PERIODE 2017 – 2019
3.1 Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN Tahun 2016
Target pendapatan negara setiap tahunnya terus mengalami peningkatan yang signiikan. Hal
ini sejalan dengan perkembangan ekonomi serta upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara tersebut. Peranan pendapatan negara sangat penting sebagai sumber utama untuk mendanai pembangunan nasional dan mengurangi pembiayaan yang bersumber dari utang. Dengan semakin pentingnya peran pendapatan negara, Pemerintah dituntut untuk terus meningkatkan pendapatan negara melalui instrumen
yang dimiliki, termasuk melalui kebijakan iskal tahunan, seperti memberikan insentif iskal
bagi sektor tertentu sebagai mesin penggerak pertumbuhan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan negara.
Dalam RAPBN tahun 2016 yang merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMN 2015-2019 sekaligus tahun kedua kabinet kerja, Pemerintah akan terus berupaya untuk mengoptimalkan pendapatan negara yang terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah. Kebijakan-kebijakan yang telah dijalankan akan dijaga kelanjutannya dengan melakukan berbagai penyempurnaan, serta dengan tetap memerhatikan
kondisi objektif perekonomian dan capaian pembangunan terkini. Kebijakan pendapatan negara dalam RAPBN tahun 2016 mengacu pada strategi kebijakan iskal tahun 2016 yakni dengan
memperkuat stimulus yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan
daya saing; memperkuat ketahanan iskal agar berdaya tahan menjaga terlaksananya program-program prioritas ditengah tekanan yang kuat, serta mempunyai daya redam yang efektif untuk merespon ketidakpastian; dan mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan iskal dalam
jangka menengah dan panjang.
Pada tahun 2016, kondisi ekonomi makro Indonesia diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2015. Oleh karena itu, berdasarkan asumsi-asumsi ekonomi makro yang dibahas dalam bab
sebelumnya, pendapatan negara pada tahun 2016 diperkirakan akan mencapai Rp1.848.107,2
miliar atau meningkat sebesar 12,0 persen dari perkiraan realisasi tahun 2015. Dari jumlah
tersebut, penerimaan perpajakan mencapai sebesar Rp1.565.784,1 miliar atau sebesar 84,7 persen, PNBP sebesar Rp280.291,4 miliar atau sebesar 15,2 persen dan penerimaan hibah sebesar Rp2.031,8 miliar atau sebesar 0,1 persen, masing-masing persentase terhadap target pendapatan negara dalam RAPBN tahun 2016. Secara umum, kebijakan pendapatan negara
dalam RAPBN tahun 2016 adalah melakukan optimalisasi pendapatan dengan meningkatkan iklim investasi dan tetap menjaga konservasi lingkungan.
3.1.1 Pendapatan Dalam Negeri
Pendapatan dalam negeri tahun 2016 ditargetkan mencapai Rp1.846.075,5 miliar, atau
meningkat 5,0 persen jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 atau 12,1 persen jika dibandingkan dengan perkiraan realisasi tahun 2015. Pendapatan dalam negeri terdiri dari
Bagian II
Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN Tahun 2016
dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017 ― 2019
3.1.1.1 Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan dalam RAPBN tahun 2016 ditargetkan sebesar Rp1.565.784,1 miliar
atau meningkat sebesar 5,1 persen jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 atau meningkat
sebesar 14,5 persen jika dibandingkan dengan perkiraan realisasi tahun 2015. Peningkatan
tersebut terutama dipengaruhi oleh perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 dan didukung oleh kebijakan-kebijakan di bidang perpajakan, peningkatan kapasitas
organisasi, serta penyempurnaan berbagai peraturan termasuk ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Untuk mencapai target penerimaan perpajakan dalam RAPBN tahun 2016, Pemerintah
akan menerapkan beberapa kebijakan di bidang perpajakan, antara lain: (1) kebijakan optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa mengganggu iklim investasi dunia usaha, seperti peningkatan pengawasan pengusaha kena pajak dan perbaikan kualitas data internal; (2) kebijakan yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mempertahankan daya beli masyarakat, seperti kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP); (3) kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri nasional, seperti kebijakan
kenaikan tarif bea masuk barang konsumsi (PMK 132 tahun 2015); dan (4) kebijakan yang diarahkan untuk mengendalikan konsumsi barang kena cukai, seperti penyesuaian tarif cukai.
