• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAPBN Tahun 2016

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 50-55)

PENDAHULUAN 1.1 Umum

1.2 Tantangan dan Sasaran Pokok Kebijakan Fiskal

1.2.1 RAPBN Tahun 2016

Dengan memerhatikan berbagai tantangan dalam perekonomian yang diperkirakan terjadi, maka tahun 2016 merupakan momentum untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam

menghadapi tantangan-tantangan dalam pelaksanaan kebijakan iskal dan penganggaran. Permasalahan keterbatasan ruang iskal yang disebabkan oleh tingginya proporsi belanja negara

yang dialokasikan untuk belanja yang sifatnya wajib (mandatory spending), memerlukan

upaya-upaya riil eisiensi belanja negara dengan tanpa mengganggu capaian sasaran prioritas

pembangunan. Selain itu, Pemerintah juga harus melakukan optimalisasi pendapatan negara

untuk tetap menjaga kesinambungan iskal, serta memberikan ruang gerak yang lebih leluasa

agar Pemerintah bisa melakukan intervensi dalam menghadapi tantangan pembangunan. Sementara itu, permasalahan penyerapan anggaran yang belum optimal dan pola penyerapan anggaran yang menumpuk pada akhir tahun, akan diminimalkan oleh Pemerintah melalui pengembangan sistem penganggaran terintegrasi, dimulai dari proses pengalokasian hingga pencairan yang diharapkan dapat menyederhanakan proses bisnis, serta dengan melakukan proses penyerahan dokumen anggaran sebelum dimulainya tahun anggaran. Proses pelaksanaan kegiatan juga akan didorong agar lebih cepat, melalui perbaikan aturan proses lelang yang memungkinkan pelaksanaan penyiapan lelang dilakukan pada tahun sebelumnya dan penandatanganan kontrak dilakukan setelah pengesahan DIPA, sehingga kegiatan sudah dapat dilakukan pada awal tahun.

Upaya-upaya untuk mewujudkan kondisi iskal yang sehat dan berkelanjutan terus dilaksanakan

melalui peningkatan produktivitas APBN, penciptaan iklim investasi yang kondusif namun juga ramah terhadap lingkungan, penguatan iscal buffer, serta pengelolaan keuangan negara yang

leksibel dan bijaksana. Sama pentingnya dengan hal tersebut adalah perumusan kebijakan iskal senantiasa mempertimbangkan harmonisasi dan keseimbangan antara upaya pemenuhan

pelayanan publik, percepatan pencapaian target-target pembangunan nasional, dan peningkatan perlindungan sosial.

Bagian II Bab 1: Pendahuluan

Arah kebijakan iskal dalam tahun 2016 tersebut, selanjutnya akan dituangkan ke dalam

kebijakan dan alokasi RAPBN tahun 2016, baik dari sisi pendapatan, belanja, maupun pembiayaan, dengan memperhitungkan perkiraan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2016. Dengan memerhatikan perkembangan perekonomian global dan kinerja perekonomian domestik terkini serta perkiraan realisasi tahun 2015, maka asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi dasar perhitungan besaran-besaran RAPBN tahun 2016 adalah sebagai berikut. Pertama,

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diharapkan mencapai sekitar 5,5 persen. Kedua, inlasi

pada tahun 2016 dijaga pada kisaran 4,7 persen. Ketiga, rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak relatif stabil pada level sekitar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat. Keempat, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan diperkirakan pada tingkat 5,5 persen. Kelima, harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar 60 dolar Amerika Serikat per barel. Keenam, lifting minyak mentah sekitar 830 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1.155 ribu barel setara minyak per hari.

Selanjutnya, arah kebijakan dalam RAPBN tahun 2016 dapat dikelompokkan dalam pokok-pokok kebijakan pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran. Pertama, pokok-pokok kebijakan dalam bidang pendapatan negara adalah: (1) kebijakan perpajakan diarahkan untuk optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa mengganggu iklim investasi dunia usaha; (2) kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan tetap mempertahankan daya beli masyarakat, meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri nasional; (3) kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk mengendalikan konsumsi barang kena cukai; (4) peningkatan lifting minyak mentah dan gas yang bersumber dari optimalisasi sumber migas yang sudah ada dan peningkatan investasi di lapangan baru; (5) penyesuaian target dividen Pemerintah atas laba BUMN sektor perminyakan, pertambangan, dan perkebunan sesuai dengan kondisi ekonomi makro terkini; (6) perbaikan pengawasan pengelolaan sumberdaya alam termasuk mineral dan batubara, perikanan, dan kehutanan; dan (7) penyesuaian tarif pengenaan PNBP secara berkala (revisi PP tarif dan jenis PNBP).

