• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI MADURA

NettyDyahKurniasari, Sulaiman, Wispandono

UniversitasTrunojoyo Madura, nettyutm@gmail.com, 08123188443

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potret (kondisi) pendidikan anak usia dini di Madura. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi pustaka. Subyek penelitian adalah pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Madura. Teknik pemilihan subyek berdasarkan purposive sampling. Teknik keabsahan data adalah triangulasi sumber. Pertama, sumber daya manusia ini adalah kualitas SDM para pengajar PAUD di Madura. Rata-rata dalam satu sekolah PAUD, yang mengenyam pendidikan S1 pendidikan hanya 1 guru, itupun bukan lulusan pendidikan PAUD.Kedua, kualitas program dan kelembagaan PAUD, banyak dari PAUD yang belum menerapkan metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan kekhasan anak didik. Ketiga, kepedulian dan persepsi masyarakat yang menganggap bahwa urusan pendidikan belum dianggap penting. Orang tua lebih mementingkan untuk bekerja di sawah daripada mendampingi buah hatinya. Keempat, minimnya sarana dan prasarana baik indoor ataupun outdoor. Solusi yang dilakukan antara lain pelatihan metode pembelajaran bagi pengajar PAUD, pelatihan pembuatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik serta pelatihan pembuatan mainan edukatif.

Kata Kunci : Pendidikan Anak Usia Dini, Pembangunan Pendidikan, Madura

PENDAHULUAN

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 109 menyatakan bahwa masa emas pertumbuhan anak yang diprioritaskan pada anak semenjak lahir hingga berusia 4 (empat) tahun.

Undang-undang tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan non formal PAUD adalah mengembangkan potensi kecerdasaran spiritual, intelektual, emosional, estetis, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan

Prinsip diselenggarakannya pos PAUD berbasis masyarakat, melibatkan orang tua, mudah, terjangkau dan bermutu. Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

90|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Hal yang penting dalam penyelanggaraan sekolah PAUD adalah sumber daya manusia (pengajar) , metode pembelajaran dan sarana dan prasarana. Ketiga hal tersebut harus melengkapi salatu sama lain. Sumber daya manusia bagus, tapi metode pembelajaran dan sarana dan prasarana kurang bermutu maka akan menghasilkan lulusan PAUD yang tidak berkualitas. Metode pembelajaran dan sarana bagus namun sumber daya manusia tidak bermutu maka akan percuma semua metode dan sarana yang ada. Satu hal lagi yang penting adalah lingkungan yang mendukung. Lingkungan ini bisa keluarga dan masyarakat di lingkungan tersebut.

Madura, merupakan pulau dengan 4 kabupaten. Dua kabupatennya yaitu Bangkalan dan Sampang termasuk kategori miskin di Jawa Timur.Angka buta huruf di Pulau Garam ini juga relatif tinggi. Tingginya buta huruf tidak terlepas dari pendidikan yang ditempuh sejak mulai dini yaitu mulai PAUD, TK dan SD mengingat di tahapan inilah pengenalan huruf, menbaca menulis dikenalkan. Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian ini akan menganalisis tentang potret dan permasalahan pendidikan di Madura khususnya pendidikan anak usia dini (TK).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan permasalahan pendidikan apa saja yang menjadi masalah (problem) dan alternative solusi untuk memecahkannya. Manfaat penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengambil kebijakan khususnya di Madura dan instansi terkait untuk mengembangkan pendidikan PAUD di Madura.

METODE

Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawanacara dan studi pustaka. Subyek penelitian adalah TK dan PAUD yang berada di Bangkalan Madura dengan teknik pemilihan purposive sampling yaitu PAUD PRATIWI dan PAUD PGRI Banyujuah.Observasi dilakukan dengan melihat aktifitas dan kegiatan secara langsung di sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan TK. Observasi ini berguna untuk mengetahui kondisi riil yang

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|91

PEMBAHASAN

TK Pratiwi dan PGRI Banyuajuh berada di Desa Banyuajuh. Suku di desa ini ada dua yaitu pendatang dan penduduk asli. Penduduk pendatang sebagian besar berasal dari Jawa Timur.Sedangkan penduduk asli berasal dari keturunan Madura.Penduduk pendatang, secara pendapatan dan pekerjaan, mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi dengan pekerjaan yang lebih mapan dengan rofesi sebagai guru, dosen, pegawai daerah dan pegawai swasta.

