• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 tahun 2009 mengisyaratkan bahwa untuk kenaikan pangkat dan golongan guru perlu dilakukan Penilaian Kinerja Guru. Penilaian Kinerja Guru (PKG) meng-gunakan instrumen yang didasarkan kepada: 14 kompetensi bagi guru kelas dan/atau mata pelajaran; 17 kompetensi bagi guru BK/konselor, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut (Basuki, 2011):

Tabel 1: Domain Kompetensi Guru dalam PK Guru

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru mata pelajaran dan guru BK adalah: kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Masing-masing guru BK dan guru mata pelajaran diberikan indikator untuk setiap jenis kompenetsi yang harus dimiliki. Kompetensi yang harus dimiliki guru mata pelajaran sebanyak 14 indikator, dan kompetensi yang harus dimiliki guru BK sebanyak 17 indikator. Pada kesempatan ini, akan dibahas kompetensi guru Bimbingan dan Konseling.

Guru Kelas/ Mata Pelajaran

Guru BK/ Konselor

Pedagogi (7 kompetensi) Pedagogi (3 kompetensi) Kepribadian (3 kompetensi) Kepribadian (4 kompetensi) Sosial (2 kompetensi) Sosial (3 kompetensi) Profesional (2 kompetensi) Profesional ( 7 kompetensi)

memuliakan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten sebagai tenaga pendidik adalah suatu langkah awal yang paling tepat untuk dilakukan.

2) Mengaplikasikan Perkembangan Fisiologis dan Psikologis serta Perilaku Siswa/konseli

Setiap siswa/konseli memiliki keunikan masing-masing, kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kecenderungan perilaku yang dimilikinya. Memahami dan menghargai seluruh perbedaan yang dimiliki oleh siswa/konseli menjadi tugas guru BK di sekolah. Layanan konseling diberikan kepada siswa/konseli agar mereka dapat memahami, menerima, diri dan lingkungan secara objektif, positif, dan dinamis, sehingga terwujud kehidupan yang efektif setiap saat (Prayitno, 2009).

Memahami diri merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini juga tertuang dalam hadis qudsi yang kira-kira artinya “barang siapa mengenal akan dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya, barang

siapa mengenal Tuhannya, maka dia mengenal dirinya”. Mengenal diri menjadi

kebutuhan yang sangat penting untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Sebaliknya, orang yang tidak memahami dirinya tentu menjadi bibit yang akan menjadikan kehidupannya sulit. Atau dengan istilah lain “tidak tahu diri” akan menjadikan seseorang “hidup tidak berarti”.

Tidak cukup hanya memahami diri, seseorang juga harus menerima diri dengan baik. Dengan kata lain hidup selalu bersyukur dan ikhlash atas segala keadaan yang dihadapi. “Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah

nikmat-KU, dan jika kamu kufur, ingatlah azab-KU sangat pedih” (Depag, 2005:257).

Oleh karna itu, tugas konselor setelah membantu seseorang untuk memahami dirnya dengan baik adalah membantu seseorang untuk selalu bersyukur dan ikhlas dalam kehidupan. Seorang siswa harus dibantu untuk memahami dirinya sebagai siswa dan segala bentuk cara berfikir, cara bersikap, dan cara bertindak layaknya seorang siswa. Mengajari siswa untuk gemar menekuni segala tugas yang melekat bagi siswa dengan penuh kesadaran dan kenyamanan.

Selain itu, sebagai makhluk sosial manusia tidak luput dari pengaruh lingkungan. Baik sikap dan perilaku orang-orang yang berada di lingkungannya, begitu juga dengan segala keadaan yang terjadi di lingkungan selalu berpeluang untuk merubah pola fikir, pola sikap, dan tindakan seseorang di lingkungan. Oleh karna itu, belajar memahami orang lain, dan menghargai orang lain dan tanpa harus menjadi orang lain adalah tugas berat yang harus selalu disadarkan oleh guru BK kepada setiap siswa/klien.

