• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1.1.1.1.2 D ana Alokasi U m um

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 197-200)

DAU merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sesuai ketentuan UU Nomor 33 Tahun 2004, besaran DAU Nasional ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari PDN neto.

Penghitungan alokasi DAU kepada daerah dilakukan dengan menggunakan for mula yang

terdiri atas alokasi dasar (AD) dan celah fi skal (CF). Alokasi DAU yang dihitung berdasarkan CF

merupakan komponen ekualisasi kemampuan keuangan antardaerah, karena CF mencerminkan

selisih antara kebutuhan fi skal dengan kapasitas fi skal masing-masing daerah.

Dalam RAPBN tahun 2016, besaran DAU yang dialokasikan kepada provinsi dan kabupaten/ kota dihitung berdasarkan:

1. alokasi dasar (AD), yang dihitung atas dasar jumlah gaji PNSD, mencakup gaji pokok ditambah dengan tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian pegawai negeri sipil serta mempertimbangkan kebijakan terkait penggajian dan kebijakan terkait pengangkatan CPNSD; dan

2. celah fi skal (CF), yaitu selisih antara kebutuhan fi skal dan kapasitas fi skal.

Kebutuhan fi skal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan

fungsi layanan dasar umum. Setiap kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum diukur berdasarkan perkalian antara total belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masing-masing bobot variabel dengan I ndeks Jumlah Penduduk, Indeks Luas Wilayah, I ndeks Kemahalan Konstruksi, Indeks Pembangunan Manusia, dan I ndeks Produk Domestik Regional Bruto per Kapita.

• Jumlah penduduk;

Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap daerah. I ndeks jumlah penduduk dihitung dengan rumus:

• Luas wilayah

Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. I ndeks luas wilayah dihitung dengan rumus:

• I ndeks Kemahalan Konstruksi (I KK)

IKK merupakan cerminan tingkat kesulitan geografi s yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fi sik secara relatif antardaerah. Dengan kata lain IKK adalah angka indeks yang

menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan konstruksi suatu daerah terhadap daerah lainnya. I ndeks Kemahalan Konstruksi dihitung dengan rumus:

• I ndeks Pembangunan M anusia (I PM)

I PM merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan. I PM dihitung dengan rumus:

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produk bruto suatu daerah. I ndeks PDRB per kapita dihitung dengan rumus:

Kapasitas fi skal daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari:

a. pendapatan asli daerah (PAD); b. DBH Pajak; dan

c. DBH SDA.

Guna memenuhi kebutuhan data dasar untuk perhitungan alokasi DAU, pada tahun 2016 digunakan data sebagai berikut:

1. Gaji PNSD yang didasarkan pada data gaji PNSD tahun 2015 dari Pemerintah Daerah yang dihimpun oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

2. For masi PNSD yang di dasar kan pada dat a for masi PNSD 20 15 dar i Kementer i an Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).

3. Jumlah Penduduk yang didasarkan pada data jumlah penduduk tahun 2015 dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

4. Luas Wilayah yang didasarkan pada data luas wilayah darat tahun 2015 dari Kemendagri, dan data luas wilayah perairan/ laut tahun 2015 dari Badan I nformasi Geospasial (BI G). 5. I KK yang didasarkan pada data I KK tahun 2015 dari Badan Pusat Statistik (BPS). 6. I PM yang didasarkan pada data I PM tahun 2014 dari BPS.

7. PDRB per kapita yang didasarkan pada data PDRB tahun 2014 dari BPS, dan jumlah penduduk yang didasarkan pada data jumlah penduduk tahun 2014 dari Kemendagri. 8. Total Belanja Daerah Rata-rata (TBR) yang didasarkan pada data TBR tahun 2014 dari

Pemerintah Daerah yang dihimpun oleh Kemenkeu.

I PM daer ahi

r at a-r at a I PM secar a nasional I PM daer ahi =

I KK daer ahi

r at a-r at a I KK secar a nasional I KK daer ahi =

Bab 5: Kebijakan dan Anggar an Tr ansfer ke Daer ah dan Dana Desa

dalam RAPBN Tahun 2016 dan Pr oyeksi Jangka Menengah Bagi an I I

9. PAD yang didasarkan pada data PAD tahun 2014 dari Pemerintah Daerah yang dihimpun oleh Kemenkeu.

10. DBH Pajak yang didasarkan pada data DBH Pajak tahun 2014 dari Kemenkeu. 11. DBH SDA yang didasarkan pada data DBH SDA tahun 2014 dari Kemenkeu.

Ber dasar kan for mulasi dan data dasar yang diper gunakan untuk perhitungan DAU, agar DAU dapat lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah, dan sekaligus

mengurangi ketimpangan fi skal antardaerah (hor izontal imbalance), kebijakan DAU tahun 2016 diarahkan untuk:

1. Menerapkan formula DAU secara konsisten melalui pembobotan AD, komponen Kebutuhan Fiskal, dan komponen Kapasitas Fiskal.

2. Menetapkan besaran DAU Nasional sebesar 27,7 persen dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto yang ditetapkan dalam APBN, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 3. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah (sebagai equalization gr ant)

yang ditunjukkan oleh I ndeks Williamson yang paling optimal, melalui pembatasan porsi

alokasi dasar, dan mengevaluasi bobot variabel kebutuhan fi skal dan kapasitas fi skal, dengan arah mengurangi ketimpangan fi skal antardaerah.