Sebaliknya, separuh dari penduduk Desa Banyuajuh adalah penduduk asli (disebut penduduk kampong). Penduduk kampong ini dari segi ekonomi dan tingkat pendidikan mempunyai tingkat ekonomi yang lebih rendah. Pendidikan yang ditempuh maksimal SMA dengan komposisi SMP (30%) dan SMA (70%).Fakta ini menimbulkan gap (perbedaan) besar khususnya akses pendidikan anak, termasuk akses untuk mengikuti sekolah di Pos PAUD.

Penduduk pendatang menyekolahkan anaknya di TK PAUD Islam modern dengan fasilitas dan mutu pembelajaran yang baik. Sebaliknya, penduduk kampong menyekolahkan anaknya di PAUD yang minim fasilitas, kurang bagus metode pengajaran dan kurikulumnya yaitu PAUD Pratiwi dan PAUD PGRI Banyujuah .

Pos PAUD PRATIWI berdiri sejak 2010, diketuai Ibu Sri Pratiwi.Tujuan awal didirikan lembaga ini untuk memberikan kesibukan anaknya pada tahun 2010. Karena Sri Pratiwi pengurus YWKA (Yayasan Wanita Kereta Api) jadi TK tersebut dinaungi oleh YWKA. Dengan adanya lembaga ini selain memberikan kesibukan anak Sri Pratiwi namun diharapkan dapat menjadi tempat bermain yang menyenangkan dan edukatif pada usia emas (golden age). Sekitar umur 4 tahun terjadi di lapangan. Kondisi tersebut anatar lain metode (pengajaran) guru, aktivitas pembelajaran, peran serta murid serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Wawancara dilakukan kepada pengelola, guru PAUD untuk menggali metode pembelajaran, permasalahan SDM, sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Studi pustaka juga digunakan dalam penelitian ini. Studi pustaka mencakup semua hasil penelitian tentang potret pendidikan di Madura dari hasil penelitian atau kajian peneliti lain untuk lebih memperkaya dan mempertajam pembahasan.

92|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

hingga 6 tahun.sebagaimana amanat ketentuan Pasal 109 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut UU Sisdiknas) bahwa “salah satu tujuan pendidikan non formal PAUD adalah. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, estetis, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

TK PRATIWI yang berdiri pada tahun 2010, sekarang dikepalai oleh Sri Pratiwi memiliki 58 anak didik, 18 anak kelas A sedangkan 40 anak kelas B. Dengan jumlah pengajar 3 tenaga pengajar tetap termasuk kepala sekolah (Pratiwi). Keberadaan TK PRATIWI ini memiliki keberagaman cara mengelola mengingat tidak ada anggaran yang masuk dari pemerintah kota bangkalan. Hingga saat ini tempat TK PRATIWI masih berstatus kontrak tahunan sebesar Rp. 2.700.000,-. Pembayaran itu diambil dari infak wali murid yang setiap bulannya ditarif mengeluarkan Rp. 35.000,- mengingat kondisi perekonomian orang tua anak-anak dari keluarga yang ekonominya menengah kebawah dan berpencaharian sebagai petani. Dari 58 siswa ada 5 yang dibebaskan tidak bayar SPP karena anak yatim piatu.

Disamping lahannya masih berstatus kontrak/ menyewa, bangunannya pun seperti bangunan lama, berubin plesteran (semen dan pasir yang dihaluskan).Alat permainan outdoor dan indoor juga sangat minim. Alat permainan outdoor hanya satu yaitu ayunan. Kondisi ayunan tersebut sudah sangat memprihatinkan karena hanya berasal dari bamboo diikat dengan bambu dan digantungkan dengan pohon mangga.

PAUD PGRI Banyuajuh berdiri pada tahun 2003dalam naungan YWKA namun pada tahun 2014 TK ini melepaskan diri dari YWKA dikarenakan tidak mampu membayar uang iuran tiap tahun sekitar RP. 4000.000,- , Saat ini dikepalai oleh Djamilah, S.Pd. Kini lembaga ini berada disamping masjid Banyuajuh yang tidak jauh dari Pelabuhan Kamal.

Kondisi gedung berstatus kontrak, setiap bulannya dipatok Rp. 400.000,- diambilkan dari SPP murid, setiap murid ditarif Rp. 40.000,-. Karena gedungnya bergantian penggunaannya, pagi untuk TK sedangkan sore digunakan untuk

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|93

Madrasah, jadi kendala untuk alat pemainan yang luar, jika mainannya ditempatkan diluar takutnya dipakai anak-anak madrasah yang secara berat badan lebih berat dari anak TK. Dan akhirnya permainan rusak karena tidak sesuai kapasitasnya.

