Eksekutif Tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh norma-norma hak hak manusia Penegakan Hukum Melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku kejahatan
Sumber: Harry Wibowo (2005)
Yudikatif Kebebasan Keadilan
Memutuskan perkara secara ‘adil’
(mempertimbangkan norma-norma dan standar internasional hak -hak manusia)
Kesejahteraan
Seluruh kewajiban tersebut pada prinsipnya merupakan ekspresi kewenangan atribusi negara yang terwujud dalam kebijakan publik (public policy). Kebijakan publik pada dasarnya berdimensi sangat luas, tidak hanya dalam bentuk peraturan tertulis atau surat keputusan para pejabat publik dari pusat hingga daerah, tetapi mencakup semua tindakan para pejabat publik tersebut serta berbagai program yang mereka jalankan (Roem Topatimasang, et.al, 2005:17).
Berdasarkan ketentuan Pasal 28I Ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan:
“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara, terutama pemerintah”.
Dengan demikian dalam konteks penegakan hak anak, maka tanggung jawab utama penegakannya juga dilekatkan pada pemerintah. Meskipun UUD 1945 menganut pemisahan kekuasaan dan mekanisme checks and balances, namun demikian Presiden tetap menjadi
sentral kekuasaan. Presiden tidak hanya menentukan penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik,namun juga juga memiliki fungsi pengaturan, dan penentuan kebijakan dan orientasi pemerintahan. Oleh karena itu tanggungjawab penegakan hak asasi manusia melekat padajabatan Presiden sebagai konsekuensi kekuasaan yang dimiliki (Muchamad Ali Safa’at, tanpa tahun).
Presiden sebagai pemimpin kekuasaan ekselutif dibantu oleh seorang wakil presiden (Pasal 4 ayat (2) UUD 1945) dan menteri-menteri Negara (Pasal 17 UUD 1945) dalam melaksanakan tugasnya, termasuk dalam penegakan hak anak. Dalam kaitan ini, terdapat beberapa kementerian/lembaga yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang memiliki keterkaitan dengan perlindungan hak anak. Beberapa kementerian/lembaga tersebut dapat diuraikan di bawah ini:
1. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah kementerian yang membidangi isu‐isu terkait upaya‐upaya untuk mewujudkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.
Adapun yang menjadi ruang lingkup tugas dan tanggungjawab Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu:
a. Pemberdayaan Perempuan;
b. Perlindungan Perempuan dan Anak; c. Pemenuhan Hak Anak.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang kesetaraan gender, perlindungan hak perempuan, perlindungan anak, tumbuh kembang anak, dan partisipasi masyarakat;
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kesetaraan gender, perlindungan hak perempuan, perlindungan anak, tumbuh kembang anak, dan partisipasi masyarakat;
d. Koordinasi pelaksanaan penanganan perlindungan perempuan dan anak berbasis gender.
2. Kementerian Sosial
Kementerian Sosial Republik Indonesia adalah pelayanan pemerintah di Indonesia mengawasi urusan sosial dengan tugas pokok dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang sosial.
Visi Kementerian sosial adalah terwujudnya kesejahteraan sosial masyarakat. Secara konstitusional, visi ini merupakan jawaban terhadap amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 di mana Fakir Miskin dan Anak Telantar dipelihara oleh Negara. Undang Undang Dasar 1945 tidak memberikan penjelasan bagaimana cara mensejahterakan fakir miskin dan anak telantar,hanya mewajibkan kepada Negara untuk memberikan proteksi terhadap fakir miskin dan anak telantar, di mana kedua kelompok sasaran ini termasuk kedalam PMKS. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial menjawab pertanyaan tentang bagaimana meningkatkan kesejahteraan sosial PMKS termasuk di dalamnya fakir miskin dan anak telantar.
Adapun yang menjadi program kerja dari Kementerian Sosial antara lain mencakup program-program berikut ini:
a. Program Rehabilitasi Sosial
b. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial c. Program Pemberdayaan Sosial
3. Kementerian Ketenagakerjaan
Kementerian Ketenagakerjaan adalah kementerian Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan ketenagakerjaan. Pembangunan ketenagakerjaan dalam kerangka agenda dan sasaran pembangunan nasional masuk dalam agenda prioritas pembangunan kesatu (nawa cita) yaitu menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara melalui perlindungan hak dan keselamatan pekerja migran dan agenda prioritas pembangunan keenam (nawa cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional yang dilakukan melalui peningkatan daya saing tenaga kerja.
Salah satu permasalahan ketenagakerjaan yang masuk dalam ruang lingkup tugas kementerian ini berkaitan dengan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan, termasuk upaya penghapusan pekerja anak dan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak.
Di samping kementerian, perlindungan anak juga dilaksanakan oleh lembaga-lembaga penunjang (state auxiliary bodies), yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Pembentukan KPAI didasari pada ketentyan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pembentukan KPAI melalui Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Menurut Pasal 76 UU Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI yang berbunyi sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak;
2. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak.
Berdasarkan pasal tersebut di atas, mandat KPAI adalah mengawal dan mengawasi pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan oleh para pemangku kewajiban perlindungan anak yang dilakukan oleh Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua di semua level, baik pusat maupun daerah, dalam ranah domestik maupun publik, yang meliputi pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan khusus.