• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 67-70)

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO RAPBN TAHUN 2016 DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE

2.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat

2.3.1 Ketenagakerjaan

Sebagaimana tertuang dalam RKP tahun 2016, sasaran kuantitatif bidang ketenagakerjaan adalah penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi sebesar 5,2-5,5 persen.

Sedangkan sasaran utama di bidang ketenagakerjaan adalah peningkatan eisiensi pasar tenaga

kerja yang merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan investasi produktif. Sasaran

utama dalam meningkatkan eisiensi pasar tenaga kerja antara lain: (1) peningkatan jumlah

pekerja formal; (2) peningkatan perlindungan bagi pekerja rentan terhadap goncangan ekonomi; (3) peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan wirausaha baru yang berdaya saing yang ditandai dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja dan wirausaha yang mendapatkan

sertiikasi; (4) peningkatan keterampilan masyarakat rentan yang ditandai dengan meningkatnya

akses masyarakat rentan untuk mendapatkan keterampilan praktis; ( 5 ) p e n i n g k a t a n h u b u n g a n industrial yang harmonis antara serikat pekerja dan pengusaha; (6) tersedianya infrastruktur pelayanan informasi pasar tenaga kerja yang efektif mengacu kepada praktik terbaik internasional; dan (7) peningkatan pemahaman pekerja dan pemberi kerja atas prinsip kesempatan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan.

Untuk mendukung pencapaian TPT 2016 tersebut, arah kebijakan dan strategi di bidang ketenagakerjaan ditetapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) memperkuat daya saing tenaga kerja dalam memasuki pasar tenaga kerja secara global; (2) memperluas akses

5,8 5,5 5,5 5,2 5 5,5 6 6,5 7

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu APBNP RAPBN

2011 2012 2013 2014 2015 2016 p e r s e n GRAFIK II.2.9

PERKEMBANGAN DAN TARGET TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

2011-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik

2015 Feb 15,81

angkatan kerja kepada sumber daya produktif, yang utamanya ditujukan kepada pekerja rentan, pencari kerja, tenaga kerja muda, dan setengah penganggur; (3) mendukung penciptaan iklim investasi yang mendorong penciptaan kesempatan kerja yang layak; dan (4) meningkatkan kualitas pekerja melalui pengembalian pekerja anak ke dalam sistem pendidikan.

Pemerintah menyadari bahwa terdapat sejumlah tantangan dalam menurunkan TPT. Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi belum mampu menyerap tenaga kerja secara optimal. Perlambatan ekonomi menurunkan daya serap tenaga kerja di sektor produktif, memperlambat penciptaan lapangan pekerjaan yang disebabkan oleh iklim investasi yang belum kondusif, dan pelemahan ekspor nonmigas disertai tuntutan kenaikan upah yang tinggi akan mempersulit upaya mempertahankan pekerja yang sudah bekerja. Selama periode 2011-2013, penciptaan lapangan kerja mengalami penurunan dibandingkan periode 2007-2010. Namun pada tahun 2014, lapangan pekerjaan kembali meningkat. Dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah, diharapkan penyerapan tenaga kerja akan dapat ditingkatkan sehingga sasaran penurunan TPT tahun 2016 dapat dicapai.

2.3.2 Kemiskinan

Pemerintah telah menetapkan sasaran angka kemiskinan pada tahun 2016 sebesar 9,0-10,0 persen. Arah kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan adalah membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuh menghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas, penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif, pengembangan penghidupan berkelanjutan, serta perluasan dan peningkatan pelayanan dasar. Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut, strategi di bidang kemiskinan yang akan dilakukan oleh Pemerintah pada tahun 2016 antara lain: (1) meningkatkan akses penduduk miskin terhadap lapangan kerja yang berkualitas melalui penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan untuk mendorong tumbuhnya industri padat karya, penyediaan fasilitas informasi pasar kerja di daerah-daerah terutama daerah kantong pengangguran, peningkatan akses kepada kegiatan ekonomi produktif yang berkelanjutan, peningkatan pembangunan infrastruktur pedesaan, pengembangan lembaga pelatihan di daerah

sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal, pelatihan ketrampilan dan sertiikasi kompetensi,

pembangunan perumahan untuk buruh terutama di kawasan industri; (2) menyelenggarakan perlindungan sosial yang komprehensif melalui pengembangan dan perluasan cakupan skema uang elektronik (UNIK) untuk penyaluran bantuan sosial, peningkatan komplementaritas bantuan tunai bersyarat dan lainnya, pengembangan sistem layanan dan rujukan terpadu bagi penduduk miskin dan rentan (Pusat Kesejahteraan Sosial dan Desa Sejahtera Mandiri), perluasan akses terhadap pengembangan usaha

bersama, pelaksanaan rencana aksi nasional hak asasi manusia bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia, perluasan cakupan dan paket manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan jaminan ketenagakerjaan bagi penduduk rentan dan pekerja i n f o r m a l , p e n g u a t a n p e r a n kelembagaan sosial, penguatan penyaluran program raskin dengan perbaikan pada kualitas beras,

10,5 10,0 9,5 9 8 9 10 11 12 13

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep APBNP RAPBN

2011 2012 2013 2014 2015 2016 p e r s e n GRAFIK II.2.10

PERKEMBANGAN DAN TARGET ANGKA KEMISKINAN 2011-2016

Bab 2: Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN Tahun 2016 dan

Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

skema penyaluran, dan menggunakan basis data terpadu yang telah dimutakhirkan; (3) mengarusutamakan pengembangan penghidupan berkelanjutan melalui pengarusutamaan berbagai sektor dan pengembangan potensi lokal, pembinaan dan pendampingan yang intensif, pengembangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM), penguatan kapasitas masyarakat miskin untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya dan kelembagaan sosial-ekonomi lokal; dan (4) menyempurnakan efektivitas perluasan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan melalui penguatan koordinasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah, pengembangan insentif kinerja bagi pemerintah daerah untuk

meningkatkan akses dan kualitas pelayanan dasar, pengembangan sistem data real time dan

terpadu untuk mendukung identiikasi dan target.

