• Tidak ada hasil yang ditemukan

(ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PADA BIDANG

PENDIDIKAN MENURUT UU No. 6 TAHUN 2014

Parlaungan Gabriel Siahaan

Universitas Negeri Medan, unimedsiahaan75@gmail.com Abstrak

Pengelolaan APBDes yang dilakukan oleh aparatur pemerintah desa masih perlu pengawasan dari pemerintah pusat dan daerah, sebab masih banyak aparatur pemerintah desa yang tidak memahami perencanaan dalam penggunaan anggaran desa (APBDes) yang sudah dikucurkan oleh pemerintah pusat. Masih ditemukannya program yang tidak terarah dalam penggunaan anggaran desa (APBDes) yang sudah dikucurkan, sehingga belum menyentuh kepada kepentingan masyarakat desa yang sangat dibutuhkan. Melihat dari kompentensi Kepala Desa dalam menyusun program-program pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, khususnya dalam peningkatan pendidikan di desa tersebut masih jauh dari harapan masyarakat desa. Kondisi sekolah- sekolah ditingkat SD (Sekolah Dasar) menjadi perhatian yang sangat serius dengan masih banyak kerusakan sarana dan prasarana. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris. Teknik yang digunakan melalui observasi dan penelitian kepustakaan (library research). Pihak aparatur pemerintah desa tidak serius dalam menyelesaikan masalah sarana dan prasarana di sekolah terutama pada tingkat sekolah dasar (SD) dan mencari kesalahan dengan tidak ada komunikasi dengan pihak Kecamatan dalam melakukan penyelesaian kerusakan sarana dan prasarana di sekolah. Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) tidak sedikit yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat melalui pemerintah Kabupaten untuk digunakan demi kesejahteraan masyarakat desa.

Kata Kunci: anggaran, pembangunan, sarana dan prasarana, desa,

masyarakat.

PENDAHULUAN

Desa merupakan suatu organisasi komunitas lokal yang memiliki batas- batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk serta memiliki adat istiadat dalam mengelola urusan rumah tangganya sendiri. Pemberian otonomi daerah diatur dalam pasal 18 UUD NRI 1945 mengatakan “pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undang-undang”. Aparatur pemerintah desa merupakan yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa,

42|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini merupakan salah satu tugas pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan di desa.

Bila dilihat pada pasal 78 (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan mengenai tujuan pembangunan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta kualitas taraf hidup manusia dan penanggulangan kemiskinan dengan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana di desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta melakukan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan dengan secara berkelanjutan. Pembangunan wilayah pedesaan tidak terlepas dari peran serta masyarakat desa yang ditopang dengan tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Melalui pembangunan wilayah pedesaan diharapkan mampu mendorong tingkat taraf hidup masyarakat desa karena merupakan salah satu tugas pokok dari Kepala Desa sebagai pemimpin masyarakat desa, dimana mampu memberikan suatu pelayanan yang maksimal dengan melihat sesuai kebutuhan masyarakat desa tersebut.

Dalam pelaksanaan tugas Kepala Desa harus bertanggungjawab dalam melakukan pengelolaan anggaran desa melalui Anggaran Pendapatan Belanja Desa atau disebut APBDes. Anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) adalah suatu perencanaan keuangan tahunan melalui program pembangunan yang dilakukan oleh Kepala Desa. Berdasarkan pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan bahwa keuangan desa merupakan semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.

Keuangan desa dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu pendapatan desa dan belanja desa. Dalam pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan pendapatan desa bersumber dari: (1) Pendapatan asli desa yang terdiri dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong-royong dan lain-lain pendapatan desa, (2) Alokasi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), (3) Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, (4) Bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|43

anggaran pendapatan serta belanja Kabupaten/Kota, (5) Hibah atau sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, (6) Lain-lain pendapatan desa yang sah.

Sehubungan dengan belanja desa pada pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa “Belanja desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan prioritas pemerintah daerah Kabupaten/Kota, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah”. Kebutuhan pembangunan dalam hal ini adalah tidak terbatas pada kebutuhan primer saja tetapi menyangkut pelayanan dasar lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.

Kewenangan yang dimiliki oleh Kepala Desa berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa yang berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa.

