• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Japar

Universitas Negeri Jakarta, mjapar12@gmail.com

Abstrak

Daerah Tertinggal merupakan daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan di daerah-daerah tertinggal antara lain karena kurangnya persediaan tenaga pendidik, infrastruktur sekolah, distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi dibawah standar, guru-guru yang kurang kompeten, serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh, dan penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang distandarkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemetaan kompetensi guru sesuai hasil tes uji kinerja dan mengembangkan pola pembinaan guru untuk Sekolah Dasar di daerah tertinggal. Studi ini menggunakan metode kepustakaan. Dengan studi ini diharapkan akan dapat diperoleh pemetaan kompetensi guru di daerah tertinggal dan model pembinaan guru untuk meningkatkan kualitas guru sekolah dasar di daerah tertinggal sebagai upaya membantu pembangunan pendidikan di daerah tertinggal.

Kata kunci : Kompetensi Guru, Sekolah Dasar, Daerah Tertinggal

PENDAHULUAN

Menurut Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah tertinggal pada dasarnya berbeda dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program pembangunan daerah tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan.Berdasarkan daftar Daerah Tertinggal dan Perbatasan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) No. 2421/Dt.7.2/04/2015 tanggal 21 April 2015, daftar Daerah Tertinggalada 122 daerah.

Berdasarkan data Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), rasio perbandingan antara guru dan murid di Indonesia adalah yang

52|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

terendah di dunia. Hal itu dipengaruhi perekrutan guru yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan melampaui jumlah pendaftaran murid di segala tingkat pendidikan. Menurut anggota ACDP, Sari Soegondo, perbandingan tersebut menghasilkan rasio murid-guru 20 :1, namun, 10 tahun terakhir mengalami peningkatan menjadi 51%, sehingga rasionya 15:1 dan menjadi rasio perbandingan guru terendah di dunia. Sedangkan data UNESCO 2014, menetapkan perbandingan 26 :1 untuk negara-negara Asia dan 24:1 untuk negara-negara yang berpenghasilan menengah. Jika dibandingkan dengan data UNESCO menurut Sari, Indonesia sangat jauh karena saat ini memiliki perbandingan 15 :1 akibat kurangnya pembangunan mutu pendidikan sehingga secara kuantitas timbul sebuah ketimpangan rasio guru- murid yang terlihat sangat menonjol pada daerah.(BeritaSatu,13/05/2015). Kejadian tersebut terjadi juga di daerah Kab. Pandeglang. Menurut UPT Dinas Pendidikan Kec. Carita Kab. Pandeglang Tahun 2014, Jumlah murid di desa Sukanegara 454 siswa dengan tenaga pendidik 26 orang. Sedangkan di desa Sukajadi terdapat 517 siswa dengan tenaga pendidik 25 orang.

Kemudian, salah satu daerah tertinggal di Kabupaten Sambas, jenjang pendidikan tenaga pendidik sebagian besar 65% berpendidikan dibawah S-1 dan lebih banyak terdapat pada jenjang pendidikan SD/MI. Sedangkan yang berpendidikan S-1 baru mencapai 35%. Terkait dengan sertifikasi, dari 7.081 guru yang ada ternyata hingga saat ini yang bersertifikasi baru sekitar 9%. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan kompetensi guru yang belum cukup untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tertinggal. (sambas.go.id)

Pentingnya Pendidikan Dasar, merupakan gerbang awal untuk melanjutkan tingkatan pendidikan selanjutnya. Maka dari itu diperlukan pengembangan kompetensi guru untuk dapat meningkatkan pendidikan terutama sekolah dasar di daerah tertinggal. Oleh sebab itu, pemetaan kompetensi guru sesuai hasil tes uji kinerja dan mengembangkan pola pembinaan guruuntuk Sekolah Dasar di daerah tertinggal menjadi upaya di dalam meningkatkam pendidikan sekolah dasar di daerah tertinggal. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengembangan kompetensi guru untuk sekolah dasar di daerah tertinggal?. Penelitian ini bermanfaat untuk

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|53

memberikan masukan kepada penentu kebijakan di bidang pendidikan dan tenaga pendidik mengenai pengembangan kompetensi guru di daerah tertinggal agar tercipta pemerataan dengan kualitas pendidikan nasional yang diinginkan.

METODE

Metode yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan yang merupakan jenis penelitian kualitatif dimana pada umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam pencarian data atau cara pengamatan secara mendalam terhadap tema yang diteliti untuk menemukan jawaban sementara dari masalah yang ditemukan di awal sebelum penelitian di tindaklanjuti.