4. Menetapkan besaran DAU yang bersifat fi nal (tidak mengalami perubahan), dalam hal terjadi

perubahan APBN yang menyebabkan PDN Neto bertambah atau berkurang.

Dalam r angka meni ngkatkan fungsi DAU sebagai equali zati on gr ant , dal am for mul asi perhitungan DAU, proporsi CF diupayakan lebih besar dari AD, dengan membatasi proporsi AD terhadap pagu DAU. Makin kecil peran AD dalam formula DAU, maka makin besar peran formula berdasarkan CF, sehingga DAU memiliki peran besar dalam mengoreksi ketimpangan

fi skal antardaerah. Adanya penguatan peran CF dalam formula DAU, dapat menghasilkan tingkat pemerataan yang lebih baik dengan penggunaan tolok ukur kesenjangan fi skal. Adapun proporsi

dan bobot untuk perhitungan DAU 2016 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel I I .5.3.

Dengan memerhatikan arah kebijakan DAU tersebut, dan target pendapatan dalam negeri dalam RAPBN tahun 2016 sebesar Rp1.846.075,5 miliar, dikurangi dengan rencana penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah sebesar Rp444.440,2 miliar, maka besaran PDN neto dalam RAPBN tahun 2016 adalah Rp1.401.635,3 miliar. Penerimaan negara yang dibagihasilkan sebagai pengurang dalam perhitungan PDN neto tersebut terdiri dari penerimaan PPh Pasal 21 dan

PROV I N SI KA B./ KOT A

A LOKA SI D A SA R 3 0 -4 0% 4 0 -4 9%

CE LAH FI SK A L: 6 0 -7 0% 51-6 0%

KEBUTUH AN FISKA L

-IN DEKS JUM LAH PEN DUDUK 2 9 -3 0% 2 9 -3 0% -IN DEKS LUA S WILAYAH 12 -16% 12 -15% -IN DEKS IKK 2 6 -2 8% 2 7 -2 9% -IN DEKS INV ERS IPM 15-19 % 15-19 % -IN DEKS PDRB 10 -13% 10 -13% KAPASITAS FISKAL

-PA D 7 0 -10 0 % 6 0 -10 0 % -DBH PAJ AK 7 0 -10 0 % 6 0 -10 0 % -DBH SDA 7 0 -10 0 % 6 0 -10 0 % Su m ber : Kem en t er i an Keuan gan

BOBOT V A RI A BEL PEN GH I T U N GA N D A U T A H U N 2 0 16 BOBOT

V A RI A BEL

PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN sebesar Rp146.200,3 miliar, penerimaan PBB sebesar Rp19.433,7 miliar, penerimaan Cukai H asil Tembakau sebesar Rp148.855,9 miliar, penerimaan SDA Migas sebesar Rp84.822,5 miliar, penerimaan SDA Pertambangan Mineral dan Batubara sebesar Rp40.820,2 miliar, penerimaan SDA Kehutanan sebesar Rp2.929,0 miliar, penerimaan SDA Perikanan sebesar Rp693,0 miliar, dan penerimaan SDA Panas Bumi sebesar Rp685,6 miliar. Berdasarkan besaran PDN neto tersebut, maka dalam RAPBN tahun 2016, pagu DAU nasional direncanakan sebesar 27,7 persen dari PDN neto, atau mencapai Rp388.253,0 miliar. Jumlah tersebut, secara nominal lebih tinggi Rp35.365,1 miliar jika dibandingkan dengan pagu DAU dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp352.887,8 miliar. Dari pagu DAU dalam RAPBN tahun 2016 tersebut, yang dibagikan untuk provinsi sebesar Rp38.825,3 miliar (10 persen dari total DAU nasional), dan yang dibagikan untuk kabupaten/ kota sebesar Rp349.427,7 miliar (90 persen dari total DAU nasional).

5.1.1.1.2 D ana Tr ansfer K husus

Dana Tr ansfer Khusus mer upakan dana yang ber sumber dar i pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi urusan daerah, baik

kegiatan yang bersifat fi sik maupun nonfi sik. Dana Transfer Khusus lebih bersifat specifi c grant

yang penggunaannya diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi kebutuhan daerah dan prioritas nasional, dan/ atau yang merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Dana Transfer Khusus yang terdiri atas Dana Alokasi Khusus Fisik dan

Dana Alokasi Khusus Nonfi sik direncanakan sebesar Rp215.256,2 miliar. Pada tahun 2016,

kebijakan Dana Transfer Khusus diarahkan untuk:

1. Mendukung implementasi Nawa Cita, khususnya cita ketiga: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI , cita kelima: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, cita keenam: meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan cita ketujuh: kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor domestik.

2. Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur publik daerah.

3. Mendukung pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari belanja negara dan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari belanja negara, dengan tetap menjaga lingkungan hidup dan kehutanan.

4. M engakomodasi usulan kebutuhan dan prioritas daerah dalam mendukung pencapaian prioritas nasional (pr oposal based).

5. Memperkuat kebijakan afi rmasi untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal,

perbatasan, dan kepulauan.

6. Mempercepat pengalihan anggaran belanja K/ L, terutama anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan, yang mendanai urusan yang sudah menjadi kewenangan daerah, ke DAK. 7. Merealokasi dana transfer lainnya, yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana

Tunjangan Profesi Gur u (TPG) Guru PNSD, dana Tambahan penghasilan Gur u PNSD (Tamsil), dan dana Proyek Pembangunan Daerah dan Desentralisasi (P2D2) ke Dana Alokasi

Khusus Nonfi sik.

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 197-200)