BOKS II.3.1
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)
Saat ini Pemerintah sedang menyusun Rancangan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang akan menggantikan UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009. Perubahan UU KUP ini juga masuk dalam salah satu program legislasi nasional (Prolegnas) Tahun 2015.
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) merupakan fondasi bagi sistem perpajakan di Indonesia karena hukum formal perpajakan yang memungkinkan ketentuan material
dapat dijalankan dengan baik. Undang-undang tersebut juga mengatur hak dan kewajiban wajib pajak serta mengatur mengenai wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk pengenaan sanksi perpajakan apabila terdapat wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun tujuan dari penyusunan UU KUP untuk menggantikan UU KUP yang sekarang berlaku adalah untuk
memberikan pelayanan yang lebih murah, mudah, dan cepat untuk menurunkan compliance cost,
membangun administrasi perpajakan yang eisien dan efektif, serta mencapai penerimaan pajak
yang optimal.
Terdapat beberapa pokok perubahan pada RUU KUP, antara lain: perubahan istilah wajib pajak menjadi pembayar pajak, pelaksanaan self-assessment secara elektronik/paperless (e-registration,
e-taxpayment, dan e-iling), pembayaran pajak hanya dalam mata uang rupiah, penegasan hak
mendahulu untuk utang pajak, pemberian penghargaan kepada anggota masyarakat atau pembayar
pajak yang turut serta membantu pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana
pajak, kewenangan melakukan kampanye dan sosialisasi di bidang perpajakan kepada masyarakat umum dalam setiap jenjang pendidikan, dan beberapa perubahan lainnya.
Pemerintah juga akan mengambil beberapa langkah kebijakan yang bersifat teknis, seperti
penguatan dan perluasan basis data perpajakan, terkait dengan upaya optimalisasi penerimaan
perpajakan, baik dari sisi pajak maupun kepabeanan dan cukai. Kebijakan perpajakan pada tahun 2016 akan difokuskan pada peningkatan law enforcement sebagai kelanjutan dari tahun
pembinaan yang merupakan fokus strategi pajak tahun 2015. Kebijakan teknis perpajakan tahun
2016 terangkum dalam Tabel II.3.1 yang diikuti dengan Tabel II.3.2 mengenai kegiatan
unggulan yang mendukung kebijakan tersebut. Terkait kebijakan kepabeanan dan cukai tahun
2016 terangkum dalam Tabel II.3.3.
Disamping itu, kebijakan perpajakan juga ditujukan untuk meningkatkan investasi dan daya
saing melalui pemberian insentif iskal antara lain tax holiday, tax allowance, pembebasan PPN barang strategis dalam rangka mendukung investasi, perkembangan industri nasional, dan
perkembangan sektor-sektor/daerah tertentu, serta pemberian pajak ditanggung Pemerintah
(DTP) yang terdiri atas PPh DTP untuk komoditas panas bumi; PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam penerbitan
SBN di pasar internasional; PPh DTP atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan yang diterima atau diperoleh masyarakat yang terkena luapan lumpur Sidoarjo; serta bea masuk DTP.
No.
1
2
3
4 Penguatan dan perluasan basis data perpajakan, baik data internal maupun eksternal, melalui: (a) digitalisasi SPT dan implementasi e-SPT & e-filing;
(b) implementasi e-tax invoice di seluruh Indonesia;
(c) implementasi cash register dan electronic data capturing(EDC) yang onlinedengan administrasi perpajakan; dan
(d) implementasi penghimpunan data dari instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak lain.
TABEL II.3.1
KEBIJAKAN TEKNIS PERPAJAKAN 2016
Peningkatan kepatuhan wajib pajak, terutama kepatuhan WP orang pribadi usaha (nonkaryawan) dan WP badan.