B. PEMBAHASAN

1. Kompetensi Guru BK a. Kompetensi Pedagogi

1) Menguasai Teori dan Praksis Pendidikan

Kondisi rendahnya mutu pendidikan di tanah air cenderung dibesar-besarkan dan kurang didalami faktor-faktor yang melatar belakanginya. Aksi saling tuduh antara berbagai steakhholders pun terjadi, yang satu menyalahkan yang lain dan sebaliknya. Berbagai analisa yang dilakukan beberapa orang menemukan jawaban yang mudah dan sering dikemukakan adalah kurikulum sering berganti, prasarana dan sarana pendidikan kurang memadai, dan gaji guru rendah. Tanpa menyangkal relevansi faktor-faktor yang dimaksudkan itu, ada hal-hal lain yang lebih mendasar yang perlu mendapat perhatian. Tidak dipraktikkannya ilmu pendidikan dan merajalelanya kecelakaan pendidikan merupakan dua hal yang menjadi akar rendahnya mutu pendidikan itu (Prayitno, 2009:1). Ilmu pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di Indonesia. Pendidikan tanpa ilmu pendidikan dapat diibaratkan anak yang kekurangan gizi, sudah tentu akan menghambat pertumbuhannya (Prayitno, 2009:1). Ilmu pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pendidikan itu sendiri. Lalu, bagaimana dengan pendidikan kita? Jawabannya adalah, pendidikan adalah hanya sebagai sarana untuk memperoleh ijazah dan selanjutnya mendapatkan pekerjaan yang bergengsi di mata masyarakat. Semakin bagus jenis pekerjaan yang diperoleh seseorang, semakin tinggi pula status sosial yang diperolehnya. Sehingga pendidikan sudah lari dari proses belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas. Dalam beberapa kali diskusi bersama para mahasiswa jurusan pendidikan, tidak jarang kita temukan mereka memilih jurusan pendidikan sebagai alternatif terakhir. Setelah mereka tidak lulus di jurusan kedokteran, farmasi, sains, dan beberapa jenis profesi yang menurut mereka berkualitas, barulah mereka memilih jurusan pendidikan. Tentu kita juga tidak menafikan banyak para mahasiswa berkualitas dan menjadikan jurusan pendidikan sebagai pilihan utamanya dan menjadi panggilan jiwa untuk mendidik. Berbagai kecelakaan pendidikan akhir-akhir ini menghiasi layar kaca kita di rumah dan beberapa media massa. Mulai dari pelecehan, tawuran pelajar, hukuman yang membahayakan, bulliying, dan lain sebaginya adalah teguran besar bagi kita atas kelalaian kita terhadap dunia pendidikan itu sendiri. Meng-abaikan ilmu pendidikan, dan menempatkan orang-orang yang hanya sebagai pencari pekerjaan menjadi tenaga pendidik adalah sebuah kesalahan besar yang harus kita tebus dengan generasi kita sendiri. Oleh karena itu, kembali

memilih dan membuat perencanaan karir di masa depan, 4) membantu siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah dan di luar sekolah, 5) membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan orangtua di rumah, 6) membantu dan mengurangi pemubaziran dan kelambanan yang terjadi di sekolah, 7) membantu siswa yang memerlukan bantuan khusus, 8) menambah daya tarik sekolah bagi masyarakat, 9) membantu sekolah dalam mewujudkan sukses proses pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, dan 10) membantu mengatasi masalah disiplin siswa di sekolah (Tohirin, 2013). Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki esensi yang berbeda untuk setiap jenis dan jenjangnya. Oleh karena itu, pelayanan Bimbingan dan Koseling di sekolah hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tugas perkembangan siswa untuk setiap jenis pendidikan, jalur pendidikan, dan jenjang pendidikan yang diikuti siswa. Penyusunan program layanan Bimbingan dan Konseling haruslah dengan mempertimbangkan dua hal esensi, yaitu 1) tugas perkembangan siswa itu sendiri yang sesuai dengan jenis, jalur, dan jenjangnya, dan 2) need assesmen yang dilakukan melalui pengadministrasian berbagai instrumentasi untuk mengetahui kebutuhan siswa secara individu, dan kelompok. Dengan melakukan penyusunan program yang demikian, memungkinkan guru BK akan dapat memberikan pelayanan yang baik di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa yang sesungguhnya.

b. Kompetensi Kepribadian

1) Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan YME

Sebagai pendidik di Negara Indonesia yang menganut nilai-nilai pancasila, tentunya seorang pendidik harus memiliki keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Memiliki keyakinan yang kuat terhadap salah satu Agama yang diakui di Indonesia menjadi salah satu inti dari kompetensi kepribadian seorang pendidik di Indonesia. Lalu, bagaimana yang dikatakan dengan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa? Jawaban sederhananya adalah: Dapat memahami dengan sebaik-baiknya akan ajaran agama yang dianut, kemudian menjalankannya pula dengan sebaik-baiknya.

Menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berarti kita meyakini adanya kekuasaan mutlaq oleh Allah SWT atas segala apa yang telah diamanahkan kepada kita sebagai “khalifah fi al-Ard”. Setiap keputusan dan tindakan yang kita lakukan tidak luput dari pengawasan Allah SWT, dan sudah barang tentu kita akan mempertanggung jawabkannya kelak di kemudian hari.

Kemudian, berfikir objektif terhadap segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri dan lingkungan. Memahami dan menilai sesuatu hendaknya dilakukan dengan fakta yang ada, “tidak mengukur pakaian orang lain dengan pakaian

sendiri”. Selanjutnya, berfikir selalu positif terhadap segala sesuatu yang terjadi.

Memahami dan menilai sesuatu berdasarkan nilai-nilai positif. Tidak ada yang diciptakan di dunia ini secara sia-sia. Hanya saja, bagaimana kita memahaminya dan menilainya secara positif itulah yang paling utama. Terakhir, berfikir, bersikap, dan bertindak secara dinamis harus digalakkan kepada setiap siswa. Bagaimana hari ini dan hari-hari berikutnya terus menjadi lebih baik.

Kesimpulannya, untuk mengaplikasikan perkembangan fisiologis, psikologis, dan perilaku siswa/konseli adalah tugas guru BK di sekolah dengan cara berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan orangtua di rumah. Menjadikan manusia berkualitas adalah sebuah proses panjang yang perlu dilakukan dengan pendekatan sistem yang baik.

3) Menguasai Esensi Pelayanan BK dalam Jalur, Jenis, dan Jenjang Satuan Pendidikan

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah tentu tidak akan berhasil secara optimal jika tidak didukung oleh penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling yang baik (Tohirin, 2013:11).

Sekolah dan Madrasah memiliki tanggung jawab besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Pelayanan Bimbingan dan Konseling diberikan guna membantu siswa dalam mengentaskan berbagai kesulitan yang dialami ketika belajar. Secara umum, masalah-masalah siswa dalam belajar di sekolah yang dapat diberikan bantuan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah: 1) masalah-masalah pribadi yang dimungkinkan mengganggu konsentrasi belajar dan aktivitas belajar, 2) masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran, seperti keterampilan belajar, kesulitan belajar, dan hal-hal lain yang menyangkut proses pembelajaran itu sendiri, 3) masalah pendidikan, seperti, 4) masalah-masalah karir dan pekerjaan, 5) menggunakan waktu, 6) masalah-masalah-masalah-masalah sosial, dan lain sebaginya (Tohirin, 2013).

Ada sepuluh hal yang perlu dipahami mengapa layanan Bimbingan dan Konseling diperlukan di sekolah, yaitu: 1) membantu siswa agar berkembang di smeua bidang, 2) membantu siswa untuk membuat pilihan yang susuai dengan dirinya pada semua jenis dan jenjang pendidikan, 3) membantu siswa

saja yang diperlukan. Memberikan yang tebaik dalam pekerjaan, dihormati karna keteguhan hati, dan diikuti karna kejelasan visi dan misinya. 3) Memiliki ide-ide original dan dorongan untuk mencapai ide-ide tujuan. 4) Terampil dalam pemecahan masalah.

5) Responsive dan bertanggung jawab. 6) Jujur dan terus terang.

4) Menampilkan Kenerja Berkualitas Tinggi

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu, menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.