Kedua, pada sisi belanja negara, pokok-pokok kebijakan pada tahun 2016 diarahkan agar belanja negara semakin efisien, produktif, dan berkualitas, serta melakukan penguatan

pelaksanaan desentralisasi iskal. Kebijakan-kebijakan utama akan ditempuh sebagai berikut:

(1) meningkatkan belanja infrastruktur untuk memperkuat konektivitas nasional, mendukung sektor kemaritiman dan kelautan, menuju tercapainya kedaulatan pangan, kedaulatan energi

dan ketenagalistrikan serta peningkatan industri dan pariwisata; (2) meningkatkan eisiensi

belanja negara antara lain melalui pengendalian belanja operasional, dan penajaman belanja nonoperasional; (3) mendukung pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan

pelayanan publik dan eisiensi birokrasi, termasuk melalui peningkatan kesejahteraan aparatur;

(4) mendukung stabilitas pertahanan dan keamanan nasional serta ketertiban umum melalui kepastian dan penegakan hukum, menjaga stabilitas politik dan demokrasi; (5) mendukung pengurangan kesenjangan antarkelompok pendapatan dan antarwilayah, antara lain melalui dukungan pembangunan di daerah perbatasan, perdesaan, pinggiran, pusat pertumbuhan di kawasan timur dan di luar Jawa. Selain itu juga melalui upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin melalui program bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat; (6) meningkatkan efektivitas pelayanan dan keberlanjutan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di bidang kesehatan (baik dari sisi

demand maupun supply) dan ketenagakerjaan, termasuk perbaikan kebijakan dan regulasinya; (7) memenuhi amanat UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan untuk mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk mendukung pembangunan dan pelayanan di bidang kesehatan;

(8) menerapkan kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan dan penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah dimulai tahun 2015; (9) menyediakan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR); dan

(10) antisipasi ketidakpastian antara lain dengan menyediakan cadangan risiko iskal.

Di samping memperkuat belanja Pemerintah Pusat, dalam tahun 2016 juga akan ditempuh

kebijakan-kebijakan untuk memperkuat dan menyelaraskan desentralisasi iskal dengan:

(1) meningkatkan alokasi transfer ke daerah dan dana desa sehingga lebih besar daripada alokasi Belanja K/L; (2) meningkatkan dana transfer khusus (dh. DAK) dan dana insentif daerah (DID) termasuk dengan mengalihkan alokasi dana dekonsentrasi/tugas pembantuan di K/L ke dana transfer khusus; dan (3) pemenuhan secara bertahap alokasi dana desa sesuai amanat UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

Mengacu pada UU No.6 tahun 2014 tentang Dana Desa, serta sesuai dengan konsep Nawa Cita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, maka pengalokasian dan pemanfaatan Dana Desa akan difokuskan untuk mengurangi kesenjangan antara desa-kota dan mendorong kemandirian desa. Untuk mencapai hal tersebut, maka alokasi Dana Desa tahun 2016 mengacu pada “Road Map”

Dana Desa 2015-2019 yang dituangkan dalam PP No. 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang menggariskan pemenuhan secara bertahap sehingga dana desa mencapai 10 persen dari dan di luar transfer ke daerah pada tahun 2017. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tahun 2016 dana desa direncanakan sebesar 6,4 persen dari dan di luar transfer ke daerah. Dana desa tersebut merupakan bagian pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat, dengan terus mendorong pengelolaan dana desa secara tertib, taat pada ketentuan peraturan

perundang-undangan, transparan, akuntabel, eisien, efektif, dan bertanggung jawab.

