• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING DALAM ISLAM

E. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI

Saiful Akhyar Lubis (2011: 154) menjelaskan bahwa ada beberapa metode yang dilakukan untuk memelihara kesehatan mental dalam persfektif Islam. Metode konseling islami tersebut adalah: metode yang dikembangkan oleh para sufi yaitu: tahalli, takhalli, tajalli. Kemudian metode yang kedua yaitu metode

syariah, thariqah, ma’rifah. Adapun metode yang ketiga adalah metode Iman,

Islam, Ihsan.

Upaya yang dilakukan dalam membangkitkan keberanian untuk mampu menyelesaikan masalah melalui konseling islami Hanna Djumhana Bastaman (2011: 156) menawarkan tiga cara untuk peningkatan diri yang semuanya merupakan strategi sadar untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.

Cara pertama adalah hidup secara Islami, dalam arti berusaha secara sadar untuk mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai akidah, syari’ah dan akhlak, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat, serta sekaligus berusaha menjauhi hal-hal yang dilarang agama dan aturan-aturan yang berlaku.

Cara kedua adalah melakukan latihan intensif yang bercorak psiko-edukatif.

!$tΒuρ

(#ÿρâÉΔé&

ωÎ)

(#ρ߉ç6÷èu‹Ï9

©!$#

t⎦⎫ÅÁÎ=øƒèΧ

ã&s!

t⎦⎪Ïe$!$#

u™!$xuΖãm

(#θßϑ‹É)ãƒuρ

nο4θn=¢Á9$#

(#θè?÷σãƒuρ

nο4θx.¨“9$#

y7Ï9≡sŒuρ

ß⎯ƒÏŠ

ÏπyϑÍhŠs)ø9$#

∩∈∪

4. Pendekatan Keterbukaan

Klien (konseli) menyampaikan keluhan secara terbuka agar konselor dapat mengidentifikasi permasalahan dan ditemukan jalan keluar yang tepat atas permasalahan yang dihadapinya. Islam sangat menganjurkan keterbukaan dan mengecam ketertutupan atau menyembunyikan kebenaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. yaitu:

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Telah kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah/2: 146).

Dalam Tafsir Jalalain (2015: 77) dijelaskan bahwa orang-orang yang diberikan Alkitab mengenal Muhammad sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri karena disebutkan ciri-cirinya dalam kitab-kitab suci mereka. Kata Ibnu Salam, “Sesungguhnya ketika aku melihatnya, maka aku pun segera mengenalnya, sebagaimana aku mengenal putraku sendiri, bahkan lebih kuat lagi mengenal Muhammad.” Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyem-bunyikan kebenaran ciri-cirinya itu padahal mereka mengetahui keadaan Nabi Muhammad saw. dan siapa Dia yang sebenarnya.

Dalam proses konseling islami klien (konseli) harus terbuka dan jujur dalam menyampaikan keluhan dan pertanyaan, dan konselor harus terbuka dan terus terang pula dalam menyampaikan jalan keluar pemecahan dan penye-lesaian masalah kehidupan klien (konseli). Dengan keterbukaan konseling islami dapat berjalan dengan baik sebagaimana tujuan yang diharapkan.

5. Pendekatan Sukarela

Sikap sukarela dapat diidentifikasi di dalam ajaran Islam dengan sikap ikhlas. Islam memandang bahwa ikhlas adalah dasar yang penting dalam amal perbuatan yang dilakukan. Keikhlasan adalah perintah Allah swt. yang menjadi tolak ukur penilaian bagi amal perbuatan manusia. Allah swt. menyampaikan hal ini dalam firman-Nya yaitu:

t⎦⎪Ï%©!$#

ãΝßγ≈uΖ÷s?#u™

|=≈tGÅ3ø9$#

…çμtΡθèùÌ÷ètƒ

$yϑx.

tβθèùÌ÷ètƒ

öΝèδu™!$oΨö/r&

(

¨βÎ)uρ

$Z)ƒÌsù

öΝßγ÷ΖÏiΒ

tβθßϑçGõ3u‹s9

¨,ysø9$#

öΝèδuρ

tβθßϑn=ôètƒ

∩⊇⊆∉∪

7. Menyadari klien/konseli akan potensinya dan kemampuan ikhtiarnya agar dapat melakuakan self counseling,

8. Membantu klien/konseli menumbuhkembangkan kemampuannya agar dapat mengantisipasi masa depannya dan jika mungkin dapat pula menjadi konselor bagi orang lain,