PEMBAHASAN

Pemetaan Kompetensi Guru Sesuai Hasil Tes Uji Kinerja

Seorang guru yang profesional, haruslah memiliki kompetensi yang sudah diatur dalam UU No. 16 Tahun 2007. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, dengan tugas profesionalnya, guru berfungsi membantu peserta didik untuk belajar dan berkembang; membantu perkembangan intelektual, personal dan sosial warga masyarakat yang memasuki sekolah. Dengan kata lain, guru menjadi kebutuhan utama untuk mencapai keberhasilan proses pendidikan. (Cooper, 1982)

Kualitas kinerja guru meliputi beberapa hal pokok yang berkenaan dengan : (1) Pengertian Kinerja; (2) Kualitas Kinerja Guru; (3) Ukuran Kualitas Kinerja Guru. (LAN, 1 992)Kinerja adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Menurut Noto Atmojo, bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ability, capacity, held, incentive, environment dan validity. Dengan kata lain, lingkungan di daerah tertinggal mempengaruhi kinerja guru dalam proses belajar dan mengajar seperti sarana transportasi, teknologi yang kurang memadai, keadaan masyarakat di daerah pedalaman akan pentingnya pendidikan masih izzlemah. Sehingga guru harus bekerja keras di dalam melakukan proses pembelajaran.(Rusman, 2010:50)

54|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Standar kinerja guru dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan. MenurutIvancevich, acuan tersebut meliputi : (1) Menguasai bahan/materi pelajaran; (2) Mengelola Program Pembelajaran; (3) Mengelola Kelas; (4) Menggunakan Media dan Sumber Belajar; (5) Menguasai Landasan Pendidikan; (6) Menilai Prestasi Belajar; (7) mengelola interaksi belajar-mengajar; (8) Mengenal Fungsi dan Layanan Bimbingan; (9) Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah; (10) Memahami dan Menafsirkan Hasil Penelitian Guna Keperluan Pembelajaran. (Rusman 2010:51),

Hubungan produktivitas dengan kinerja seseorang dipaparkan Sustermeister, bahwa; (1) Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja & 10% pada teknologi dan bahan yang digunakan, (2) Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya, (3) Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhanya dan 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.

Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Jika kebutuhan terpenuhi akan berdampak kepada motivasi kerja tenaga pendidik. (Rusman, 2010:52)

Dimensi-dimensi Kompetensi Guru

Menurut Undang-undangMenurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program pembelajaran, kemampuan melaksanakan

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|55

interaksi atau mengelola proses pembelajaran, dan kemampuan melakukan penilaian.

Kompetensi Pribadi

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.

Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya

Kompetensi Sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.

56|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Untuk mengetahui guru tersebut memiliki kompetensi yang sesuai atau tidak, di perlukan Uji Kometensi Guru (UKG) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG). Profesi guru perlu dikembangkan terlebih masih ada daerah tertinggal yang kekurangan guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas guru yang melekat pada jabatan fungsional guru dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan UKG dan PKG yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.

Menurut Kemendikbud tentang pedoman Uji Kompetensi Guru tertulis bahwa Uji Kompetensi Guru adalah sebuah kegiatan ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content guru. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diajukan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.

Kondisi dan situasi yang berbeda menjadi sebab masing-masing guru memiliki perbedaan dalam penguasaan kompetensi yang diisyaratkan. untuk mengetahui kondisi penguasaan kompetensi seorang guru harus dilakukan pemetaan kompetensi guru melalui uji kompetensi guru (UKG). UKG dimaksudkan untuk mengetahui peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Peta penguasaan kompetensi tersebut akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru. Output UKG difokuskan pada identifikasi kelemahan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional.

Menurut Anies Baswedan, Rata-rata UKG Nasional 53,05, sedangkan pemerintah menargetkan rata-rata nilai di angka 55. Selain itu, rerata nilai profesional 54,77 sedangkan nilai rata-rata kompetensi pedagogik 48,94 (lihat Tabel 1).

Dari hasil data table 1 hanya ada 7 provinsi yang berhasil melampaui KKM UKG 2015. Provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|57

(55,13) dan Jawa Barat (55,06). Selebihnya ada yang menghampiri angka KKM atau bahkan ada yang terlampau jauh dari angka KKM. Data tersebut dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 4 Januari 2016.

Tabel 1

( Hasil Nilai Pedagogik & Nilai Profesional)

sumber : sergur.kemendiknas.go.id

Tabel 2

(Komposisi hasil UKG)

58|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Dalam UKG, guru mengerjakan 80 soal dengan waktu 120 menit. Komposisi instrumen materi tes adalah 30% kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional atau 24 soal pedagogik dan 56 soal profesional (lihat table 2).

