• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Kaulan Karima

B. ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING

Secara umum asas yang berhubungan dengan pekerjaan/profesi konseling terdiri atas: 1) Asas Kerahasiaan, 2) Kesukarelaan, 3) Keterbukaan, 4) Kekinian, 5) Kemandirian, 6) Kegiatan, 7) Kedinamisan, 8) Keterpaduan, 9) Kenormatifan, 10) Keahlian, 11) Alih Tangan, dan 12) Asas Tut Wuri Handayani. (Prayitno dalam Saiful Akhyar (2011:37).

Lebih rinci Lubis (2011:37-44), antara lain:

1 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 93

1) Asas Kerahasiaan

Asas ini merupakan asas kunci dalam pelayanan konseling. Dalam pelayanan konseling harus terdapat rasa saling mempercayai antara klein/konseli dengan konselor. Kepercayaan klein/konseli terhadap konselor adalah dengan bersedia memanfaatkan jasa konseling dengan sebaik-baiknya. Sedangkan konselor harus dapat menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang telah dibicarakan/diceritakan oleh klein kepadanya. Kepercayaan klein akan hilang bila ia merasa kerahsisaannya tidak lagi terjaga. Klein akan merasa takut meminta bantuan kepada konselor karena khawatir tentang diri dan masalah mereka akan menjadi bahan gunjingan dan bahan cemoohan orang lain.

2) Asas Kesukarelaan

Proses konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik antara pihak klein maupun pihak konselor. Klein harus dengan sukarela tanpa rasa ragu untuk menceritakan atau menyampaikan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sukarela tidak hanya dituntut kepada klein saja, tetapi konselor juga harus dapat menghilangkan kesan bahwa tugasnya sebagai konselor bukan sesuatu yang memaksa dirinya. Akan tetapi konselor harus senantiasa merasa terpanggil untuk melaksanakan pelayanan konseling bagi siapa saja yang membutuhkannya.

3) Asas Keterbukaan

Keterbukaan bukan hanya berupa kesediaan menerima saran-saran dari pihak lain, tetapi diharapkan klein dan konselor bersedia membuka diri untuk kepentingan penyelesaian masalah. Keterbukaan diartikan sebagai keterbukaan akan keadaan diri pribadi. Untuk itu klein diharapkan untuk dapat berbicara sejujur-jujurnya tentang dirinya, sehingga penelahaan dan pengkajian terhadap kekuatan dan kelemahanny dapat dilaksanakan dengan efektif.

4) Asas Kekinian

Permasalahan klein yang ingin diselesaikan adalah masalah yang sedang dihapadi saat ini, bukan masalah di masa lalu dan bukan pula kemungkinan masalah pada masa yang akan datang. Andaipun hal-hal tertentu berkenaan dengan masalah di masa lampau dan/atau di masa yang akan datang yang dirasa perlu untuk dibahas dalam proses konseling, tentu saja hanya berupa latar belakang dan/atau latar depan dari permasalahan saat ini, sehingga dapat diselesaikan dengan tepat.

5) Asas Kemandirian

Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan harus disadari secara baik oleh konselor dan klein. Dengan demikian layanan yang diberikan oleh konselor harus mengandung upaya menumbuhkembangkan kemandirian dalam diri kleinnya, sehingga klein tidak lagi tergantung pada orang lain, khususnya terhadap konselor. Ciri pokok kemandirian yang diharapkan antara lain adalah : a) Mengenal diri pribadi dan lingkungan sebgaimana adanya, b) Menerima diri pribadi dan lingkungan secara positif dan dinamis, c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri pribadi, d) Mengarahkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan yang dimiliki.

6) Asas Kegiatan

Upaya konseling tidak akan berhasil dengan baik jika klein tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Harus disadari bahwa tidak ada hasil yang terwujud tanpa didahului oleh kerja giatnya sendiri. Konselor harus berinisiatif untuk membangkitkan semangat kerja kleinnya sehingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagaimana diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi inti pembeicaraan dalam konseling.

