• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aqidah dan Perjuangan

Semoga Allah menghidupkan Ikhwan Muslimin. Pada waktu keadaan menjadi süsah, krisis menjadi semakin gawat, jihad tidak hanya menjadi semboyan dan tepuk sorak sahaja, tetapi telah menjadi kenyataan dan pengorbanan. Perjuangan bukan hanya lagi propaganda sahaja dan kembangkitan semangat sahaja, tetapi telah menjadi pengorbanan jiwa dan raga. Maka di waktu seperti itu, Mesir melihat ke kiri dan ke kanan.

Mesir menoleh kiri dan kanan, maka didapatinya yang mahu betul bekerja hanyalah Ikhwan Muslimin. Ia bersedia untuk berkorban, bersedia untuk menyerahkan jiwa raga, terlatih untuk perjuangan, dan bertekad untuk mati syahid dalam perjuangan itu.

Ikhwan membiarkan orang lain berpidato dan menulis artikel-artikel. Ikhwan benar-benar pergi ke medan perjuangan. Orang-orang Ikhwan membiarkan orang lain mengadakan rapat-rapat setelah itu bubar. Tetapi mereka sendiri memanggul senjata dan dengan diam maju ke medan laga.

Orang-orang -lain mulai mencari jalan untuk bekerja, dan mulai mengadakan latihan-latihan. Tetapi orang-orang Ikhwan sahajalah persiapan Mesir yang selalu siap-siap, persiapan Mesh di masa sekarang ini, per siapan Mesir yang betul-betul bekerj a, persiapan Mesir yang mempersiapkan dirinya untuk melakukan jihad. Ia menyambut seruan Mesir semenjak hari pertama seruan jihad itu dikeluarkan.

Dengan munculnya kenyataan ini, maka orang orang yang bodoh mulai mempergunakan pena mereka untuk memerangi Islam. Beberapa orang yang tidak bererti mulai mengucapkan kata-kata yang mencaci maki Islam. Adalah suatu hal yang menghairankan bahawa tuduhan yang dilancarkan oleh orang-orang yang bodoh dan tidak bererti itu mengatakan bahawa orang-orang Ikhwan berbicara tentang al-Qur’an sedangkan perjuangan sedang hebat-hebatnya terjadi di medan pertempuran, iaitu medan pertempuran di mana sampai sekarang ini hanya orang-orang Ikhwanlah yang mengharunginya.

Orang-orang kerdil dan kerempeng tidak pernah kenal kepada jiwa Islam yang menjadi petunjuk bagi orang-orang Ikhwan itu. Jiwa mereka yang kerdil, lemah dan penuh korupsi itu tidak mungkin untuk terangkat tinggi dan menjadi luas untuk dapat dilakukan tanpa aqidah. Bahawa orang-orang yang mempunyai aqidah itu banyak terdàpat muncul di depan di zaman krisis, tetapi amat jarang kelihatan pada waktu orang telah berebutan

memuaskan hawa nafsu. Kenyataan dalam praktik memperkuat hakikat yang kita katakan. Orang-orang Ikhwan sekarang ini sendirian di medan laga, kerana hanya mereka sendirianlah yang mempunyai aqidah yang terbesar yang mendorong orang-orang yang beriman ke medan laga.

Nasionalisme yang hangat dan bersemangat mungkin mendorong para pengikutnya ke medan perjuangan. Rasa keadilan sosial yang memberontak mungkin mendorong para penganutnya kepada pertempuran. Tetapi kedua hal itu tidak lebih dari mempunyai tuntutan yang berjangka pendek sahaja. Horizonnya juga terbatas. Tetapi orang-orang yang mempunyai aqidah pada Allah, dengan cara Jkhwan, maka tuntutannya lebih luas dan perspektif lebih menyeluruh.

Mereka menuntut kemuliaan untuk seluruh manusia. Gejolak semangat mereka untuk tanah air jauh lebih hebat dan gejolak semangat kaum nasionalis yang terbatas itu. Mereka menuntut keadilan di setiap bidang. Mereka adalah orang yang paling bersemangat terhadap keadilan sosial, lebih dan manusia mana pun juga.