Kompetensi Kepala Desa dalam melakukan pengelolaan anggaran desa dan perencanaan pembangunan desa setelah mendapatkan persetujuan melalui rapat BPD (Badan Perwakilan Desa). Hal ini sudah sesuai dengan pasal 18 Undang-Undang Desa dengan diberikan kewenangan yang besar kepada Kepala Desa. Melihat kenyataan saat ini, pengelolaan anggaran desa melalui APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) masih menjadi perhatian yang serius karena belum menyentuh pada kebutuhan yang sangat penting. Perencanaan pengelolaan dana desa masih mendominasi pada kebutuhan sarana perbaikan jalan dan pengairan bagi pertanian. Anggaran desa yang digelontorkan tidak sedikit hampir mencapai kurang lebih Rp 800.000.000,- setiap tahunnya dengan dua tahap dalam penyaluran anggaran desa bagi setiap desa. Permasalahan yang dihadapi adalah kompetensi Kepala Desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa yang masih minim dan ditambah tingkat pengetahuan seorang Kepala Desa diberbagai wilayah Republik Indonesia mengenai manajemen pengelolaan keuangan negara masih rendah. Kurangnya pemahaman Kepala Desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa akan berdampak pada tindakan penyelewengan keuangan negara serta tidak memahami penyusunan perencanaan

44|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

pengelolaan keuangan. Penggunaan anggaran desa masih dilakukan hanya pada sektor tertentu saja, sedangkan pada sektor yang lain masih terabaikan meskipun anggaran yang disediakan hanya sedikit nilai jumlahnya. Kondisi ini masih sering terjadi di wilayah pedesaan tanpa memperhatikan kebutuhan yang paling penting bagi masyarakat desa.

Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan Kepala Desa masih menjadi perhatian yang besar karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh BPD (Badan Perwakilan Desa) dan ditambah juga kurangnya pemahaman para anggota BPD dalam pengelolaan anggaran desa pada program pembangunan masyarakat desa. Ditambah dengan rendahnya pemahaman dari kompetensi Kepala Desa dalam menyusun rancangan peraturan desa (Ranperdes) dalam penetapan program pembangunan dan pengelolaan anggaran desa melalui APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Bahkan laporan pertanggungjawaban dalam penggunaan anggaran desa melalui APBDes masih belum tranparan selama menjabat sebagai Kepala Desa dalam satu periode. Kepala Desa masih secara masif belum memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat. Apabila kita perhatikan pada pasal 82 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan bahwa masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa. Hal ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius dan perlu menjadi bahan evaluasi yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Pembangunan suatu wilayah pedesaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ditopang dengan peningkatan pendidikan sumber daya manusia (SDM) dari masyarakat desa tersebut. Perubahan pola berfikir masyarakat desa dari cara berfikir yang tradisional ke arah cara berfikir modern merupakan hasil dari peningkatan pendidikan di masyarakat desa tersebut. Sarana pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah desa dengan mengalokasikan anggaran desa melalui APBDes dengan jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, masih cenderung anggaran yang dialokasikan untuk

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|45

perbaikan sarana pendidikan (sekolah) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah anggaran yang dialokasikan pada sektor-sektor tertentu.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah Kepala Desa mampu melakukan pengelolaan anggaran desa melalui APBDes dengan cara transparan sehingga masyarakat desa dapat mengetahui program pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, khususnya dibidang pendidikan?. Adapun tujuan dalam penelitian adalah: (1) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman Kepala Desa dalam mengalokasikan anggaran desa dibidang pendidikan, (2) Untuk mengetahui belum terwujudnya pengalokasian anggaran dibidang pendidikan yang masih sedikit. Adapun manfaat dari penelitian ini dilakukan yaitu: (1) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai masukan agar pemerintah lebih memperhatikan dan melakukan pengawasan (monitoring) terhadap pengelolaan anggaran desa melalui APBDes secara transparan dan akuntabilitas, (2) Bagi Kepala Desa, untuk dijadikan sebagai pedoman dan pengetahuan dalam penyusunan pengelolaan anggaran desa melalui APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) serta perencanaan pembangunan secara berimbang pada semua sektor pembangunan.

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris melalui observasi dan penelitian kepustakaan (library research).

PEMBAHASAN

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan “desa merupakan desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Setiap desa memiliki suatu adat-istiadat yang berbeda-beda yang tidak dapat dipisahkan dari kepentingan masyarakat desa dimana terdapat hak tradisional (kebiasaan) dan harus dihormati.

