PEMERINTAH PUSAT RAPBN 2016 DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE 2017-2019
ANGGARAN INFRASTRUKTUR
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi pemerintah periode 2014-2019, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019, pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting dalam strategi pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan tema rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2016, yaitu “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas”. Dari fokus RKP tahun 2016 tersebut, tercermin dalam peningkatan alokasi anggaran
untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memiliki multiplier effect yang besar
dan berkelanjutan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga
Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
RAPBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II
Secara umum, pembangunan infrastruktur dilaksanakan baik melalui pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun BUMN. Dengan demikian, penganggaran untuk pembangunan infrastruktur dapat diidentiikasi baik dari belanja pemerintah pusat (K/L dan non K/L), transfer ke daerah dan dana desa, maupun pembiayaan (dalam bentuk penyertaan modal negara kepada beberapa BUMN yang
bergerak di bidang terkait infrastruktur). Tabel berikut menunjukkan besaran anggaran infrastruktur dalam RAPBN tahun 2016, yaitu sebesar Rp313,5 triliun, meningkat dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015.
Secara umum, anggaran infrastruktur dalam APBN dapat diklasiikasikan dalam 3 kelompok besar,
yaitu infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan dukungan infrastruktur. Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk pembangunan (termasuk pemeliharaan) sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka kelancaran mobilitas arus barang dan jasa, serta kelancaran proses produksi. Termasuk
dalam klasiikasi ini adalah berbagai kegiatan, baik di K/L, non-K/L, transfer ke daerah dan dana
desa, maupun pembiayaan anggaran, yang antara lain terkait dengan transportasi, pengairan/ irigasi, telekomunikasi dan informatika, perumahan/permukiman serta energi (ketenagalistrikan, minyak, dan gas bumi).
Dalam tahun 2016, anggaran infrastruktur ekonomi, diperkirakan mencapai Rp302,3 triliun. Jumlah tersebut dialokasikan melalui: (1) belanja K/L (antara lain Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM, dan Kementerian Pertanian); (2) BA non K/L dalam
bentuk alokasi viability gap fund (VGF) dan belanja hibah untuk berbagai kegiatan infrastruktur
di daerah; (3) Transfer ke daerah dan dana desa, dalam bentuk dana alokasi khusus pada beberapa bidang terkait infrastruktur (seperti transportasi, jalan, irigasi, air minum dan sanitasi, serta energi perdesaan) dan dana desa, yang diperkirakan digunakan untuk pembangunan infrastruktur di
perdesaan; (4) Pembiayaan Anggaran, dalam berbagai bentuk investasi Pemerintah (seperti fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan/FLPP) maupun PMN kepada beberapa BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur, sebagai upaya untuk meningkatkan peran BUMN dalam pembangunan dan
diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar.
Selanjutnya, anggaran infrastruktur sosial, dialokasikan dalam bentuk kegiatan untuk membangun infrastruktur di bidang pendidikan, baik pembangunan/rehabilitasi baik sekolah maupun ruang
ANGGARAN INFRASTRUKTUR, 2015 - 2016
(triliun rupiah)
APBNP 2015 RAPBN 2016 I. Infrastruktur Ekonomi 280,0 302,3
1. Melalui belanja K/L 196,4 167,5 a.l. 1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 101,2
2. Kementerian Perhubungan 59,1 47,2
3. Kementerian Pertanian 8,9 6,2
4. Kementerian ESDM 8,1 3,6 2. Melalui belanja non K/L 6,8 5,1 a.l. 1 VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 2 Belanja Hibah 4,5 4,0 3. Melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa 41,0 79,4 a.l. 1. Dana Alokasi Khusus 29,7 57,2 2. Dana Desa untuk infrastruktur 8,3 18,8 4. Melalui Pembiayaan 35,7 50,3 a.l. 1. Investasi Pemerintah untuk Infrastruktur 5,1 9,2 2. Penyertaan Modal Negara 28,8 40,2 II. Infrastruktur Sosial 6,5 6,5
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,4 6,1
2. Kementerian Agama 2,1 0,5 III . Dukungan Infrastruktur 3,9 4,7 a.l. 1. BPN 1,3 1,6 2. Kementerian Perindustrian 0,6 0,5 290,3 313,5 Sumber: Kementerian Keuangan
Jumlah Uraian
kelas. Kegiatan terkait infrastruktur bidang pendidikan dialokasikan melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama, yang secara umum bersifat investasi jangka
panjang, mengingat dampaknya baru akan dapat dirasakan dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara itu, terdapat pula berbagai kegiatan di Kementerian Negara/Lembaga yang bertujuan
untuk mendukung pelaksanaan berbagai program infrastruktur, seperti pengelolaan tanah/lahan,
pengembangan wilayah industri, perbaikan iklim investasi, dan koordinasi kebijakan terkait infrastruktur. Kegiatan-kegiatan tersebut, diklasiikasikan dalam dukungan infrastruktur, sebagai bagian dari anggaran infrastruktur, mengingat perannya dalam efektivitas berbagai program di
bidang infrastruktur.
