• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN KEDAULATAN PANGAN

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 111-114)

PEMERINTAH PUSAT RAPBN 2016 DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE 2017-2019

ANGGARAN KEDAULATAN PANGAN

Dalam visi pemerintah baru, yaitu Trisakti, salah satu butirnya adalah “Indonesia yang lebih

berdikari dalam bidang ekonomi” yang kemudian dijabarkan ke dalam misi Pemerintah baru, yaitu

Nawa Cita, khususnya untuk cita 6: meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional dan cita 7: mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik. Kemudian, visi dan misi tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam

dimensi pembangunan, khususnya dimensi pembangunan sektor pendorong pertumbuhan, yaitu salah satu prioritasnya adalah kedaulatan pangan.

Prioritas kedaulatan pangan memiliki makna yang strategis, khususnya terkait dengan peningkatan produksi pangan pokok (a.l. beras, jagung, kedelai, telur ayam, daging sapi/kerbau, ikan) secara

berkelanjutan bagi segenap rakyat Indonesia. Dengan demikian, diharapkan ketergantungan

terhadap produk impor dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.

Sasaran utama pembangunan di bidang kedaulatan pangan pada tahun 2016 antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatnya produksi bahan pangan utama: padi 76,23 juta ton, jagung 21,35 juta ton, kedelai

2,03 juta ton, daging sapi/kerbau 0,59 juta ton;

2. Meningkatnya produksi ikan perikanan tangkap 6,45 juta ton dan perikanan budidaya (termasuk

rumput laut dan ikan hias) sebesar 19,46 juta ton; 3. Tercapainya produksi garam 3,6 juta ton;

4. Meningkatnya cadangan beras Pemerintah;

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran prioritas tersebut, maka pada tahun 2016 Pemerintah

mengalokasikan anggaran kedaulatan pangan sebesar Rp126,6 triliun dalam RAPBN tahun 2016,

di mana sebesar Rp50,4 triliun dialokasikan melalui belanja K/L dan Rp76,1 triliun dialokasikan melalui belanja non K/L.

Terdapat tiga kementerian yang memegang peran penting di dalam prioritas kedaulatan pangan, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Alokasi Kementerian Pertanian pada tahun 2016 sebesar Rp32,9 triliun secara penuh diarahkan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, antara lain melalui perluasan areal

persawahan dengan pencetakan sawah baru serta upaya untuk meningkatkan produktivitas terutama

untuk bahan pangan pokok. Anggaran kedaulatan pangan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp6,6 triliun, diarahkan terutama untuk membangun/meningkatkan jaringan irigasi untuk pertanian. Sedangkan alokasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp11,0 triliun diarahkan antara lain untuk meningkatkan produksi baik perikanan tangkap, perikanan budi daya, serta produk perikanan lainnya.

Untuk alokasi melalui belanja non K/L, dukungan pencapaian prioritas kedaulatan pangan antara

lain melalui: (1) penyediaan subsidi pangan untuk 15,5 juta RTS dengan kuantum sebesar 15kg/

RTS/penyaluran yang disalurkan untuk 12 bulan, subsidi pupuk dengan total volume 9,55 juta ton, serta subsidi benih dengan volume 116.500.000 kg yang terdiri atas benih jenis padi hibrida dan inhibrida serta benih kedelai, (2) alokasi transfer ke daerah melalui mekanisme DAK bidang irigasi

yang diarahkan antara lain untuk rehabilitasi/peningkatan/pembangunan jaringan irigasi dan

bidang pertanian yang diarahkan antar lain untuk pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD/Balai Diklat Pertanian, dan penyediaan sarana pendukung; (3) belanja lain-lain yang diarahkan antara

lain untuk penyediaan cadangan beras pemerintah (CBP) dalam rangka mengantisipasi dampak bencana dan cadangan stabilisasi harga pangan dan ketahanan pangan guna mengantisipasi gejolak harga pangan yang berpotensi meningkatkan beban hidup masyarakat, terutama masyarakat miskin. Adapun rincian anggaran kedaulatan pangan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Fungsi Lingkungan Hidup

Alokasi anggaran pada fungsi lingkungan hidup dalam RAPBN tahun 2016 sebesar Rp13.205,2

miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 12,6 persen jika dibandingkan dengan alokasinya

2015 2016

APBNP RAPBN

I. Kementerian Negara/Lembaga 50,8 50,4

1. Kementerian Pertanian 32,8 32,9

2. Kementerian Kelautan Perikanan 7,8 11,0

3. Kementerian PU dan PERA 10,2- -6,6

II. Non K/L 75,1 76,1

1. Subsidi 59,4 52,1

a.l. a. Subsidi Pangan 18,9 21,0

b. Subsidi Pupuk 39,5 30,1

c. Subsidi Benih 0,9 1,0

2. Belanja Lain-lain 3,5 4,2

a.l. a. Cadangan Beras Pemerintah 1,5 2,0

b. Cadangan Stabilisasi Harga Pangan

dan Ketahanan Pangan

2,0

2,2 3. Transfer ke Daerah (DAK) 12,2 19,9

a. DAK Irigasi 5,5 13,7

b. DAK Pertanian 6,7 6,2 125,9

126,6 Total

Sumber: Kementerian Keuangan

ANGGARAN KEDAULATAN PANGAN, 2015-2016

(triliun rupiah)

Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

RAPBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp11.728,1 miliar. Dengan peningkatan alokasi anggaran tersebut, bidang SDA dan lingkungan hidup diharapkan mampu menjadi tulang punggung untuk

meningkatkan daya saing ekonomi berbasis SDA dan lingkungan hidup, penghasil devisa, dan

penghidupan masyarakat luas.