46|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Widjaja dalam Matondang (2013:4) memberikan penjelasan mengenai konsep desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki susunan yang asli, maksudnya adalah bahwa desa mempunyai otonom yang asli berdasarkan asal-usul daerah sebagai penghargaan dan dihormati untuk penyelenggaraan pemerintahan desa.

Desa merupakan wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup bergotong-royong, memiliki adat-istiadat yang sama, serta memiliki tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan masyarakatnya. Salah satu wewenang yang ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah pembangunan desa. Menurut pendapat Solekhan (2014:52) mengatakan “sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa, pemerintah desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Karena itu jika dilihat dari segi fungsi, maka pemerintah desa memiliki fungsi: (1) menyelenggarakan urusan rumah tangga desa, (2) melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, (3) melaksanakan pembinaan perekonomian desa, (4) melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat, (5) melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat, (6) melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan dan lain sebagainya”. Aparatur pemerintahan tentu harus dekat dengan masyarakat akan mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat serta masalah apa yang mereka hadapi. Hal tersebut dijelaskan Nurcholis (2007:236) menyatakan “pemerintahan desa merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas pokok: (1) menjalankan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan masyarakat; (2) menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah provinsi maupun kabupaten”. Kewenangan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum mengatur dan mengurus segala kepentingan masyarakat sendiri dalam rangka mencapai kesejahteraan yang disebut dengan otonomi desa. Pemerintah desa (Kepala Desa) diharapkan harus fokus dalam peningkatan

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|47

kesejahteraan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan pendapat Soemantri (2011:7) menjelaskan bahwa Kepala Desa memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dan kerja sama antar desa, urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan pra-sarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa dan urusan kemasyarakatan, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan serta adat-istiadat. Dari penjelasan tersebut dimana Kepala Desa dalam melaksanakan program pembangunan masyarakat desa bukan hanya berdasarkan pada sektor tertentu saja dalam pengalokasian anggaran desa melalui APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) dalam setiap tahunnya.

Widjadja (2008:137) menjelaskan “pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh bendaharawan desa yang diangkat oleh Kepala Desa setelah mendapatkan persetujuan dari Badan Perwakilan Desa (BPD)”. Penggunaan atau pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa (disingkat dengan APBDes) meliputi anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran. Dalam pengelolaan anggaran desa harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa kepada Badan Perwakilan Desa (BPD) selama paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Selanjutnya menurut Thomas (2013:56) menyatakan bahwa alokasi dana desa yang disebut dengan istilah ADD merupakan alokasi khusus desa yang dialikasikan oleh pemerintah pusat melalui pemerintah daerah yaitu Kabupaten/Kota. Tujuan dari pada pengalokasiaan dana desa adalah untuk mempercepat program pembangunan tingkat desa baik pembangunan fisik berupa sarana dan pra-sarana maupun sumber daya manusia. Artinya bahwa program pembangunan di wilayah pedesaan bukan hanya pada pelaksanaan beberapa sektor atau sektor tertentu saja pada setiap tahun, tetapi juga harus seluruh sektor program pembangunan masyarakat desa. Anggaran (biaya) dalam penyusunan program pembangunan harus berimbang pada setiap sektor, terutama di bidang

48|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipandang sebelah mata karena menjadi tolak ukur dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) agar dapat menciptakan suatu wilayah pedesaan yang maju dalam setiap sektor pembangunan. Dijelaskan kembali menurut Supriadi (2015:337) mengatakan “kewenangan pengelolaan keuangan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 75 ayat 1 Undang-Undang tentang desa, bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan desa. Dalam melaksanakan kekuasaannya Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa. Dalam rangka melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, dibentuklah Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai suatu lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kompetensi dari pada anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) masih diragukan dalam melakukan aspirasi masyarakat desa untuk disampaikan kepada Kepala Desa dalam pengelolaan anggaran desa melalui APBDes, ditambah kurangnya pemahaman dari anggota BPD fungsi pengawasan dalam penggunaan anggaran desa terhadap pelaksanaan setiap program pembangunan pemberdayaan masyarakat desa.