Seorang guru BK hendaknya selalu menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi. Yaitu kinerja yang dapat memberikan manfaat positif bagi perkembangan siswa/konseli di sekolah. Sukses tidaknya guru BK melaksanakan kegiatan layanan BK di sekolah dapat dilihat dari sikap siswa terhadap guru BK, apakah guru BK semkin didekati atau semakin dijauhi, disiplin siswa apakah siswa semakin disiplin atau tidak, suasana belajar siswa apakah semakin baik, interaksi sosial siswa apakah semakin baik?

c. Kompetensi Sosial

1) Mengimplimentasikan Kolaborasi Internal di Tempat Bekerja

Guru BK yang professional dapat mengimplenetasikan kolaborasi di kalangan internal sekolah. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK pada siswa dapat dijadikan guru mata pelajaran sebagai penunjang aktivitas belajar di kelas, begitu juga sebaliknya aktivitas belajar siswa di kelas bersama guru mata pelajaran dapat dijadikan guru BK sebagai pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Guru BK dan guru mata pelajaran dituntut untuk saling berbagi informasi dan bekerja sama terkait dengan perkembangan siswa di sekolah.

2) Berperan dalam Organisasi dan Kegiatan Profesi BK

Bahasan tentang profesi didasarkan pada dan dimulai dengan penegasan yang ada dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa pendidik merupakan

tenaga profesional (Pasal 39 Ayat 2), dengan pengertian bahwa: “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

Oleh karna itu setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan hendaknyalah sebagai wujud ibadah kita kepada Allah SWT. Membuat keputusan dan tindakan dilakukan dengan merujuk kepada pedoman yang telah diturunkan-Nya kepada kita.

2) Menghargai dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusian, Individualitas dan Kebebasan Memilih

Salah satu tugas guru BK di sekolah adalah membentuk pribadi unggul siswa agar tidak mudah rapuh, sikap sisoal yang baik, dan pengendalian diri yang baik. Oleh karna itu, guru BK hendaknya terlebih dahulu memiliki pribadi yang unggul. Kepribadian guru BK di sekolah menjadi contoh positif bagi semua siswa. Sehingga siswa mendapatkan kenyamanan melalui sikap, sifat, dan perilaku guru yang ditampilkan di sekolah, selanjutnya menjadi contoh teladan bagi siswa (Sedayanasa, 2014:75).

Brammer dalam Gede Sedayana (2014) menjelaskan beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru BK adalah sebagi berikut:

1) Awareness of self and values, (kesadaran akan diri dan nilai).

2) Awareness of cultural experience, (kesadaran akan pengelaman budaya). 3) Ability to analyze the helper’s own feeling, (kemampuan untuk menganalisis

kemampuan sendiri).

4) Ability so serve as model and influencer, (kemampuan melayani sebagai pemimpin

dan orang yang berpengaruh).

5) Altruism, (berbuat tanpa pamrih)

6) Strong sense of ethics, (penghayatan etik yang kuat) 7) Responsibility, (tanggung jawab).

3) Menunjukkan Integritas dan Stabilitas Kepribadian yang Kuat

Integritas sebagai suatu keterpaduan antara fikiran, sikap, dan tindakan yang untuh dalam kepribadian seorang guru BK hendaknya dapat selalu dalam kondisi stabil dan kuat akan segala tantangan yang ada. Beberapa prinsif yang perlu diintegrasikan seorang guru BK pada dirinya adalah:

1) Memiliki pendirian sendiri tentang apa yang harus dicapai dan bagaimana mengerjakannya dengan mantap, dan tidak peduli gangguan. Hal ini akan membentuk keseriusan, tenang, konsentrasi, teliti, teratur, logis, realistis, dalam mewujudkan apa yang harus dicapai.

3) Menegakkan kode etik profesi, yang meliputi : (a) apa yang harus dilakukan,

(b) apa yang tidak boleh dilakukan, dan (c) apa yang dianjurkan untuk dilakukan oleh pemegang/pelaksana pelayanan profesi.

Oleh karna itu, sebagai guru Bimbingan konseling hendaknya bergabung dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling, seperti Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), dan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK).