9. Menuntun klien agar secara mandiri dapat membina kesehatan mentalnya dengan menghindari atau menyembuhkan penyakit /kotoran hati, sehingga memiliki mental/hati sehat/bersih dan jiwa tentram,

10. Menghantarkan klien/konseli kearah hidup yang tenang dalam suasana kebahagiaan hakiki (dunia dan akhirat).

Untuk mencapai tujuan bimbingan konseling islami yang baik diperlukan komunikasi yang baik antara konselor dan konseli (klien). Tanpa komunikasi yang baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang positif terhadap konseli (klien). Dalam Alquran dapat ditemukan beberapa isyarat tentang pola-pola komunikasi antara konselor dan konseli (klien). Adapun pola-polanya yaitu sebagai berikut:

1. Perkataan yang mulia; Qawlan kariman pada Q.S. Al-Isra’/17: 23, maksudnya perkataan yang mulia adalah dengan bahasa yang memiliki arti penghormatan, bahasa yang enak didengar karena terdapat unsur-unsur kesopanan. 2. Perkataan yang baik; Qawlan ma’rufan tersdapat pada Q.S. Al-Baqarah/

2: 263; Q.S. An-Nisa’/4: 8; Q.S. Al-Ahzab/33: 32, maksudnya perkataan yang baik yaitu bahasa yang sesuai dengan tradisi, bahasa yang pantas atau cocok untuk tingkat usianya bahasa yang dapat diterima akal untuk tingkat usia klien.

3. Perkataan yang mengena; Qawlan balighan pada Q.S. An-Nisa: 63, maksudnya yaitu perkataan yang mengena, mendalam dengan bahasa yang efektif, sehingga tepat sasaran dan tujuannya, bahasa yang efisien, sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, waktu dan tempat.

4. Perkataan lemah lembut; Qawlan layyinan pada Q.S Thaha/20: 44, maksudnya yaitu perkataan lemah lembut dengan bahasa yang halus, sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain, bahasa yang baik dan enak didengar.

5. Qawlan azhima pada Q.S. Al-Isra’/17: 80, maksudnya yaitu perkataan yang

berbobot dengan bahasa yang mendalam materinya, bahasa yang berbobot isinya.

Misalnya yang dikemas dalam program dan paket-paket pelatihan pengembangan pribadi, seperti Pengenalan dan Pengembangan Diri (Self Development), AMT (Archievement Motivation Training), Menjadi Orang Tua Efektif (Parent Efektif

Training), Komunikasi Lintas Budaya (Transcultural Communication). Semua

betujuan meningkatkan aspek yang positif dan mengurangi aspek-aspek negatif, baik yang masih potensial maupun yang sudah teraktualisasi dalam prilaku. Tentu semuanya itu harus dimodifikasi secara mendasar dengan landasan dan warna Islami. Dengan pelatihan yang bercorak psiko-edukasi ini seseorang diharapkan menyadarkan diri terhadap keunggulan dan kelemahannya, mampu menyesuaikan diri, menemukan arti dan tujuan hidupnya dan menyadari serta menghayati betapa pentingnya meningkatkan diri.

Cara ketiga yaitu pelatihan disiplin diri yang lebih berorientasi kepada spritual-religius, yakni mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, melalui berzikir, sebagaimana yang diinginkan oleh Allah swt dalam firmannya pada surah al-Baqarah (2) ayat 152.

Tujuan konseling islami adalah membantu seseorang mengambil keputusan dan membantunya menyusun rencana guna melaksanakan keputusan tersebut. Dengan kompetisi tersebut ia bertindak atau berbuat sesuatu yang konstruktif sesuai dengan perilaku yang didasarkan atas ajaran Islam. Berikut ini dipaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan dalam bimbingan konseling islam. Adapun tujuan bimbingan konseling menurut Tohari Musnamar, adalah membina kesehatan mental dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat, serta menuntunnya kearah hidup sakinah, agar batin merasa tenang atau tentram dan senantiasa merasa dekat dengan Allah swt. Kemudian Saiful Akhyar Lubis (2015: 90-91) merumuskan dan merincikan tujuan konseling islami sebagai berikut:

1. Membantu manusia agar dapat terhindar dari masalah,

2. Membantu klien/konseli agar menyadari hakikat diri dan tugasnya sebagai manusia dan hamba allah,

3. Mendorong klien/konseli untuk tawakal dan menyerahkannya kepada Allah, 4. Mengarahkan klien/konseli agar mendekatkan diri setulus-tulusnya kepada Allah dengan senantiasa beribadah secara nyata baik yang wajib maupun yang sunnah,

