Berdasarkan pengertian tersebut menurut Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (Office of the High Commissioner for Human Rights /OHCHR), maka pengertian dari hak asasi manusia meliputi elemen-elemen berikut ini:
3.4.2. Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia
Pengertian dari prinsip-prinsip dalam kerangka hukum internasional, dapat merujuk pada Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab merupakan salah satu sumbersumber yang harus diterapkan dalam rangka untuk memutuskan sengketa yang diajukan Mahkamah Internasional. Prinsip-prinsip umum hukum berfungsi untuk mengaktifkan aturan hukum untuk mengisi kekosongan atau kelemahan dalam hukum. Prinsip-prinsip umum hukum diakui sebagai sumber formal hukum internasional, yang berkaitan dengan interpretasi perjanjian oleh pengadilan atau badan peradilan lainnya (Hans M. Haugen, 2011: 423).
HAM
Jamian Hukum yang Universal Milik Semua Manusia Perlindungan terhadap Individu maupun Kelompok Berbentuk Tindakan atau Pembiaran Berakibat secara Mendasar terhadap Martabat ManusiaHak asasi manusia bersifat universal dan tidak dapat dicabut; tidak terpisahkan; saling tergantung dan saling terkait satu dengan yang lainnya (universal and inalienable; indivisible;
interdependent and interrelated). Hak asasi bersifat universal karena semua orang lahir
dengan dan memiliki hak yang sama, terlepas dari mana mereka tinggal, jenis kelamin, ras, atau agama, atau latar belakang budaya atau etnis mereka. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut karena hak-hak setiap warga negara tidak pernah dapat diambil secara semena-mena. Hak asasi manusia tidak terpisahkan dan saling tergantung karena semua hak, baik politik, sipil, sosial, budaya dan ekonomi, sama pentingnya dan tidak dapat sepenuhnya dinikmati tanpa hak yang lain. Selain itu, hak asasi manusia juga berlaku untuk semua secara sama dan semua memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Selanjutnya, hak asasi manusia perlu ditegakkan oleh aturan hukum dan diperkuat melalui klaim (tuntutan) yang ditujukan kepada negara, utamanya pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin penikmatan setiap hak asasi manusia sesuai dengan standar internasional (UNFPA, 2005).
Dalam implementasi hak asasi manusia setiap negara perlu merujuk pada prinsip-prinsip dasar yang selalu menjadi bagian dari standar hak asasi manusia. Prinsip-prinsip hak asasi manusia ini meliputi:13
1. Universalitas
Hak asasi manusia harus diberikan kepada semua orang, tanpa kecuali. Argumentasi yang mendasari prinsip universalitas hak asasi manusia karena setiap orang berhak menikmati hak asasinya semata-mata hanya ia karena masnusia. Penikmatan hak tersebut yang menjadikannya setiap manusia menjadi manusia;
2. Tidak terpisahkan
Hak asasi manusia tidak terpisahkan dan saling tergantung, yang berarti bahwa untuk menjamin hak-hak sipil dan politik, pemerintah juga harus memastikan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dan sebaliknya (visa versa). Sebagai contoh, prinsip tidak terpisahkan ini mengakui bahwa jika pemerintah melanggar hak-hak seperti kesehatan, itu tentu mempengaruhi kemampuan orang untuk menggunakan hak lain seperti hak untuk hidup;
3. Partisipasi
Setiap orang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan mengenai perlindungan hak-hak mereka. Hak ini termasuk namun tidak terbatas untuk memberikan masukan terhadap pengambilan keputusan oleh pemerintah yang berkaitan dengan penikmatan atas hak-hak mereka. Oleh karena itu, untuk memastikan hak asasi manusia terjamin, maka pemerintah harus melibatkan dan mendukung partisipasi setiap warga negara;
4. Akuntabilitas
Pemerintah harus membuat mekanisme akuntabilitas terkait dengan upaya penegakan hak asasi manusia. Tidaklah cukup bahwa hak diakui dalam hukum domestik atau dalam retorika kebijakan, melainkan harus benar-benar ada langkahlangkah yang efektif yang diberlakukan sehingga pemerintah dapat bertanggung jawab, apabila standar hak mereka tidak terpenuhi;
5. Transparansi
Transparansi berarti bahwa pemerintah harus terbuka tentang semua proses informasi dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penjamian hak-hak warga negara. Setiap warga negara harus dapat mengetahui dan memahami bagaimana keputusan yang mempengaruhi hak-hak mereka dibuat dan bagaimana lembaga-lembaga publik dikelola dan dijalankan. seperti rumah sakit dan sekolah telah berperan melindungi hak-hak;
6. Non-Diskriminasi
Hak asasi manusia harus dijamin tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan apapun. Prinsip ini tidak hanya diskriminasi atas dasar tujuan, tetapi juga perlindungan dari kebijakan dan praktik yang mungkin memiliki efek diskriminatif.
Sementara itu, UNFPA (2005) juga mengidentifikasi prinsip-prinsip hak asasi manusia yang serupa, hanya menambahkan beberapa aspek seperti:
1. Kesetaraan (equality)
Prinsip ini menegaskan bahwa pada prinsipnya semua individu adalah sama sebagai manusia dan berdasarkan martabat yang melekat pada setiap pribadi manusia; 2. Inklusi (Inclusion)
Pendekatan berbasis hak memerlukan tingkat partisipasi yang tinggi oleh seluruh elemen masyarakat secara inklusif, meliputi masyarakat sipil, kaum minoritas, perempuan, pemuda, anak-anak masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya;
3. Berdasarkan atas aturan hukum (rule of law)
Kegagalan pemerintah untuk menjamin penikmatan hak asasi manusia, maka setiap individu yang dirugikan berhak mendapatkan ganti rugi yang sesuai melalui proses pengadilan yang kompeten atau sesuai dengan aturan dan prosedur yang diberikan oleh hukum.
Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip-prinsip hak asasi manusia paling tidak mencakup elemen-elemen seperti tergambarkan dalam diagram di bawah ini:
3.4.3. Pengelompokan (Pengkategorian) Hak Asasi Manusia
Terdapat tiga kategori norma hak asasi manusia yaitu: (1) hak-hak sipil dan politik; (2) hakhak sosial-ekonomi; dan (3) hak kolektif-pembangunan. Dua kategori yang pertama merupakan potensi klaim dari orang individu terhadap negara. Norma-norma merupakan hasil diidentifikasi dari perjanjian internasional. Kategori yang terakhir mewakili potensi klaim
dari masyarakat dan kelompok terhadap negara. Hak-hak kategori ketiga masih diperdebatkan dan belum memiliki pengakuanm baik secara hukum maupun politik. Selanjutnya, Sumner B. Twiss mempertegas kategori hak asasi manusia dengan membagi tipologi hak asasi manusia menjadi:14
1. Hak-hak sipil-politik merupakan norma-norma yang berkaitan dengan keamanan fisik dan kebebasan sipil (civil liberties), misalnya tidak ada penyiksaan, perbudakan, perlakuan tidak manusiawi, penangkapan sewenang-wenang; persamaan di depan