Dan setelah semuanya ini, mereka memiliki horizonnya yang lebih tinggi, lebih mulia dan lebih mencakup, kerana mereka berjuang untuk menegakkan kalimat Allah yang agung di atas permukaan dunia ini. Mereka menghubungkan diri dengan Allah dalam setiap perasaan mereka. Mereka mengharapkan di sisi Allah sesuatu yang jauh lebih besar dan apa yang telah mereka korbankan: jauh lebih besar dari harta benda.

Mereka adalah prajurit-prajurit pengorbanan kalau situasi meminta agar mereka mengorbankan jiwa, di mana pun mereka diminta untuk mengorbarkan jiwa. Mereka telah menjual jiwa mereka kepada Allah mulai dari saat Allah membeli jiwa mereka.

“Sesungguhnya Allah telah memberi dan orang orang yang beriman itu jiwa mereka dan harta benda mereka, bahawa mereka itu akan mendapatkan surga. Merekà berjuang di jalan Allah. Mereka membunuh dan terbunuh. Suatu janji yang telah menjadi kewajipan Allah. Suatu kebenaran yang terdapat dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Siapakah yang lebih memenuhi janjinya daripada Allah ?“

Kebodohan mereka yang bodoh, kritik orang orang yang jahil, semuanya ini tidak akan dapat menyinggung orang-orang yang mempunyai aqidah pada Allah. Mereka telah diperangi oleh seluruh agama kekafiran. Mereka telah diperangi oleh seluruh kaum penjajah. Mereka telah diperangi oleh kaum feudal sebagai suatu blok. Mereka diperangi kapitalisme secara tidak adil. Mereka diperangi komunisme secara kriminal. Mereka telah diperangi oleh segala kekotoran, kebinasaan, kejahatan kekejian.

Tetapi semuanya ini mundur dalam menghadapi mereka. Mundur dengan kehancunan, putus asa dan merugi. Kerana semuanya ini adalah kekuatan kami. Sedangkan mereka itu berlindung dengan kekuatan langit.

Semua yang menentang mereka itu berasal dari dunia yang fana ini, sedangkan mereka berlindung dengan dunia abadi.

Umat Islam telah terbangun setelah sekian lamanya tertidur. Jika umat Islam harus mati dan lenyap, tentulah ia tidak akan terbangun dari tidurnya. Ia terbangun setelah tidur lama sekali. Hukum kehidupan menyatakan bahawa ia tidak akan tertidur lagi. Ia bangun untuk hidup. Ia bangun untuk tumbuh. Ia bangun untuk menyingkirkan dari dirinya segala macam tambahan dan campuran.

Sekiranya umat Islam sekarang ini masih tetap tertatih-tatih, masih tetap terhuyung-huyung, masih tetap sempoyongan, maka semuanya ini adalah tanda dan kehidupan baru yang telah mulai bergerak, bukan tanda kematian yang akan datang, dan bukan pula tanda bahawa ia itu sedang sakit. Semuanya itu adalah tanda-tanda kebangkitan, tanda-tanda kebangkitan setelah tidur sedemikian lamanya, setelah lelah demikian lamanya. Masa depan adalah kepunyaannya. Semua petunjuk menunjuk kepada masa depan ini.

Tidak ada perjuangan tanpa aqidah. Tidak ada kehidupan tanpa aqidah. Tidak ada kemanusiaan tanpa aqidah. Kita mengucapkan kata-kata yang penuh erti, tetapi orang-orang bodoh dan kerdil itu menganggapnya sebagai main-main dan olok-olok. Tetapi sekarang ini yang mengatakannya adalah kenyataan itu sendiri. Yang mengatakan adalah kejadian dan peristiwa itu sendiri. Jika lidah orang yang tidak bererti itu mengomong seenaknya, jika pena-pena yang kerdil itu mempermain-mainkannya, maka itu adalah rasa sedih orang orang yang tidak bererti dan lemah di semua masa dan segala tempat.