7) Asas Kedinamisan

Upaya konseling menginginkan terjadinya perubahan yang berarti dalam diri klein yakni perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan bukan berarti hanya mengulang hal lama dan ebrsifat monoton, tetapi perubahan yang senantiasa bergerak dengan pasti ke arah pembaharuan lebih maju dan bersifat dinamis sesuai dengan arah peekembangan klein sebagaimana dikehendaki. Asas ini mengacu pada hal-hal baru dan seyogyanya terdapat pada konseling dan menjadi ciri-ciri dari proses dan hasil-hasilnya. 8) Asas Keterpaduan

Pelayanan konseling berupaya memadukan berbagai aspek kepribadian klein. Seperti diketahui bahwa mereka memiliki berbagai aspek kepribadian yang jika keadaannya tidak seimbang, tidak serasi dan tidak terpadu justru akan menimbulkan masalah. Selain itu juga harus memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, diupayakan aspek layanan dapat serasi dan seimbang satu sama lain. Untuk terlaksananya asas ini dengan baik, konselor harus memiliki wawasan luas tentang perkembangan klein dan aspek-aspek lingkungannya.

9) Asas Kenormatifan

Upaya konseling tidak dibenarkan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, baik norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu pengetahuan, maupun tradisi/ kebiasaan sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi dan proses penyelenggaraan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma sebagaimana diberlakukan. Demikian pula prosedur, tehnik dan peralatan yang dipakai tidak boleh menyimpang dari norma-norma dimaksud.

10) Asas Keahlian

Upaya konseling perlu menerapkan asas keahlian secara teratur dan sistematis dengan menggunakan prosedur, tehnik dan alat konseling yang memadai. Untuk itu konselor harus memperoleh latihan yang mamadai, agar keberhasilan konseling dapat dicapai. Layanan konseling adalah layanan profesional, diseleng-garakan oleh tenaga ahli terdidik khusu untuk itu.

11) Asas Alih Tangan

Asas ini menerangkan bahwa jika seorang konselor telah mengupayakan serta mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membantu kleinnya, tetapi belum juga berhasil sebagaimana yang diharapkan, maka konselor melakukan alinh tangan dalam artian merujuk atau mengirimnya kepada petugas atau badan yang lebih ahli dan lebih berwenang. Tindakan ini bukan untuk menunjukkan kegagalan seorang konselor, tetapi bahkan mendukung kualitas profesionalitasnya sendiri.

12) Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini merujuk pada suasana umum yang diharapkan depat tercipta dalam hubungan keseluruhan antara konselor dan klein. Dalam hal ini konselor bertindak sebagai pembimbing dengan mengarahkan klein untuk tampil di depan menyelesaikan masalahyang dihadapi, tetap mengikuti setiap gerak dan langkah kleinnya dari belakang, dan pada saat dibutuhkan akan tetap tampil bersama klein tersebut baik disisi maupun di depan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai dimaksud.

Sedangkan Asas-asas yang terdapat dalam Bimbingan Konseling Islam, sebagaimana yang diterangkan oleh Syaiful Akhyar (2011: 92-98) sebagai berikut: 1) Asas Ketauhidan, 2) Asas Amaliah, 3) Asas Akhlaq al-Karimah, 4) Asas Profesional (Keahlian), 5) Asas Kerahasiaan. Dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Asas Ketauhidan

Tauhid adalah pengesaan Allah yang merupakan syarat utama bagi penjalinan

hubungan antara hamba dengan pencipta-Nya. Tauhid dimaksudkan sebagai penyerahan total segala urusan dan masalah kepada Allah sehingga terjadi sinkronisasi antara keinginan manusia dengan kehendak Allah yang pada gilirannya akan membuahkan as-Sidq, al-Ikhlas, al-‘Ilm dan al-Ma’rifah. Layanan konseling Islam harus dilaksanakan atas dasar prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa (prinsip Tauhid), dan harus berangkat dari dasar ketauhidan yang menuju manusia yang mengtauhidkan Allah sesuai dengan hakikat Islam sebagai agama tauhid. Seluruh prosesnya harus pula berlangsung secara tauhidi sebagai awal dan akhir dari hidup manusia. Konseling Islam yang berupaya mengahantar manusia untuk memahami dirinya dalam posisi vertikal (tauhid) dan horizontal (muamalah) akan gagal mendapat sarinya jika tidak berorientasi pada Keesaan Allah.

2) Asas Amaliah

Konseling Islam tidak hanya merupakan interaksi verbal (secara lisan) antara konselor dan klein, tetapi yang lebih penting adalah klein dapat menemukan dirinya melalui interaksinya, memahami permasalahannya, mempunyai kemauan untuk memecahkan masalahnya, melakukan ikhtiyar/tindakan untuk memecahkan masalahnya. Dengan demikian dalam proses konseling Islam, konselor dituntut untuk besifat realistis, dalam artian sebelum memberikan bantuan terlebih dahulu ia harus mencerminkan sosok figur yang memiliki keterpaduan ilmu dan amal.