Lebih lanjut Purwanto (2014:66) menjelaskan bahwa “pendidikan membimbing rakyat supaya mempergunakan keahliannya untuk kesejahteraan diri dan orang lain mengasuh warga agar potensinya dapat dikembangkan terus, memberi bantuan kepada rakyat untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai kehidupan Pancasila”. Tujuan pendidikan adalah gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pentingnya pendidikan disebabkan pendidikan merupakan suatu barometer untuk mengukur apakah bangsa itu maju atau mundur dengan melihat tingkat kemajuan dari pendidikannya. Tambak (2013:4) menyatakan pemberian otonomi pendidikan di daerah memiliki nilai strategis bagi daerah untuk berkompetensi dalam memajukan daerah masing-masing, terutama dari aspek kualitas sumber daya manusia (SDM). Masyarakat desa memiliki kontribusi dalam meningkatkan pendidikan anak sebab masyarakat adalah yang bertempat tinggak disekitar

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|49

daerah. Selanjutnya Imron (2008:80) mengatakan bahwa kebijaksanaan pendidikan dibuat dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat, maka dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan dan partisipasi masyarakat. Alasan perlu adanya partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan pendidikan selain alasan sebagai pelaksanaan demokrasi yang berarti pendidikan dari, oleh dan untuk rakyat juga karena rakyat yang lebih tahu masalah mereka sendiri dan juga banyak mengetahui bagaiman cara memecahkannya. Pendidikan memiliki banyak fungsi, hal ini dapat dilihat dari fungsi pendidikan untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan kemampuan lain yang diperlukan dalam memasuki dunia kerja atau menjadi masyarakat yang produktif. Hal ini dijelaskan Purwanto (2014:65) bahwa pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya lebih baik. Peranan aparatur pemerintah desa sangat diperlukan dalam membangun pendidikan di wilayah pedesaan dengan tidak terlepas dari pengalokasiaan anggaran desa melalui APBDes dalam rangka percepatan perbaikan sarana dan pra-sarana dibidang pendidikan. Masih banyak sekolah-sekolah yang sudah rusak dan perlu mendapatkan perhatian dari aparatur pemerintah desa dengan mengalokasikan anggaran desa untuk dapat memperbaiki sarana dibidang pendidikan. Pendidikan tidak kalah penting dari sektor-sektor yang lain, dimana selama ini Kepala Desa mengesampingkan pembangunan dibidang pendidikan meskipun sudah memberikan pengalokasiaan anggaran desa dengan jumlah yang sedikit atau tidak berimbang.

SIMPULAN

Kemajuan suatu pendidikan pada wilayah pedesaan sangat memerlukan dukungan biaya dalam pembangunan melalui pengalokasiaan anggaran desa melalui APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Pengembangan suatu wilayah pedesaan tidak terlepas dari tingkat kemajuan sumber daya manusia (SDM). Rendahnya perhatian aparatur pemerintah desa untuk memperhatikan

50|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

perbaikan sarana dan pra-sarana dibidang pendidikan, sehingga anak-anak tidak dapat menikmati proses pendidikan yang lebih baik karena masih banyak kerusakan sekolah-sekolah dan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pendidikan tersebut. Kecenderungan aparatur pemerintah desa (Kepala Desa) masih mendominasikan pada sektor-sektor pembangunan tertentu dengan memberikan alokasi anggaran yang lebih besar dari pada sektor dibidang pendidikan. Ketidakseimbangan dalam pengalokasiaan perencanaan pembangunan akan memberikan dampak tidak berjalan dengan baik proses pembangunan tersebut, sehingga terjadi ketimpangan pada sektor pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Nurcholis, Hanif. 2007. Teori Dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah.

Jakarta: Grasindo.

Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawan, Deny. 2014. Metode Penelitian. Medan: Laboratorium PPKn FIS UNIMED.

Soemantri, Bambang Trisantono. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bandung: Fokus Media.

Solekhan, Moch. 2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat. Malang: Setara Press.

Supriadi, Edy. 2015. Pertanggungjawaban Kepala Desa Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jurnal IUS. Vol. III, No. 8, Agustus 2015.

Tambak, Syahraini. 2013. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan (Gagasan Pemikiran Melalui Perwujudan Pendidikan Berkualitas Untuk Kemajuan Bangsa Indonesia). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Thomas. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. Jurnal Pemerintahan Integratif. Vol. 1, Nomor 1.

Widjadja, HAW. 2013. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|51

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK SEKOLAH DASAR