Penilaian Kompetensi Guru

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009, PK Guru adalah penelitian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Secara umum, PKG memiliki fungsi utama yaitu untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

Beberapa Kompetensi Guru yang dinilai dalam PKG diantaranya:

Kompetensi Pedagogik

- Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran,

- Pengembangan kurikulum,

- Kegiatan pembelajaran yang mendidik, - Memahami dan mengembangkan potensi, - Komunikasi dengan peserta didik,

- Penilaian dan evaluasi

Kompetensi Kepribadian

- Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

- Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

- Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.

Kompetensi Profesional

- Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

- Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif.

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|59

Penilaian Kinerja di Lapangan

Dilakukan setiap akhir tahun oleh kepala sekolah atau pengawas atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah (yang telah mengikuti pelatihan penilaian). Penilaian terhadap 14 kompetensi guru dilakukan dengan instrumen khusus. Hasil penilaian untuk setiap kompetensi dinyatakan dengan skala 1 sampai 4 (nilai min 4 dan maks 56).

 Skala 4 : Kinerja yang sangat baik (kinerja diatas standar)  Skala 3 : Sasaran Kinerja (Kinerja sesuai standar)

 Skala 2 : Kinerja dibawah standar  Skala 1 : Kinerja tidak diterima

Hasil PKG ini merupakan bahan evaluasi diri bagi guru untuk mengembangkan potensi dan karirnya. Kemudian sebagai acuan bagi sekolah untuk merencanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Dan merupakan dasar untuk memberikan nilai prestasi kerja guru dalam rangka pengembangan karir guru.

Pengembangan Pola Pembinaan Guru Sekolah Dasar di Daerah Tertinggal

Tahun 2015 Kemendikbud meluncurkan Program Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T). Saat ini diketahui telah terdapat total 10.290 alumni SM3T. Sejumlah 4500 sarjana dari total tersebut telah lulus PPG, dimana 800 diantaranya sudah diangkat sebagai CPNS oleh Kemendikbud dan ditempatkan di daerah-daerah dalam Program Guru Garis Depan (GGD). Program GGD akan menyasar 155 daerah. (Kemendikbud,2015)

Dilihat dari jumlah alumni dengan pengangkatan CPNS untuk alumni sangatlah tidak sebanding. Menurut Mendikbud, SM3T memang bukan solusi permanen untuk masalah kekurangan guru dan peningkatan kualitas pendidikan di wilayah 3T. Namun, program SM3T cukup membantu siswa di sekolah-sekolah yang kesulitan pendidik sehingga teratur mengikuti pelajaran.Dari catatan Dinas Pendidikan Jatim, ada 474.483 guru yang tersebar di 38 Kabupaten dan kota di Jatim. Kota Surabaya memiliki jumlah guru terbanya, yaitu 33.533 guru. Daerah lain yang memiliki guru terbanyak adalah Kabupaten Jember, Malang, Sidoarjo, dan Banyuwangi. Daerah dengan guru paling sedikit adalah kota Mojokerto, Kota

60|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Probolinggo, Kota Blitar, Kota Pasuruan dan Kota Batu. Terkait penumpukan guru di Kota besar, rotasi guru atau mutasi guru ke daerah lain merupakan hal yang sulit terutama mereka yang sudah berusia 40 tahun keatas. Mereka enggan berpindah tugas terutama karena mempertimbangkan keluarga.(kompas.com, 2015). Menurut Studi PPPI (Paramadina Public Policy Institute) saat ini jumlah LPTK di Indonesia teracatat 429 Lembaga, jumlah mahasiswa 1.440.000, jumlah alumni 300.000 orang per tahun sedangkan jumlah kebutuhan guru 40.000 per tahun.

Untuk menyentuh pengembangan pola pembinaan guru di Sekolah Dasar di Daerah Tertinggal dimulai dari proses mempersiapkan calon guru. Karena untuk menjadi mahasiswa LPTK tidak ada persyaratan khusus. Untuk itu perlu adanya persyaratan demi meningkatkan calon-calon guru yang berkualitas. Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 18, kebijakan tentang pemberian tunjangan guru di daerah khusus yaitu,

1. Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana pasal 15 ayat (1) kepada guru yang bertugas di daerah khusus terutama di daerah tertinggal. 2. Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara

dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama.

3. Guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah di daerah khusus, berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah

Bagi mereka yang usianya dibawah 40 tahun, wajib mengikuti pemerataan penempatan guru. Setiap guru wajib menguasai seluruh kompetensi dan mampu menguasai baik KTSP maupun kurikulum 2013. Perlu adanya rotasi tugas dalam kabupaten sesudah mengabdi 3 tahun. Kemudian kenaikan pangkat istimewa setiap melakukan pengabdian selama 5 tahun ditempat yang sama di daerah

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|61

terpencil. Dengan catatan tidak diperbolehkan membuat surat pindah tugas ketika kenaikan pangkat sudah dimiliki. Memperoleh beasiswa melanjutkan studi bagi yang menunjukkan prestasi yang inovatif serta kemampuan akademik. Memberikan mereka reward beasiswa S2 bagi guru-guru yang sudah mengajar lama di daerah pedalaman setelah S2 nya selesai, para guru ini diharaphkan bisa menjadikan kualitas pendidikan di daerah tertinggal ini lebih baik lagi.