Selanjutnya, sejalan dengan RPJMN, arah kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan antara

lain sebagai berikut: (1) penyempurnaan metodologi dan parameter perhitungan Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup (IKLH), agar lebih mencerminkan kondisi lingkungan hidup yang terjadi; (2)

pemantauan kualitas lingkungan (air, udara, dan lahan) perlu ditingkatkan sebagai dasar untuk mendapatkan data dan informasi lingkungan hidup; (3) upaya pengendalian pencemaran (air, udara, dan lahan) yang berupa pencegahan timbulnya limbah/sampah dan pemulihan akibat pencemaran, serta pengendalian kerusakan lingkungan masih perlu terus diperkuat; (4) perlunya

penguatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup kelembagaan dan SDM lingkungan hidup

daerah, penguatan penegakan hukum lingkungan, dan penyelesaian peraturan operasional turunan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (PPLH); (5) kemudahan akses untuk pengembangan ketersediaan informasi mengenai nilai ekonomi KEHATI, pemanfaatan KEHATI dan jasa lingkungan serta dalam

rangka pengentasan kemiskinan sekitar kawasan hutan perlu diupayakan pemberian akses

kepada masyarakat untuk memanfaatkan kawasan hutan melalui pola Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD).

Sasaran yang ingin dicapai antara lain sebagai berikut: (1) peningkatan diversiikasi produk

sehingga sumber daya hutan dapat dioptimalkan sebagai penyedia bioenergi untuk mendukung penyediaan energi terbarukan, pangan untuk mendukung ketahanan pangan, tanaman biofarmaka untuk mendukung pengembangan industri obat-obatan, serta serat sebagai bahan baku industri biotekstil dan bioplastik; (2) peningkatan hasil produksi hutan, dan mengfungsikan peran hutan sebagai penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah, serta

pengembangan jasa lingkungan; (3) meningkatkan daya dukung DAS dengan cara pengelolaan

DAS secara terpadu dan memerhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) serta

keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatannya; (4) peningkatan potensi penerimaan

devisa dari pemanfaatan keanekaragaman hayati mengingat luasnya kawasan hutan konservasi

serta tingginya minat dunia usaha dalam melakukan usaha penangkaran dan pemanfaatan

bioresources.

Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

Sebagai salah satu faktor pendorong peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia pada umumnya, Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada sektor

perumahan. Dalam RAPBN tahun 2016, anggaran yang dialokasikan pada fungsi perumahan

dan fasilitas umum mencapai Rp23.098,1 miliar, yang berarti lebih rendah sebesar 9,7 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam APBNP

tahun 2015 sebesar Rp25.587,2 miliar. Lebih rendahnya alokasi tersebut antara lain disebabkan

oleh perubahan skema pemenuhan Program Sejuta Rumah.

Arah kebijakan penataan perumahan/permukiman dan fasilitas umum pada tahun 2016 diarahkan untuk: (1) peningkatan peran fasilitasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas rumah serta menyediakan hunian baru (sewa/milik) dengan

(2) peningkatan tata kelola dan keterpaduan pemangku kepentingan pembangunan perumahan;

(3) peningkatan efektivitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan;

(4) pengembangan sistem karir perumahan yang disertai dengan industrialisasi perumahan; (5) pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah; (6) penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan perumahan; (7) peningkatan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan; (8) menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi neraca air domestik dan peningkatan layanan sanitasi, menyediakan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset

baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, dan investasi, serta meningkatkan sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Di samping itu, terdapat arah kebijakan lain dalam

fungsi perumahan dan fasilitas umum yang akan dilaksanakan dalam tahun 2016, yaitu antara lain: (1) melanjutkan program fasilitas perumahan sesuai dengan kebutuhan bagi anggota TNI dan Polri; (2) pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, terutama di daerah urban. Adapun sasaran pembangunan yang ingin dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas umum

pada tahun 2016 adalah: (1) peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

termasuk pekerja/buruh terhadap hunian yang layak dengan membangun rumah susun yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) pendukungnya; (2) peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai bagian dari pengurangan kondisi kumuh di perkotaan; (3) meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya

terhadap lingkungan; (4) terbangunnya rumah khusus di daerah pasca bencana/konlik, maritim

dan perbatasan negara; (5) terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi; (6) meningkatkan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi

yang layak dan berkelanjutan; (7) mengurangi angka backlog perumahan menjadi 6,5 juta

rumah tangga.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, strategi yang akan ditempuh antara lain meliputi:

(1) penyusunan dokumen perencanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman baik di tingkat pusat maupun daerah; (2) peningkatan keterlibatan setiap pemangku kepentingan

dalam fasilitasi penyediaan hunian layak bagi MBR dan penanganan kumuh; (3) pengembangan inovasi pembiayaan perumahan dalam meningkatkan kualitas hidup MBR; (4) peningkatan

keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan; (5) menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan sanitasi.

BOKS II.4.3

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 111-114)