Peningkatan tax ratio dan tax buoyancy melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi,
peningkatan efektivitas penegakan hukum, perbaikan administrasi, penyempurnaan regulasi, dan peningkatan kapasitas Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor unggulan seperti sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi serta sektor jasa keuangan.
Bagian II
Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN Tahun 2016
dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017 ― 2019
No. Kebijakan Yang Akan Ditempuh
1 Peningkatan pendapatan pajak melalui perluasan cakupan pelayanan dan pengawasan (penambahan kantor dan pembentukan mobile tax office).
2 Perluasan basis pajak melalui kegiatanekstensifikasi terhadap calon wajib pajak baru antara lain melalui kegiatan operasi pasar dan pemanfaatan data pihak ketiga.
3 Peningkatan pengawasan Pengusaha Kena Pajak melalui implementasi faktur
pajak elektronik (e-tax invoice)secara nasional.
4 Perbaikan kualitas data internal berbasis IT antara lain melalui migrasi wajib pajak ke e-filing dan perluasan jangkauan data processing center.
5 Peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas data eksternal.
6 Peningkatanefektivitaspengelolaan wajib pajak melalui implementasi manajemen kepatuhan wajib pajak berbasis risiko (compliance risk management).
7 Peningkatan efektivitas penegakan hukum melalui implementasi modul manajemen alur kerja dalam SistemInformasiDirektorat Jenderal Pajak (SIDJP)
pada fungsi pemeriksaan, keberatan, dan banding.
8 Peningkatan efektivitas pelayanan dan pengawasan berbasis IT antara lain melalui penerapan tax clearance dan cash register online.
TABEL II.3.2
Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2015 dan didukung
oleh pelaksanaan kebijakan perpajakan secara menyeluruh, penerimaan perpajakan tahun 2016 direncanakan sebesar Rp1.565.784,1 miliar. Adapun rincian target penerimaan perpajakan
berdasarkan jenisnya disampaikan sebagai berikut.
No.
1
a. penyelesaian/penyempurnaan peraturan di bidang impor dan ekspor;
b. implementasi penuh sistem pembayaran pendapatan negara melalui billing system
Modul Penerimaan Negara Generasi 2; dan
c. melakukan sinergi dengan DJP dalam hal pertukaran data. 2
a. penerapan manajemen risiko yang terpusat terkait dengan pelayanan dan
pengawasan kepabeanan dan cukai;
b. peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National
Single Window/INSW);
c. mengembangkan otomasi tempat penimbunan sementara (TPS); dan d. penyempurnaan prosedur pengawasan barang kena cukai melalui sistem
pengamanan pendapatan cukai.
3 Optimalisasi pengawasan impor melalui:
a. penelitian terhadap pemberitahuan impor barang (PIB) yang mempunyai
kecenderungan salah dalam memberitahukan nilai pabean dan/atau tarif; dan
b. penelitian terhadap PIB yang mendapat fasilitas FTA melalui pengecekan validitas
dan otentisitas Certificate of Origin (CoO).
4
5
6 Optimalisasi pengawasan ekspor melalui: a. pengawasan terhadap modus antarpulau; b. penguatan fungsi laboratorium; dan c. audit terhadap eksportir.
7
a. identifikasi fungsi utama dan cakupan kerja; dan
b. prioritisasi aspek organisasi dan sumber daya manusia.
TABEL II.3.3
KEBIJAKAN TEKNIS KEPABEANAN DAN CUKAI 2016
Memperkuat kerangka hukum (legal framework) dan implementasi peraturan dibidang kepabeanan, antara lain:
Mengembangkan dan menyempurnakan sistem dan prosedur yang berbasis IT, antara lain:
Penegakan hukum di bidang cukai khususnya terkait dengan rokok dan minuman mengandung etil alkohol ilegal.
Intensifikasi pendapatan cukai melalui penyesuaian tarif cukai dengan memerhatikan kesejahteraan petani tembakau dan keberlangsungan industri rokok.
Kebijakan Yang Akan Ditempuh
Bagian II
Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN Tahun 2016
dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017 ― 2019