Ketiga, sejalan dengan rencana kebijakan pendapatan negara dan belanja negara pada tahun 2016 tersebut, arah kebijakan pembiayaan anggaran tahun 2016 adalah: (1) menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan, antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman; (2) mengendalikan rasio utang Pemerintah dalam batas yang aman; (3) membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel; (4) mengoptimalkan dana kelola BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan, termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah, dan pendidikan; (5) memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) untuk mendukung pembangunan infrastruktur; (6) memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur; serta (7) mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi MBR.

Sejalan dengan perkembangan berbagai kondisi tersebut, baik ekonomi makro domestik dan internasional, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, berbagai target pembangunan, maupun berbagai tantangan yang mungkin dihadapi, maka secara ringkas besaran RAPBN tahun 2016, adalah sebagai berikut: target pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.848.107,2 miliar dan pagu belanja negara direncanakan mencapai Rp2.121.286,1 miliar. Dengan demikian,

RAPBN tahun 2016 akan mengalami deisit anggaran sebesar Rp273.178,9 miliar atau sekitar 2,1

persen terhadap PDB, yang akan dibiayai dengan pembiayaan dalam negeri sebesar Rp271.980,3 miliar dan pembiayaan luar negeri sebesar Rp1.198,6 miliar.

Bagian II Bab 1: Pendahuluan

1.2.2 RAPBN Jangka Menengah Periode 2017-2019

Selanjutnya, sebagaimana amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, serta

untuk mengukur kemampuan iskal dalam jangka menengah, maka dilakukan pula penyusunan

proyeksi APBN jangka menengah, baik kebijakan maupun besarannya. Penyusunan kerangka APBN jangka menengah tersebut dilakukan dengan mengacu dan mengantisipasi perkembangan dan perkiraan kinerja perekonomian dunia dan domestik, khususnya perkiraan indikator ekonomi yang digunakan sebagai asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN. Selain itu, APBN jangka menengah juga harus memperhitungkan berbagai kebutuhan, tantangan, dan permasalahan pembangunan ekonomi dan sosial yang akan dihadapi dalam jangka menengah ke depan. Sesuai visi dan misi pembangunan nasional dalam RPJPN dan RPJMN, kebijakan dan besaran APBN jangka menengah disusun untuk mendukung pencapaian target-target pembangunan nasional yang telah ditetapkan.

Tantangan pembangunan nasional dalam jangka menengah di bidang perekonomian diperkirakan masih terkait dengan persoalan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan teknologi. Selain itu, risiko pasar keuangan dalam negeri, ketidakseimbangan neraca pembayaran, serta peningkatan daya saing ekonomi merupakan tantangan pada sisi internal. Tantangan lain dari sisi internal adalah menjaga keseimbangan pembangunan antardaerah, baik secara vertikal maupun secara horizontal, termasuk pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa.

Sementara itu, tantangan lingkungan perekonomian global dalam jangka menengah antara lain risiko gejolak harga komoditas di pasar global, pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); dan pelaksanaan agenda pembangunan global pasca-2015. Dalam menghadapi tantangan tersebut, serta memerhatikan perkiraan kinerja perekonomian dunia dan domestik, maka APBN dalam jangka menengah diharapkan tetap menjalankan peran sebagai instrumen kebijakan

iskal utama untuk melakukan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam hal ini,

APBN jangka menengah diharapkan dapat berperan dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional sekaligus meningkatkan daya dorong bagi perekonomian nasional.

Oleh karena itu, strategi kebijakan iskal dalam jangka menengah diarahkan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong strategi industrialisasi

dalam rangka transformasi ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan iskal melalui peningkatan pendapatan negara pada satu sisi, serta peningkatan eisiensi dan produktivitas belanja negara pada sisi lainnya. Dengan demikian, deisit anggaran dalam jangka menengah

dapat terkendali, sehingga rasio utang pemerintah terhadap PDB juga dapat terkendali dan

dapat memperkuat kemandirian pembiayaan pembangunan. Kebijakan iskal ekspansi dan stimulus iskal untuk mendorong perekonomian juga harus tetap diimbangi dengan pengelolaan

kebijakan yang hati-hati dan meminimalkan risiko untuk tetap memberikan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.

