Anak-anak sebagai bagian dari umat manusia harus dijamin untuk dapat menikmati hak asasinya khususnya hak yang terkait dengan statusnya sebagai anak agar dapat tumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan. Dengan kata lain, hak anak adalah hak asasi manusia karena hak asasi manusia bersifat universal dimiliki oleh setiap manusia termasuk anak-anak. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan perawatan dan perlindungan sampai batas usia tertentu. Perlindungan ini sangat dibutuhkan karena anak-anak pada dasarnya pada seluruh komunitas kehilangan kuasa manakala menjalin relasi dengan orang dewasa. Pada titik ini anak-anak sangat rentan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Pada titik ini anak-anak membutuhkan suatu hak yang spesifik dan perlindungan yang spesifik dalam suatu rezim hak asasi manusia yang bersifat spesifik pula. Meskipun kelompok anak juga mendapatkan
jaminan perlindungan melalui perjanjian internasional umum yang memberikan perlindungan terhadap setiap manusia, namun masyarakat internasional memandang perlu mengelaborasi melalui suatu konvensi yang mengakomodasi kebutuhan anak yang bersifat spesifik (Office
of The High Commissioner for Human Rights, tanpa tahun).
Pembukaan KHA yang menyatakan bahwa:
Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak, telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum pada 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hakhak Sipil dan Politik (terutama dalam Pasal 23 dan Pasal 24), dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (terutama Pasal 10).
Berdasarkan pendapat J. Eekelar (tanpa tahun) mengapa anak-anak membutuhkan hak asasi manusia dengan kualifikasi khusus sesuai dengan karakteristik anak karena alasan sebagai berikut:
Sumber: J. Eekelar (tanpa tahun)
Argumentasi Anak Membutuhkan Perlindungan Khusus
Anak merupakan kelompok rentan dan membutuhkan perlindungan khusus;
Anak merupakan kelompok masyarakat yang berbeda kebutuhannyadan hak-hak
dengan orang dewasa;
Anak memiliki hak yang spesifik sebagai bagian dari HAM
Dalam perspektif hak anak, Johanna Eriksson (2001) mengemukakan alasan-alasan yang menjadi dasar pembenar mengapa anak membutuhkan pengaturan dan perhatian khusus dalam rangka melindungi, memajukan, dan memenuhi hak-hak yang melekat padanya:
1. Anak-anak memiliki status yang setara dengan orang dewasa (equal status with
adults) sebagai anggota ras manusia, mereka bukan milik orang tua;
2. Kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan partisipasi aktif anak merupakan proses yang penting (crucial) bagi setiap masyarakat dan membuat hal tersebut menjadi masuk akal untuk berinvestasi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak;
3. Anak-anak pada awalnya benar-benar sangat tergantung, mereka dapat tumbuh menuju kemandiriannya hanya dengan bantuan orang dewasa;
4. Masa kanak-kanak adalah masa paling formatif dalam kehidupannya. Keadaan perkembangan anak-anak membuat mereka rentan khususnya terhadap kondisikondisi yang mungkin mempengaruhi hidup mereka, misal konflik bersenjata, kekerasan, kekurangan pangan, polusi lingkungan, dll;
5. Masa remaja adalah periode yang kritis dalam kehidupan anak, perilaku negatif atau positif akan ditiru selama periode ini yang akan berdampak pada kehidupan masa dewasanya kelak;
6. Anak-anak berperan tidak pada bagian proses politik formal sehingga sulit bagi mereka untuk menggunakan sistem hukum. Oleh karena itu diperlukan pengaturan khusus untuk menjamin bahwa hak anak-anak dan kepentingan anak-anak seharusnya diwakili secara tepat dalam semua pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka.
Pengesahan Konvensi Hak Anak (KHA) pada 20 November 1989, menjadi titik kulminasi dari proses yang panjang bagi hak asasi anak untuk mendapatkan pengakuan jaminan internasional yang komprehensif. Secara khusus, KHA menjadi tanda yang jelas bagi arah pergerakan pengakuan bahwa anak sebagai pemilik hak yang aktif (active holder of rights) dan bukan hanya sekedar sebagai obyek hak yang bersifat pasif (not merely a passive object
of the rights). KHA berisikan campuran hak-hak yang bersifat umum, seperti hak atas
perkembangan hidup, serta hak hak yang ditujukan untuk kesejahteraan, tetapi KHA juga menjamin baik hak sipil dan hak politik dan hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya. Seperangkat ketentuan hak yang luas menjadi substansi KHA yang merefleksikan sebuah spektrum perspektif global yang luas mengenai hak anak (Jean Tomkin, 2009).