3) Asas Akhlaq al-Karimah

Asas ini sekaligus melingkupi tujuan dan proses konseling Islam. Dari sisi tujuan, klein diharapkan sampai pada tahap memiliki akhlak mulia. Sedangkan pada sisi proses, berlangusngnya hubungan antara konselor dan klein di dasarkan atas dasar norma-norma yang berlaku dan dihormati. 4) Asas Profesional (Keahlian)

Keberhasilan suatu pekerjaan akan banyak bergantung pada profesionalitas atau keahlian seseorang dalam melakukannya. Demikian juga dalam Konseling Islam, pelaksanaanya tidak akan membuahkan hasil yang maksimal jika para petugasnya/konselor tidak memiliki keahlian khusus untuk itu. Karena konseling Islam merupakan bidang pekerjaan dalam bidang masalah keagamaan, maka Islam menuntuk “keahlian” yang harus dimiliki setiap konselor agar pelaksanaanya tidak akan mengalami kegagalan.

5) Asas Kerahasiaan

Proses konseling harus menyentuh jati diri klein bersangkutan, dan yang paling mengetahui keadaannya adalah dirinya sendiri. Sedangkan problema

psikisnya kerapkali dipandang sebagai suatu hal yang harus dirahasiakan. Sementara ia tidak mampu untuk menyelesaikannya secara mandiri, sehingga ia memerlukan bantuan orang lain yang lebih mampu. Pandangan seorang klein yang menganggap bahwa masalah itu merupakan aib, dapat menjadi penghambat pemanfaatan layanan konseling jika kerahasiaannya dirasakan tidak terjamin. Al-Ghazali menjelaskan bahwa dalam Islam menyimpan rahasia orang lain itu adalah sangat penting. Karena sangat pentingnya, ia menilai orang yang terpaksa berdusta demi menjaga aib orang lain agar ukhuwah tetap terpelihara, adalah tidak salah dan tidak dikenakan dosa. Dengan demikian konselor tidak hanya terikat dengan kode etik konseling Islam pada umumnya, tetapi juga terikat dengan perlindungan Allah. Adapun Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling sebagaimana yang dijelaskan M. Saleh dalam Lubis (2011: 63-64) sebagai berikut:

1) Konseling memerlukan seorang konselor untuk mendengar dan memahami apa yang dikatakan oleh klein/konseli;

2) Konseling diberikan pada individu yang normal yang sedang menghadapi masalah;

3) Orientasi konseling haruslah ke arah kerjasama dan bukan paksaan; 4) Konseling merupakan proses yang bertujuan mempengaruhi tingkah laku

klien secara sukarela atau dengan kehendak klien sendiri;

5) Memberikan hak kepada klien untuk membuat rencana dan keputusan sendiri; 6) Dialog (diskusi) dalam konseling merupakan cara yang paling baik untuk

memudahkan perubahan tingkah laku;

7) Pendapat klien hendaklah dijadikan pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan;

8) Konselor haruslah berdasarkan etika yang baik;

9) Kerjasama antara guru, pelajar, konselor dan pihak sekolah sangat menentukan keberhasilan proses konseling di sekolah;

10) Konseling akan berhasil, jika direncanakan dengan baik;

11) Secara umum bimbingan konseling berlku untuk semua orang dan tidak hanya tebatas bagi orang yang mempunyai masalah. Dengan kata lain bimbingan konseling di samping sebagai preventif juga bersifat curatif;

12) Dalam proses konseling, klien diharapkan dapat berkembang sehingga setelah proses ini, klien dapat menerima dan memahami dirinya dengan baik.

Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islami dapat disimpulkan bahwa prinsip Bimbingan Konseling Islam berdasarkan asas ketauhidan yaitu proses bantuan yang diberikan hanyalah tertuju kepada Allah semata, asas amaliah yaitu bantuan yang diberikan harus terus diusahakan baik melalui komunikasi, interaksi dll, asas Akhlaq al-Karimah yaitu baik konselor maupun konseli dalam memberi dan mendapat bantuan konseling harus berdasarkan nilai-nilai akhlak yang mulia, asas profesional yaitu konselor harus memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang konseling sehingga hasil yang dicapai dalam memberikan bantuan akan dapat teralisasi dengan baik dan benar, asa kerahasiaan yaitu semua informasi yang telah disampaikan harus dapat terjaga kerahasiaannya tidak boleh tersampikan kepada pihak lain sampai ada persetujuan dari kedua belah pihak.