Untuk mencapai arah dan sasaran kebijakan jangka menengah tersebut, kebijakan pendapatan negara dalam jangka menengah diarahkan pada upaya optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi dan keberlanjutan dunia usaha. Upaya untuk meningkatkan rasio pendapatan perpajakan terhadap PDB (tax ratio), akan terus dilakukan Pemerintah utamanya melalui perluasan basis pajak dan perbaikan administrasi perpajakan, sehingga pendapatan perpajakan secara nominal diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan alaminya. Sementara itu, PNBP sebagai salah satu sumber pendapatan negara juga diharapkan terus mengalami peningkatan, termasuk upaya untuk menggali sumber-sumber pendapatan

bukan pajak yang lain. Berbagai upaya optimalisasi sumber-sumber pendapatan dalam negeri tersebut dilakukan untuk mewujudkan kemandirian bangsa sesuai dengan visi Trisakti. Selain itu, kemampuan melakukan mobilisasi sumber-sumber pendapatan yang optimal juga akan

memperbesar kapasitas iskal dalam jangka menengah, sehingga memberikan ruang gerak yang

lebih luas kepada Pemerintah untuk menjalankan pembangunan.

Sementara itu, kebijakan belanja negara jangka menengah yang akan ditempuh difokuskan pada

upaya untuk meningkatan kualitas belanja negara agar lebih produktif, eisien, dan responsif,

sehingga secara efektif mendukung pencapaian target-target pembangunan secara optimal. Belanja negara dalam jangka menengah akan diarahkan untuk pembangunan sarana-prasarana produktif, seperti infrastruktur perhubungan, ketahanan pangan, dan energi. Selain itu, untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan antarpendapatan, maka Pemerintah akan melanjutkan dan memperluas program-program perlindungan sosial, termasuk dalam bentuk layanan kesehatan, pendidikan, dan program perlindungan sosial lainnya. Belanja negara juga ditujukan untuk memastikan pelayanan publik yang disediakan Pemerintah tetap terjaga kualitasnya sesuai standar pelayanan minimum, sehingga pelaksanaan reformasi birokrasi terus akan ditingkatkan. Selain itu, belanja negara dalam jangka menengah juga harus mempunyai kemampuan adaptasi dan meredam gejolak perekonomian. Sejalan dengan tujuan tersebut, untuk menjalankan fungsi stabilisasi, maka kebijakan belanja negara dalam jangka menengah juga akan diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui stabilisasi harga-harga komoditas pokok, dan mendorong stabilitas nasional melalui dukungan di bidang pertahanan dan keamanan. Kebijakan transfer ke daerah difokuskan untuk mendorong pengurangan kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah dan antardaerah, serta penguatan kemandirian daerah. Selain itu, ke depan kebijakan transfer ke daerah akan lebih dioptimalkan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berasal dari daerah dan pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.

Dengan strategi jangka menengah yang diarahkan untuk peningkatan pendapatan negara dan

kualitas belanja negara, maka diharapkan kinerja keseimbangan primer dan deisit anggaran

mengalami perbaikan. Keseimbangan primer diharapkan akan membaik dan menjadi positif

pada tahun 2019, sementara deisit anggaran akan dijaga dalam batas aman sebagaimana

diamanatkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selanjutnya, secara ringkas mengenai Proyeksi Kerangka Fiskal Jangka Menengah 2017 – 2019 disajikan dalam Tabel II.1.1.

Lebih lanjut mengenai uraian secara mendetail mengenai postur RAPBN tahun 2016 dan RAPBN Jangka Menengah 2017-2019 disajikan pada bab-bab berikutnya.

2017 2018 2019

1. Pendapatan Negara dan Hibah (%) 14,9 15,3 15,7

2. Belanja Negara (%) 16,7 16,9 16,9

3. Keseimbangan Primer (%) (0,4) (0,2) 0,2

4. Surplus/Defisit Anggaran (%) (1,8) (1,5) (1,2)

5. Pembiayaan Anggaran (%) 1,8 1,5 1,2

Su m ber: Kem enterian Keu angan

TABEL II.1.1

No. Uraian Tahun

PROYEKSI KERANGKA FISKAL JANGKA MENENGAH, 2017-2019

Bab 2: Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN Tahun 2016 dan

Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

BAB 2

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO RAPBN TAHUN

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 50-55)