• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan pendidikan pada komunitas Senaru di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

LOMBOK, BERDASAR LATAR BELAKANG ETNOGRAFINYA

1. Keberadaan pendidikan pada komunitas Senaru di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Komunitas Senaru di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah masyarakat adat yang berlandaskan pada kehidupan pertanian lahan basah (sawah). Di masa lalu rumah-rumah adat terdapat di seantero Desa Senaru. Kini hanya tinggal di Dusun Senaru. Masyarakat adat Desa Senaru adalah satu-satunya yang masih menampakkan sisi keaslian pada rumah tinggal mereka. Rumah- rumah tersebut berbentuk persegi empat, dengan dinding dari anyaman bambu dan beratap ilalang. Semua yang masih ada tinggal 19 buah. Rumah-rumah adat tersebut berada di dekat pos pendakian pertama menuju ke lokasi Danau Segara

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|77

Anak dan gunung Rinjani. Desa Senaru termasuk salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bayan. Secara ekologis masyarakat Bayan hidup sebagai petani dan nelayan. Namun untuk masyarakat Desa Senaru sendiri hampir sepenuhnya bergantung pada tanah-tanah pertanian yang sangat subur. Di sepanjang tahun masyarakat mengandalkan sawah-sawah yang subur, yang tidak pernah kekurangan air. Pengairan yang ada sangat lancar dengan pasokan air dari hulu Danau Segara Anak yang melimpah ruah, tidak pernah mengalami kekeringan, walaupun pada puncak musim kemarau.

Upacara yang ada berfokus pada masjid tua Bayan Beleq dan dilaksanakan pada bulan Maulud, dan memang dilaksanakan dalam rangka peringatan Maulid (Hari Lahir) Nabi Muhammad S.A.W. Peringatan Maulid tersebut akan dilakukan secara besar-besaran. Di sini nilai-nilai Islam yang terdapat pada peringatan upacara berpadu dengan tradisi-tradisi lokal yang penuh dengan nuansa mitis, kultus dan status. Mesjid Bayan Beleq sampai kini sangat dituakan dan disucikan oleh seluruh masyarakat. Tidak ada yang berani berbuat negatif, bahkan berpikiran negatif tentang masjid tua yang menjadi cagar budaya tersebut. Keberadaan aset budaya Sasak pada komunitas Desa Senaru relatif masih terjaga. Nampaknya komodifikasi budaya juga mempunyai pengaruhnya, sehingga rumah- rumah adat yang masih ada tetap dilestarikan untuk tempat berada bagi kelangsungan suatu tradisi. Tempat tersebut menjadi aset wisata, terutama kenampakan yang ditujukan untuk para turis yang akan mendaki ke gunung Rinjani atau Danau Segara Anak. Demikian juga masjid tua Bayan Beliq adalah aset wisata yang sangat berharga dan diupayakan menjadi salah satu jujugan wisata utama. Mereka adalah masyarakat adat yang sangat ketat menjaga tradisi. Secara turun temurun akar tradisi yang terdapat pada “Watau Telu” mereka amalkan dan turunkan secara bergenerasi kepada anak turun mereka pada berbagai kesempatan, terutama dalam interaksi hidup berkeluarga. Pemahaman tentang tradisi tersebut ternyata tidak sama, walaupun sama-sama pada suku Sasak. Khususnya di Sade tidak sama dengan di Bayan.

Keberadaan pendidikan (formal) pada komunitas Senaru dapat dikemukakan: masyarakat memiliki lembaga formal pendidikan yang sangat

78|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

lengkap. Umumnya komunitas-komunitas adat yang asli seperti itu memiliki ketertutupan (eksklusif) terhadap komunitas asing, termasuk tidak mudah menerima berbagai inovasi yang di bawa dari luar, khususnya yang disampaikan lewat pendidikan formal. Pada kasus komunitas Senaru nampaknya terdapat elemen-elemen penting yang menyebabkan dinamika sosial penting, yang tidak sama dengan tempat-tempat komunitas adat asli lainnya. Keberadaan Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak serta masjid tua Bayan Beliq yang menjadi destinasi wisata, nampaknya sangat mempengaruhi dinamika sosial yang terjadi, termasuk masuknya pendidikan formal dalam kehidupan sosial yang sangat penting. Masing-masing memiliki keterkaitan atau hubungan simbiosis mutualisme, di samping juga efek dari dibangunnya jalan-jalan penghubung dari Kota Mataram sebagai ibukota propinsi sampai ke pelosok Desa Senaru. Atas alasan-alasan praktis ekonomis berkaitan dengan pariwisata menjadikan keberadaan pendidikan formal di Senaru menjadi maju. Sebuah jalinan menarik terjadi antara pendidikan formal di sekolah dengan pendidikan informal dalam keluarga dan masyarakat. Banyak inovasi dan kemajuan IPTEKS telah merambah seluruh pelosok negeri. Kemajuan-kemajuan tersebut dibawa dan dikembangkan lewat pendidikan formal di sekolah-sekolah. Dalam pandangan masyarakat hal tersebut adalah keniscayaan, sebab masyarakat berharap dengan berpendidikan formal tersebut anak akan pintar dan dengan berpendidikan (formal) yang tinggi akan membuka peluang seseorang naik strata sosial di masyarakat, khususnya berkaitan dengan status sosial-ekonomi. Namun demikian pendidikan informal dalam keluarga dan masyarakat ternyata berjalan beriringan dengan kemajuan pendidikan formal. Hanya saja titik tekan dari pendidikan informal tersebut adalah dalam mewarnai dan memberikan identitas generasi muda dengan bekal tradisi sebagai masyarakat adat Sasak yang kental nuansa Islam setempat.

Dengan model kedua macam pendidikan itu bekerja, maka pada masa kini terlihat dengan manis, anak-anak Senaru yang berpendidikan relatif tinggi, namun dengan tetap memelihara adat dan tradisi budaya yang berpusat pada eksistensi tradisi “Watau Telu”. Dalam bentuknya yang aplikatif tradisi tersebut mewarnai kegigihan seseorang dalam memperjuangkan semua keinginannya, tidak mudah

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|79

berputus asa dan selalu percaya kepada kekuatan sendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan formal telah mencerdaskan akal budi anak dan pendidikan informal telah memperadabkan anak untuk selalu cinta pada tradisi budayanya. Jalinan pendidikan formal dan informal serta non formal tersebut terjadi karena berlangsungnya pendekatan kolaborasi dengan komunitas di sekitar sekolah, baik secara struktural maupun peningkatan kesadaran mereka (Cotton, 1990.b). Hal itu juga selaras dengan pendapat Pidarta bahwa setiap komunitas akan menyelenggarakan pendidikan, sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia, pendidikan adalah khas milik dan alat manusia (2007). Demikian juga Saripudin (2008) menyatakan bahwa sistem belajar asli (indigenous learning system) digunakan masyarakat tradisional sebagai upaya mempertahankan dan memelihara sistem sosial masyarakatnya demi kelangsungan hidupnya.

2. Keberadaan pendidikan dan modernisasi mewarnai budaya komunitas