5. Mengarahkan klien/konseli agar istiqomah menjadikan Allah konselor yang Maha Agung sebagai sumber penyelesaian masalah dan sumber ketenangan hati,

6. Membantu klien/konseli agar dapat memahami, merumuskan, mendiagnosis masalah dan memilih alternatif terbaik penyelesaiannya,

F. PENUTUP

Islam adalah agama fitrah yang memberikan jalan keluar bagi setiap permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Ujian, cobaan dan permasalahan yang dihadapi manusia dijawab oleh Islam melalui solusi yang disebutkan dalam Alquran dan hadis. Pedoman bimbingan konseling islami adalah salah satu yang menjadi jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia sesuai dengan Alquran dan hadis. Allah swt. memberikan potensi kepada setiap individu untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan bantuan bimbingan konseling islami.

Bimbingan konseling islami sangat urgen dalam membangun dunia pendidikan yang berkualitas terutama untuk membantu berhasilnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya bimbingan konseling islami diharapkan akan membantu proses pembelejaran yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan Islam dapat tercapai dengan baik sesuai dengan harapan yang diinginkan rahmatan lil ‘alamin.

G. DAFTAR PUSTAKA

Al Mahalli, Imam Jalaluddindan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2015. TafsirJalalain, Bandung: SinarBaruAlgesindo.

Al-Rasyidin. 2012. Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,

Epistimologi, dan aksiologi Praktik Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media

Perintis.

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah. Daulay, Haidar Putra. 2009. Qalbun Salim: Jalan Menuju Pencerahan Rohani,

Jakarta: Rineka Cipta.

Ghuddah, Abdul Fattah Abu. 2012. Ar-Rosul Al-Mu’allim wa Asalibuhu fil Ta’lim, terj. Mochtar Zoerni, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah, Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka al Husna.

Lubis, Lahmuddin. 2011. Landasan Formal Bimbingan Konseling Indonesia, Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Lubis, Syaiful Akhyar. 2015. Konseling Islami dalam Komunitas Pesantren, Bandung: Ciptapustaka Media.

6. Qawlan sadid pada Q.S. An-Nisa’/4: 9, yaitu perkataan benar dan berimbang

dengan bahasa yang benar, bahasa yang berimbang (adil) dari kedua belah pihak.

7. Qawlan maysuran pada Q.S. Al-Isra’/17: 28, maksudnya yaitu perkataan

yang pantas dengan bahasa yang dimengerti, bahasa yang dapat menyejukkan perasaan.

8. Qawlan min rabb rahim pada Q.S. Yasin/36: 58, maksudnya Perkataan

rabbani dengan bahasa yang isinya bersumber dari Allah swt., bahasa yang yang mengandung pesan dari Allah swt.

Perkataan dengan menggunakan pola bahasa-bahasa yang diuaraikan di atas dapat digunakan konselor untuk dapat berkomunikasi dengan klien. Konselor harus menimbang dan melihat pola komunikasi yang tepat untuk digunakan berdasarkan kondisi dan psikologi klien yang dihadapinya sehingga terjalin komunikasi yang baik dan tujuan dari proses konseling islami dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Tujuan bimbingan konseling islami yang telah diuraikan di atas dapat dipahami bahwa urgensi bimbingan konseling itu sangat urgen dilakukan dengan bahasa yang tepat dan bahkan bila perlu dengan isyarat yang intinya klien dapat memahami maksud solusi yang diberikan oleh konselor. Rasulullah saw. juga mencontohkan bimbingan ini di dalam hadis Rasulullah saw. bersabda, yaitu:

Telah menceritakan kepada Kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada Kami Yahya dari Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan thawaf mengelilingi pada haji wada’ di Ka’bah dan Shafa serta Marwa di atas kendaraannya agar orang-orang melihatnya dan untuk membimbing dan agar orang-orang bertanya kepadanya. Karena sesungguhnya orang-orang telah mengelilingi beliau (HR. Abu Daud).

Berdasarkan hadis di atas Rasulullah saw. mencontohkan dalam membimbing haji dalam ibadah haji. Pola komunikasi konseling yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. tersebut selayaknya untuk dipelajari, dikaji dan ditauladani serta diterapkan dalam pelaksanaan bimbingan konseling sehingga tujuan bimbingan konseling dapat tercapai dengan baik di era modern zaman sekarang.

PERAN DAN TUJUAN KONSELING