KHA sebagai instrumen Hukum Hak Asasi Manusia Internasional dirancangkan sebagai instrumen spesifik untuk menjamin hak-hak anak yang bersifat spesifik dapat dinikmati oleh anak-anak. Kekhususan KHA dapat dilihat dari prinsip-prinisp terkandung di dalamnya sebagaimana dapat dilihat dalam Pembukaan KHA.
KHA tidak dibangun berdasarkan kategorisasi hak dan hierarki hak. Dalam hal ini Komite Hak Anak menegaskan bahwa semua hak anak terkait dan setiap hak setara pentingnya dan mendasar bagi martabat anak. Oleh karenanya untuk mengimplementasikan setiap hak anak maka harus menghormati seluruh hak anak yang lain. Lebih jauh, KHA memperkenalkan suatu pendekatan baru yang holistik dengan tidak mendikotomikan hak sipil dan hak politik di satu sisi dengan hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya pada sisi yang lain. KHA ditujukan bagi semua anak dan semua hak anak (Marta Santos Pais, 1999).
Pasal 5 KHA kembali menegaskan argumentasi perlakuan khusus kepada anak karena anak memiliki hak atas kapasitasnya untuk berkembang. Pasal ini menyatakan bahwa:
Negara harus menghormati tanggung jawab, hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang tua, atau apabila dapat diberlakukan, para anggota keluarga yang diperluas atau masyarakat seperti yang diurus oleh kebiasaan lokal, wali hukum, atau orang-orang lain yang secara sah bertanggung jawab atas anak itu, untuk memberikan dalam suatu cara yang sesuai dengan kemampuan anak yang berkembang, pengarahan dan bimbingan yang tepat dalam pelaksanaan oleh anak mengenai hak-hak yang diakui dalam Konvensi ini.
Frasa yang paling penting dalam formulasi tersebut adalah ”dalam suatu cara yang sesuai dengan kemampuan anak yang berkembang” (in a manner consistent with the evolving
capacities of the child).
Menurut Gerison Lansdown, KHA merupakan instrumen Hukum HAM Internasional yang pertama kali. Memperkenalkan konsep perkembangan kemampuan anak. Pasal 5 menentukan bahwa arahan dan bimbingan orang tua atau pihak lain yang bertanggung
Pembukaan KHA sebagai dasar filosofis
hak-hak anak
Anak berhak atas pengasuhannya dan
bantuan khusus
Anak harus diberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul tanggung jawabnya di dalam masyarakat Anak untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi, harus
tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian
Anak karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik
sebelum dan juga sesudah kelahiran
jawab terhadap anak harus memperhitungkan kemampuan anak untuk melaksanakan hak-haknya. Prinsip ini memiliki implikasi yang mendalam terhadap hak anak karena mendeskripsikan prinsip baru dalam hukum internasional yakni pengakuan bahwa anak harus ditingkatkan kemampuannya sampai memiliki kapasitas dan bertanggung jawab atas keputusan yang berdampak pada kehidupannya. Lebih jauh konsep ini menjadi titik pusat keseimbangan dalam mewujudkan antara pengakuan anak sebagai agen yang aktif dalam kehidupannya, yang dilekati hak untuk didengar, dihargai dan dijamin perkembangan untuk menentukan kehidupannya sendiri (otonomi), di samping itu juga anak dilekati hak mendapatkan perlindungan sesuai dengan tingkat kematangan (Gerison Lansdown, 2005).
Kapasitas anak yang terus berkembang dapat dipahami dengan tiga konsep kerangka kerja sebagai berikut :
Konsep perkembangan Konsep partisipasi atau
emansipasi Konsep perlindungan Kapasitas anak yang terus berkembang Konsep perkembangan Konsep perlindungan Konsep partisipasi atau emansipasi
Pengakuan bahwa anak tengah berkembang, kemampuan dan otonominya sebagai individu tengah tumbuh sehingga membutuhkan realisasi penuh atas hak-hak yang dijamin dalam KHA. Pada titik ini mengimplikasi kewajiban Negara untuk memenuhi hak anak atas tumbuh kembang.