Untuk sarjana-sarjana muda yang mengikuti SM3T, perlu diberikan kejelasan tindakan dan ruang kesempatan mereka untuk diangkat menjadi PNS di daerah tertinggal. Sehingga ketika mereka selesai mengikuti PPG perlu diberikan tempat di daerah tertinggal yang pernah mereka ajar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil studi, dapat disimpulkan bahwa; (1) Hasil Pemetaan Kompetensi Guru melalui Tes Uji Kinerja terdapat dua bentuk yaitu Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru. Dari hasil data diatas hanya ada 7 provinsi yang berhasil melampaui KKM UKG 2015. Provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13) dan Jawa Barat (55,06). Selebihnya ada yang menghampiri angka KKM atau bahkan ada yang terlampau jauh dari angka KKM. Data tersebut dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 4 Januari 2016. Dalam UKG, guru akan mengerjakan 80 soal dengan waktu 120 menit. Komposisi instrumen materi tes adalah 30% kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional atau 24 soal pedagogik dan 56 soal profesional. Sedangkan Penilaian Kinerja Guru meliputi Kompetensi Pedagogik, Profesional dan Kepribadian. Hasil PKG ini tergantung dari setiap sekolah. Dilakukan setiap akhir tahun oleh kepala sekolah atau pengawas atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah (yang telah mengikuti pelatihan penilaian). Penilaian terhadap 14 kompetensi guru dilakukan dengan instrumen khusus. Hasil penilaian untuk setiap kompetensi dinyatakan dengan skala 1 sampai 4 (nilai min 4 dan maks 56); (2) Pengembangan Pola Pembinaan Guru Sekolah Dasar di Daerah Tertinggal dapat dilakukan dengan (1) Pemberian Tunjangan Khusus; (2) Kenaikan Jabatan; (3) Berhak atas Rumah Dinas; (4) Pemberian Beasiswa S2. Pola Pembinaan ini juga dapat di lakukan dengan program (1) Indonesia Mengajar; (2) Sarjana Muda Mengajar 3T; (3)

62|

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

PPG; (4) Guru Garis Depan (GGD). Dengan catatan diharuskan adanya kejelasan tempat mengajar dan pengangkatan sebagai PNS setelah mengikuti program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Pandeglang.5 Juli 2016. http://bps.kab.pandeglang.go.id Buchari Alma. (2010). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. (2001). Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara

Data Statistik Pendidikan.7 Juli 2016.http://sambas.go.id/ragam-informasi/data- statistik/pendidikan/2673-apk-pendidikan.html

Depdiknas. (2005). Undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Jakarta : Depdiknas

Dewi Fajriani.ACDP Rasio Guru dan Murid di Indonesia Timpang. 5 Juli 2016. http://www.beritasatu.com/kesra/273803-acdp-rasio-guru-dan-murid-di- indonesiatimpang.html

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009

Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M- PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal Marcelus R. Pyong. (2011). Profil Kompetensi Guru (Konsep dasar, Problematika

dan implementasinya), Jakarta : PT. Indeks

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Rusman. (2010). Model-model pembelajaran, mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Press

Robandi Babang.(2013) : Model Pembelajaran Partisipatif untuk Meningkatkan Kompetensi Guru pada Pendidikan Profesi Guru Sekolah Dasar. Bandung : Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar UPI

sergur.kemendiknas.go.id

Sekolah Dasar Net. Melihat Nilai Hasil Uji Kompetensi Guru.5 Juli 2016. http://www.sekolahdasar.net/2015/11/melihat-nilai-hasil-uji-kompetensi- guru-ukg-2015.html

Studi PPPI (Paramadina Public Policy Institute).Perlu ada Persyaratan Khusus untuk Jadi Guru.7 Juli 2016.

http://policy.paramadina.ac.id/2016/01/06/perlu-ada-persyaratan-khusus- untuk-jadi-guru/

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Uno, H. B., 2009. Profesi Keguruan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Yunaidhi Agung.Guru Perlu Dilatih Siap Bertugas di Kota dan Desa.10 Juli 2016.http://print.kompas.com/baca/2016/01/22/Guru-Perlu-Dilatih-Siap- Bertugas-di-Kota-dan-Desa

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

|63

MEMBANGUN SINERGI DAN KOLEGIALITAS GURU MELALUI LESSON

STUDY GUNA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI DAERAH