Di lembaga ini terdapat 27 murid terdiri dari 10 kelas A dan 17 kelas B. Memiliki 3 tenaga pengajar termasuk kepala sekolah, yang berstatus pegawai Negeri baru satu yaitu kepala sekolah itu sendiri, yang kedua Gunarsih mendapatkan THR dan yang terakhir Murni sukuan penuh. Dengan adanya tiga guru sangatlah kurang karena ketika ada rapat diluar, hanya ada dua yang mengajar, sedangkan idealnya dalam 20 siswa harus ada 2 tenaga pengajar.

Pendidikan para bunda PAUD yang berada di PAUD Pratiwi dan PGRI Banyuajuh sebagai pengajar rata-rata pendidikan SLTA 50% SLTP 40% dan Sarjana hanya 10%. Di PAUD Pratiwi tenaga pengajarnya hanya 3 dengan rincian 1 orang saja yang sarjana).Sedangkan di PGRI Banyuajuh jumlah pengajarnya 3, dengan rincian yang berpendidikan sarjana dan PNS hanya 1 orang.Dua pengajar lainnya masih berstatus honorer. Rata-rata usia para Bunda PAUd di atas 50 (lima puluh) tahun sebanyak 40%. Usia 40-50 tahun sebanyak 30% dan dibawah 40 tahun hanya 30%. Kondisi tingkat pendidikan dan usia para bunda PAUD yang rata-rata SLTA dan ibu rumah tangga cenderung kurang memahami esensi tujuan pendiidkan PAUD, sehingga proses pembelajara lebih didasarkan pada kondisi mood tidaknya Bunda PAUD.

Bunda PAUD dituntut untuk memiliki kreatifitas. Peluang dan kesempatan memperoleh pelatihan untuk proses pembelajaran dari PAUD sangat terbatas, sementara banyaknya perkembangan dapat membantu para Bunda PUD untuk ‘melek informasi’ yang akan berpengaruh pada daya kreatifitas pengembangan sarana pembelajaran untuk anak-anak usia PAUD (Kurniasari,2015). Perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi empat tahap yaitu tahap sensomotorik (0-2 tahun), pada tahap ini pengetahuan diperoleh melalui interaksi fisik baik dengan orang tua maupoun benda,Tahap selanjutnya adalah tahap praoperasional (3-7 tahun), pada tahap ini anak mulai menggunakan simbol-

94|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

simbol untuk merepresentasikan dunia (lingkungan) secara kognitif. Pada kedua masa ini pancaidenra berperan sangat besar karena anak akan lebih mudaj memahami pengartian dan konsep-konsep melalui menda konkrit, dan disinilah merupakan momen prose pembelajaran terjadi (Kurniasari, 2015)

Selain proses pembelajaran dan modul pembelajaran, alat bermain adalah hal yang paling penting untuk anak usia dini. Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak.antara lain: (a) Bermain mengembangkan kemampuan kognitif, (b) Bermain mengembangkan kemampuan motorik, (c) Bermain mengembangkan kemampuan bahasa, (d) Bermain mengembangkan kemampuan afektif, (e ) Bermain mengembangkan kemampuan sosial .

Fasilitas dan sarana permaianan edukatif outdoor dan indoor di kedua POS PAUD ini sangat minim.Jumlah permainannya tidak sebanding dengan jumlah muridnya. Di PUAD PGRI Banyujuah terdapat 27 murid sedangkan di TK Pratiwi terdapat 58 murid. Di PAUD PGRI Banyuajuh alatnya dalam kondisi rusak, sedangkan di PAUD Pratiwi hanya ada ayunan dari bambu dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi ini menimbulkan pengaruh terhadap proses belajar mengajar.

Di sisi tenaga pengajar di TK Pratiwi berjumlah 3 orang jumlah tenaga pengajar hanya satu yang berstatus sarjana, 2 pengajar lainnya belum sarjana. Pengajar yang sudah PNS hanya satu, sedangkan dua lainnya berstatus honorer. Sedangkan di TK Pratiwi jumlah tenaga pengajar hanya 3 orang. Hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan anggaran dari pemerintah daerah Bangkalan.