Konsep ini merupakan penanda hak anak dihargai sesuai dengan kapasitasnya dan pengalihan tanggung jawab dari orang dewasa ke anak sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Pada titik ini mengimplikasi kewajiban Negara untuk menghargai hak anak atas partisipasi.
Pada masa kanak-kanak, kapasitas anak masing terus berkembang. Anak-anak memiliki hak mendapatkan perlindungan sebagai bagian dari kedua orang tuanya dan Negara dari aktivitas yang dapat membahayakan kehidupannya. Pada titik ini Negara memilik kewajiban untuk memberikan
perlindungan terhadapan anak dari kondisi yang
membahayakan kehidupannya. Sumber: Gerison Lansdown, 2005
KHA menekankan bahwa anak adalah subyek dari hak, hal itu tidak memberi mereka status yang sama seperti orang dewasa. Terdapat beberapa hal yang membedakan antara hak-hak yang melekat pada anak dan hak-hak yang melekat pada orang dewasa sebagai berikut:15
1. Tedapat hak yang berlaku untuk anak-anak dan orang dewasa. Banyak hak asasi yang diakui dalam hukum internasional, yang juga ditur dalam KHA, sehingga secara eksplisit hak-hak yang dijamin dalam instrumen yang lain juga berlaku untuk anak-anak seperti hak untuk hidup, kebebasan berekspresi, pendidikan, administrasi peradilan, dan non-diskriminasi;
2. Beberapa hak asasi tidak termasuk ruang lingkup hak-hak anak, misalnya anak tidak memiliki hak untuk memilih dan dipilih, memiliki otonomi untuk membuat keputusan secara independen dari mereka yang memiliki tanggung jawab untuk mereka, hak untuk menikah.
Konvensi dengan jelas menyatakan bahwa orang tua memiliki hak dan tanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan untuk anak-anak. Meskipun arah dan bimbingan orangtua harus sesuai dengan kapasitas anak yang tengah berkembang. Konvensi juga tidak memberi anak hak untuk menentukan nasib sendiri karena hak ini disediakan untuk orang dewasa;
3. Terdapat hak tambahan yang berhubungan dengan kebutuhan mereka akan perlindungan khusus karena masa kanak-kanak dan kerentanan mereka. Hak ini termasuk hak untuk bermain, kepentingan terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama, perlindungan dari pelecehan dan eksploitasi dan perawatan alternatif melalui adopsi ketika suatu keluarga tidak dapat menyediakan itu.
Secara substantif KHA mencakup seluruh kategorisasi HAM yang secara tradisional diklasifikasikan dalam rumpun hak sipil dan hak politik di satu sisi, dan hak ekonomi, hak sosial dan hak budaya di sisi lain.. Seluruh hak yang dijamin dalam KHA tidak dapat dibagi dan saling terkait, seluruh hak sama penting dan mendasar untuk perkembangan kehidupan anak yang bermartabat (Marta Santos Pais, 1999).
Terdapat klasifikasi umum dari keseluruhan hak-hak yang terkandung dalam KHA dikenal sebagai 3 (tiga) ‘P’, yakni:
Penyediaan
(Provision)
•Hak anak harus
diberikan melalui
layanan sosial dan
layanan dasar
lainnya, dari
perawatan kesehatan dan pendidikan, serta
manfaat jaminan
sosial untuk mencapai standar hidup yang memadai.
Perlindungan Partisipasi
(Protection) (Participation)
•Hak anak untuk dilindungi •Hak anak untuk dari segala macam tindak menyatakan kekerasan, termasuk pandangannya penganiayaan, (berpartisipasi) dalam penelantaran, bentuk seluruh keputusan yang eksploitasi seksual mempengaruhi kehidupan komersial dan lainnya, anak dan masyarakat penyiksaan dan secara keseluruhan.
penahanan yang sewenang-wenang.