Di samping strategi tersebut, di tahun 2016 Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan yang sudah berjalan seperti raskin, akses kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), akses pendidikan (Kartu Indonesia Pintar), dan pemberian uang tunai bersyarat.

Pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan memiliki sejumlah tantangan. Pertama, tingkat kemiskinan di provinsi dan kabupaten/kota di atas rata-rata nasional dimana tingkat

pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar cukup rendah. Kondisi geograis tidak sama antar

wilayah sehingga mempersulit akses penduduk miskin terhadap fasilitas layanan pendidikan

dan kesehatan. Kedua, perbedaan sensitivitas terhadap inlasi dimana kelompok rumah tangga miskin sangat terpengaruh oleh inlasi dan kondisi perekonomian. Ketiga, memperluas

cakupan dan meningkatkan efektivitas program-program kemiskinan. Dengan tantangan tersebut, Pemerintah membutuhkan strategi untuk mengatasi variasi antarwilayah, memantau perkembangan harga bahan makanan dan menjaga ketersediaan bahan pokok, mengembangkan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah kantong-kantong kemiskinan, dan melakukan pemutakhiran basis data terpadu (BDT) untuk meningkatkan ketepatan sasaran dan

lokasi penerima. Dengan berbagai kebijakan airmatif dan strategi yang dilakukan, Pemerintah

berharap sasaran angka kemiskinan tahun 2016 dapat tercapai.

2.3.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Lainnya

Tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari sisi pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pemerataan hasil-hasil pembangunan nasional. Pemenuhan hak-hak dasar dapat dilihat dari seberapa besar akses masyarakat terhadap kesehatan, pendidikan, dan perumahan, serta ketersediaan infrastruktur dasar seperti jalan, energi, listrik, dan sumber daya air. Sementara itu, pemerataan hasil pembangunan nasional dapat dilihat dari seberapa besar ketimpangan yang terjadi, baik ketimpangan distribusi pendapatan maupun ketimpangan antarwilayah. Di bidang pendidikan, Pemerintah berupaya untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk dengan meningkatkan partisipasi pendidikan di seluruh jenjang. Dengan Program Indonesia Pintar melalui Wajib Belajar 12 Tahun, SDM yang diciptakan akan semakin berkualitas, memiliki taraf pendidikan tinggi, berkarakter, menguasai iptek, terampil, dan berdaya saing. Selain itu, peningkatan kualitas pendidikan juga didukung oleh peningkatan kapasitas guru, serta peningkatan daya saing pendidikan tinggi melalui penelitian dan pengembangan yang berorientasi kepada kebutuhan industri dan pembangunan daerah.

Di bidang kesehatan, sasaran Pemerintah adalah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan, baik pada tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut, arah kebijakan dan strategi yang dilakukan di antaranya melalui akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan di seluruh siklus kehidupan,

mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan melalui surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit, serta memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan memperluas kepesertaan KIS terutama peningkatan penerima bantuan iuran (PBI).

Di bidang perumahan, Pemerintah juga menentukan sasaran untuk meningkatkan akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terhadap hunian layak, meningkatkan kualitas permukiman kumuh perkotaan agar kondisi kumuh berkurang, meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung, serta meningkatkan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan.

Manfaat dari pemerataan hasil-hasil pembangunan tercermin dari meningkatnya konsumsi per kapita penduduk. Saat ini konsumsi per kapita penduduk sebesar Rp843.736 per September 2014. Namun demikian, berdasarkan data Susenas, konsumsi per kapita penduduk 40 persen terbawah tumbuh sangat rendah sementara penduduk 20 persen terkaya mencatat pertumbuhan konsumsi yang meningkat pesat. Ketimpangan tidak hanya terjadi antarkelompok pendapatan, melainkan juga pada antarregional. Pada tahun 2013, hampir seluruh provinsi di Pulau Sulawesi dan Papua memiliki rasio Gini di atas 0,4. Kondisi ini sangat berbeda dengan seluruh provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang memiliki rasio Gini di bawah 0,4. Oleh karena itu, Pemerintah memiliki tantangan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk berpenghasilan 40 persen terbawah lebih cepat dibandingkan kelompok 40 persen menengah dan 20 persen teratas. Upaya yang dilakukan Pemerintah untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memastikan bahwa penduduk miskin dan rentan memperoleh perlindungan sosial agar dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga. Upaya ini didukung melalui penguatan kerangka regulasi dan mekanisme yang jelas, serta penguatan kerangka kelembagaan seperti Tim Koordinasi Penanganan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dan pendampingan. Dengan demikian, upaya ini diharapkan mampu menurunkan rasio Gini pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,39.

2.4 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka

Dalam dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanj (Halaman 67-70)