Rendahnya tingkat pendidikan tenaga pengajar mengakibatkan proses belajar mengajar dan metode pembelajarannya terkesan apa adanya.Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya modul yang dipakai oleh tenaga pengajar. Padahal berdasarkan sasaran kurikulum PAUD Prinsip prinsip Pengembangan Kurikulum PAUD harus memperhatikan prinsip sebagai berikut; (1) Relevansi (kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individu), (2) Adaptasi (kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|95

mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEKS, dan Seni, (3) Kontinuitas (kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya, (4) Fleksibilitas (kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelanggara, (5) Kepraktisan dan Akseptablitas (kurikulum anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, (6) Kelayakan (feasibility) yaitu kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.(Kurniasari, 2015)

Dari uraian di atas, maka dapat diambil permasalahan inti yang dihadapi PAUD yaitu :(1) Proses belajar mengajar yang digunakan proses belajar mengajar terkesan apa adanya. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya modul pembelajaran sehingga menghambat proses belajar mengajar, (2) Metode pembelajaran tidak (kurang) memperhatikan kebutuhan, perkembangan dan kondisi anak, (3) Kompetensi dan kemampuan memahami kurikulum PAUD dan bahan referensi masih terbatas, mengingat usia tenaga pengajar 50 tahun ke atas, (4) Kemampuan memahami berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terbatas, karena jenjang pendidikan tenaga pengajar rata-rata SMA, (5) Jumlah tenaga pengajar yang minim dan tidak adanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan (kegiatan) yang sifatnya menambah kemampuan mengajar dan nelajar dengan baik, (6) Sarana dan prasarana sangat tidak memadai, mulai dari tempat yang masih menyewa, bangunan apa adanya, kurang permainan alat peraga edukatif (selanjutnya disebut APE) baik di dalam kelas maupun luar kelas, (7) Kurang pedulinya pemerintah daerah terhadap kondisi ini (tidak ada bantuan pemerintah daerah), (8) Kepedulian dan persepsi masyarakat yang menganggap bahwa urusan pendidikan belum dianggap penting.Orang tua lebih mementingkan untuk bekerja di sawah daripada mendampingi buahhatinya, (9) Persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan; Masyarakat Madura banyak yang mempersepsi bahwa pendidikan formal kurang penting karena tidak langsung bekerja. Asumsi mereka,

96|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

lebih baik anaknya tidak meneruskan sekolah asalkan dapat pekerjaan daripada sekolah tinggi-tingginya tapi belum bekerja.

Beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah: (a) Memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan anak usia dini berupa pendampingan kepada pengelola serta tenaga pengajar tentang proses belajar mengajar yang benar kepada anak didik, (b) Memberikan workshop (pelatihan) kepada tenaga pengajar dalam hal penyusunan rencana kegiatan pembelajaran, modul dan kurikulum yang berbasis pada kebutuhan dan perkembangan anak, (c) Memberikan sarana penunjang pembelajaran yang menciptakan suasana kenyamanan, kreatifitas dan kebersamaan diantara peserta anak usia dini, (d) Memberikan pelatihan dalam hal membuat sarana pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan bagi anak usia dini, ( e) Memberikan pelatihan berupa kurikulum PAUD yang berbasis pada kebutuhan dan perkembangan anak usia dini, (f) Memberikan pelatihan berupa adaptasi kurikulum terhadap perubahan psikologis, IPTEKS dan seni

SIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan anak di Madura adalah sumberdaya manusia;kualitas program dan kelembagaan PAUD; minimnya kepedulian orang tuawali anak didik; persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan; dan minimnya sarana dan prasarana yang ada.Solusi yang dilakukan antara lain pelatihan metode pembelajaran bagi pengajar PAUD, pelatihan pembuatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik serta pelatihan pembuatan mainan edukatif.

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/sisca-rahmadonna-spd- mpd/PEMBELAJARAN%20UNTUK%20PAUD.pdf

staff.uny.ac.id/sites/.../PEMBELAJARAN%20UNTUK%20PAUD.pdf

Kurniasari, Netty 2015, Pengabdian dan Ipteks untuk Masyarakat, PAUD, Surabaya .

Undang-undang Sisdiknas

Wawancara dan observasi dengan TK Pratiwi

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|97

SUAMI SIAGA: PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM KAITAN PENURUNAN KEMISKINAN SERTA ANGKA KEMATIAN IBU DAN

BAYI