Sumber: Nancy Kanyago, 2007
Keseluruhan hak yang tercakup dalam ketiga klasifikasi tersebut saling terkait dan saling memperkuat seluruh hak yang dijamin dalam KHA. Tabel berikut merupakan pengelompokan pasal-pasal substantif yang saling terkait berdasarkan pada pedoman yang diadopsi oleh Komite Hak Anak mengenai Pedoman Umum Mengenai Laporan Periodik sebagai berikut:
Pengelompokan Hal yang diatur Pasal yang
Mengatur
Langkah-langkah implementasi umum
Implementasi hak Pasal 4
Pemajuan hak dan diseminasi informasi Pasal 42 Penghormatan standar yang lebih tinggi Pasal 41
Prinsip-Prinsip Umum Non diskriminasi Pasal 2
Kepentingan terbaik bagi anak Pasal 3
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang
Pasal 6 Penghormatan atas pandangan anak Pasal 12 Hak-hak sipil dan
kebebasan
Nama dan kewarganegaraan Pasal 7
Pemeliharaan identitas Pasal 8
Kebebasan berekspresi Pasal 13
Akses terhadap informasi yang sesuai Pasal 17 Kebebasan berpikir, hati nurani dan agama Pasal 14 Kebebasan berserikat dan berkumpul secara damai Pasal 15
Perlindungan atas privasi Pasal 16
Larangan penyiksaan dan hukuman mati Pasal 37 huruf a Bimbingan orang tua dan kemampuan anak yang
tengah berkembang (pasal 5)
Pasal 5 Lingkungan keluarga
dan perawatan alternatif
Tanggung jawab orang tua Pasal 18 ayat (1)
dan ayat (2)
Pemisahan dari orang tua Pasal 9
Reunifikasi Keluarga Pasal 10
Pemulihan perawtan bagi anak pasal 27 ayat (4) Anak-anak kehilangan lingkungan keluarga Pasal 20
Adopsi Pasal 21
Perlindungan dari perdagangan gelap anak-anak dan tidak dipulangkannya kembali anak-anak yang ada di luar negeri
Pasal 11
Pencegahan penyalahgunaan dan penelantaran Pasal 19 dan 39 Tinjauan penempatan anak oleh penguasa yang
berwenang secara periodik
Pasal 25 Kesehatan dasar dan
kesejahteraan
Anak- dengan disabilitas (cacat) Pasal 23 Kesehatan dan pelayanan kesehatan Pasal 24 Jaminan sosial dan fasilitas dan layanan perawatan
anak
Pasal 26 dan Pasal 18 ayat (3)
Standar kehidupan anak Pasal 27
Pendidikan Pendidikan, termasuk pelatihan kejuruan Pasal 28
Waktu luang, rekreasi, dan aktivitas budaya Pasal 31
Perlindungan khusus Anak dalam situasi
darurat
Pengungsi anak Pasal 22
Anak dalam konflik bersenjata Pasal 38 Anak yang berhadapan
dengan hukum
Administrasi peradilan pidana anak Pasal 40
Anak yang dicabut kebebasannya Pasal 37 huruf b, c, dan d
Penghukuman anak Pasal 37 huruf a
Pemulihan fisik dan psikologis dan reintegrasi sosial Pasal 39 Anak dalam situasi
eksploitasi, termasuk pemulihan jasmani dan psikologis dan
reintegrasi sosial
Perlindungan dari eksploitasi ekonomi, termasuk pekerja anak
Pasal 32 Perlindungan dari penyalahgunaan obat Pasal 33 Perlindungan dari eksploitasi dan pelecehan seksual Pasal 34 Perlindungan dari perdagangan manusia dan
penculikan
Pasal 35 Perlindungan dari bentuk-bentuk eksploitasi lainnya Pasal 36 Perlindungan anak-anak dari kelompok minoritas dan
masyarakat adat
Pasal 30
Sumber: CRC/C/5 dan CRC/C/58
Komite KHA telah mengidentifikasi empat pasal yang harus dianggap sebagai prinsip umum dan diperhitungkan dalam pelaksanaan semua pasal lainnya dari Konvensi. Keempat prinsip umum KHA ini bersifat mendasar dan penting untuk mengimplementasikan seluruh konvensi sehingga menjadi pedoman bagi setiap negara dalam menerapkan dan menginterpretasikan setiap pasal dalam KHA (Rachel Hodgkin & Peter Newell, 2007). Keempat pasal ini yang menjadi prinsip-prinsip KHA dapat diuraikan sebagai berikut:
Pasal 2 Kewajiban negara untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diatur dalam Konvensi bagi
Prinsip non setiap anak dalam wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi apapun. Prinsip non diskriminasi diskriminasi
merupakan prinsip prinsip umum dari semua ketentuan hak asasi manusia dan merupakan bagian dari setiap Instrumen hak asasi manusia internasional. Kewajiban ini juga mensyaratkan bahwa Negara-negara Pihak secara aktif mengidentifikasi setiap individu anak-anak dan kelompok anak-anak yang mungkin memerlukan tindakan khusus
Pasal 3 ayat (1) Pasal ini menyatakan bahwa kepentingan terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama dalam
Prinsip kepentingan semua tindakan yang menyangkut anak-anak. Pasal ini mengatur bahwa tindakan yang dilakukan
terbaik bagi anak oleh lembaga publik atau swasta yang fokusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial, institusi peradilan, penguasa administratif atau badan legislatif harus mempertimbangan kepentingan terbaik bagi anak. Kemudian, prinsip ini mensyaratkan bahwa langkah-langkah aktif
harus dilakukan di semua tingkat baik Pemerintah, legislatif, dan peradilan. Ini artinya, setiap lembaga kenegaraan harus menerapkan prinsip kepentingan terbaik secara sistematis untuk mempertimbangkan bagaimana hak-hak anak dan kepentingan anak-anak karena kehidupan anakanak terakomodasi dalam setiap kebijakan publik yang ditetapkan.