Adapun sasaran pembangunan infrastruktur dalam RAPBN tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai
berikut. Di bidang energi, rasio elektriikasi diharapkan mencapai 90,15 persen serta tersedianya
kapasitas pembangkit sebesar 61,5 giga watt. Kemudian, di bidang kedaulatan pangan, pembangunan infrastruktur dalam tahun 2016 diarahkan antara lain untuk pengembangan jaringan dan optimasi air, termasuk irigasi seluas 500.000 ha. Selain itu, pembangunan infrastruktur tahun 2016 diarahkan antara lain untuk mencapai produksi bahan pangan pokok, yaitu padi 76,23 juta ton, jagung 21,35 juta ton, kedelai 2,03 juta ton, produksi 6,45 juta ton perikanan tangkap, 19,46 juta ton perikanan budidaya (termasuk rumput laut dan ikan hias), serta meningkatkan nilai tukar petani, nelayan dan pembudidaya ikan. Kemudian untuk bidang perumahan, air minum, dan sanitasi, pembangunan infrastruktur tahun 2016 diarahkan antara lain untuk pembangunan 15.000 unit rusun, penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 18.000 RT, pembangunan 228 embung dan bangunan penampung air, serta 26 sumur air tanah untuk air baku. Sasaran pembangunan infrastruktur bidang
konektivitas diarahkan untuk: (1) pembangunan 375,9 km ruas jalan baru dan 26 km ruas jalan tol;
(2) pembangunan jalur kereta api sepanjang 110,9 km’sp; (3) pembangunan 11 bandara baru; (4)
penetrasi coverage broadband yang menjangkau 86 persen kabupaten/kota.
Fungsi Kesehatan
Alokasi anggaran pada fungsi kesehatan dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar Rp18.685,3 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 22,8 persen apabila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp24.208,5 miliar. Alokasi anggaran fungsi kesehatan tersebut telah memenuhi amanat Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur bahwa alokasi anggaran kesehatan adalah sebesar 5 persen dari belanja negara.
Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi kesehatan pada tahun 2016 difokuskan untuk mendukung upaya peningkatan layanan kesehatan antara lain melalui: (1) meningkatkan akses dan kualitas
continuum of care pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia; (2) mempercepat dan meningkatkan akses dan mutu paket pelayanan gizi masyarakat; (3) meningkatkan pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan melalui peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit; (4) mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pembiayaan kesehatan;
(5) peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan; (6) mengendalikan kuantitas penduduk dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata;
(7) memantapkan efektivitas pelaksanaan SJSN kesehatan, baik dari sisi demand side maupun
supply side, termasuk pemenuhan kebutuhan dan kualitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran fungsi kesehatan diantaranya yaitu: (1) meningkatnya cakupan jumlah peserta KB baru sebanyak 6,96 juta jiwa dan
Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
RAPBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II
peserta KB aktif sebanyak 30,02 juta jiwa; (2) meningkatnya tingkat persalinan ibu melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 77 persen; (3) meningkatnya persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebesar 91,5 persen; (4) meningkatnya tingkat pengendalian penyakit menular dan tidak menular; (5) meningkatnya jumlah Puskesmas yang
telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan UTD dan RS sebanyak 1.600 Puskesmas; (6) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertiikasi
akreditasi nasional sebanyak 190 kabupaten/kota; (7) meningkatnya mutu sarana produksi
dan distribusi obat tradisional dan suplemen kesehatan sesuai dengan good manufacturing
practices (GMP) dan good distribution practices (GDP). BOKS II.4.4