Pasal 6 Hak untuk hidup melekat pada setiap anak dan kewajiban Negara untuk menjamin semaksimal Prinsip hak untuk mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Dalam konteks ini, Komite Hak Anak hidup,
mengharapkan bahwa Negara harus menafsirkan pembangunan dalam arti luas sebagai konsep kelangsungan
holistik sehingga dapat mengakomodasi perkembangan anak secara fisik, mental, spiritual, moral, hidup, dan
tumbuh psikologis dan sosial. kembang
Pasal 12 Hak anak untuk mengekspresikan pandangannya secara bebas dalam segala hal yang
Prinsip mempengaruhi anak, pandangan-pandangan anak harus dipertimbangkan sesuai dengan usia dan
penghormatan tingkat kematangannya. Prinsip ini menyoroti peran anak sebagai warga Negara yang aktif
terhadap dalam perlindungan, promosi dan pemantauan terhadap upaya pemenuhan hak-hak mereka. Hal
pandangan anak ini membutuhkan prasyarat harus tersedia mekanisme fasilitatif yang sesuai kapasitas anak-anak yang tengah berkembang . Dengan demikian, partisipasi anak ini sangat penting dalam setiap proses pengambilan kebijakan publik karena setiap kebijakan publik yang ditetapkan oleh para pengambil kebijakan akan berdampak pada kehidupan setiap anak baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Sumber: Jean Zermatten, 2010
Berdasarkan Pedoman Umum Mengenai Bentuk dan Isi laporan awal dan berkala yang akan Dikirim oleh Negara Pihak (CRC General Guidelines Regarding the Form and Content of
Initial and Periodic reports to be Submitted by State Parties) atau seringkali disebut Pedoman
KHA untuk Laporan Berkala (CRC/C/5 dan CRC/C/58) mengenalkan kelompok anak yang berhak mendapatkan langkah-langkah perlindungan khusus (special protection measures). Apabila mengacu pada Pedoman KHA untuk Laporan Berkala yang dikeluarkan Komite Hak Anak Kelompok anak yang membutuhkan langkah-langkah perlindungan khusus meliputi :
• Pengungsi anak, baik pengungsi lintas negara maupun pengungsi dalam negeri
• Anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata
• Eksploitasi ekonomi;
• Penyalahgunaan obat;
• Eksploitasi seksual; • Perdagangan anak;
3.6. Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan Anak
Dalam konteks hak asasi manusia, negara menjadi subyek hukum utama karena negara merupakan entitas utama yang bertanggung jawab melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia setiap warga negaranya. Artinya, berdasarkan hukum internasional, kewajiban-kewajiban hak asasi manusia diemban oleh negara. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya tersebut di antaranya melakukan langkah implementasi efektif dan konkrit atas berbagai instrumen hukum maupun kebijakan di bidang hak asasi manusia dari segi hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta segi lain yang terkait (Rhona K. M. Smith, et.al., 2008). Dengan demikian, negara memiliki kewajiban yuridis setelah meratifikasi instrumen hukum hak asasi manusia dalam rangka menegakkan dan menjamin penikmatan hak asasi manusia bagi setiap warga negara.
Langkah awal yang harus dilaksanakan oleh negara, pasca ratifikasi adalah melakukan harmonisasi hukum. Harmonisasi hukum dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan
Anak dalam situasi eksploitasi
Anak yang berhadapan dengan hukum
Anak yang berasal dari masyarakat adat dan kelompok minoritas