3) Mengimplimentasi Kolaborasi antar Profesi

Selain aktif di organisasi profesi Bimbingan dan Konseling, seorang guru BK juga hendaknya dapat berkolaborasi dengan berbagai organisasi profesi yang ada. Terutama organisasi-organisasi profesi yang ada relevansinya dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Melakukan kolaborasi dengan berbagai profesi yang ada dapat membantu guru BK untuk melaksakan layanan konseling, khusunya yang berkaitan dengan layanan kegiatan pendukung konferensi kasus.

d. Kompetensi Profesional

1) Menguasai Konsep dan Praksis Asesmen untuk Memahami Kondisi, Kebutuhan dan Masalah Konseli

Sebagai tenaga pendidik professional, guru BK hendaknya menguasai konsep dan praksis assesmen yang berkaitan dengan upaya memahami kebutuhan siswa/konseli terhadap layanan konseling di sekolah. Assesmen yang perlu dikuasai guru BK antara lain: Alat Ungkap Masalah Umum (AUM Umum), Alat Ungkap Masalah Persyaratan Penguasaan materi Pelajaran, Keterampilan Belajar, Sarna Belajar, Keadaan Diri, dan Lingkungan dalam Belajar (AUM PTSDL), Sosiometri, Himpunan Data, dan beberapa Instrumen lain yang dapat membantu guru BK dalam memahami kebutuhan siswa.

2) Menguasai Kerangka Teoritik dan Praksis BK

Sebagai suatu disiplin ilmu, bimbingan dan konseling memiliki konsep teori yang jelas, dan terstruktur dan tentu dapat diaplikasikan secara praktis. Berbagai jenis dan model pendekatan konseling telah diuraikan oleh para ahli dalam bimbingan dan konseling. Tentunya, setiap teori tepat untuk masalah yang satu dan belum tentu tepat untuk masalah yang lain. Oleh karena itu,

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU No.14/2005 Pasal 1 Butir 4)” (Pryitno, 2009).

Pengertian dan komponen profesi yang dimaksudkan itu menjadi isi dari ciri atau kriteria profesi pada umumnya, yaitu:

1) Keintelektualan: pelayanan profesi didasarkan pada hasil pemikiran dan kaidah-kaidah keilmuan

2) Kompetensi yang dipelajari: kemampuan profesional pelayanan profesi diperoleh melalui proses pembelajaran, bukan dari mimpi atau semedi atau “pemberian” yang tidak tentu asal-usulnya.

3) Objek praktis spesifik: masing-masing profesi memiliki obyek atau fokus pelayanannya sendiri, sehingga objek berbagai profesi tidak saling tumpang tindih. 4) Motivasi altruistik: pelayanan profesi adalah demi subjek yang dilayani; kepentingan

dan kebahagiaan subjek yang dilayani adalah utama dan sepenuhnya mengalah-kan pamrih pribadi pemegang profesi yang melayani.

5) Komunikasi dan organisasi profesi: isi, dinamik-teknik dan pengelolaan pelayanan profesi dapat dikomunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, kecuali hal-hal berkenaan dengan asas kerahasiaan. Komunikasi ini terutama dalam pendidikan dan pengembangan profesi serta kerjasama antarprofesi. Organisasi profesi berperan dalam komunikasi demikian itu (Prayitno, 2009).

Adapun tugas pokok organisasi profesi tidak lain adalah menegakkan profesi yang diembannya dan mengembangkannya sehingga menjadi profesi yang benar-benar bermartabat. Secara lebih terarah, tugas organisasi profesi berada dalam tridarma berikut:

1) Ikut serta mengembangkan ilmu dan teknologi pelayanan profesi. Pengembang

utama ilmu dan teknologi profesi adalah perguruan tinggi; peranan organisasi adalah pendukung, memberikan masukan dan memperkuat tugas perguruan tinggi mengembangkan ilmu dan teknologi itu.

2) Menegakkan dan mengembangkan praktik pelayanan profesi. Tugas di lapangan

ini menjadi tugas pokok yang sangat nyata dan secara langsung mewarnai kinerja dengan (sisi pandangan hidup, sikap, komitmen dan aksi) para konselor di masyarakat luas. Untuk itu organisasi profesi harus terjun langsung ke lapangan membina penerapan trilogi profesi dan sepenuhnya memperhatikan panduan dari pihak-pihak yang berwenang (pemerintah) dan pihak-pihak terkait lainnya.

6) Memiliki Kesadaran dan Komitmen Terhadap Etika Profesional

Sebagai guru BK yang memiliki tanggung jawab mendidik tentunya dituntut untuk selalu memiliki kesadaran dan komitmen terhadap profesi yang ditekuninya. Seorang guru BK harus sadar betul bahwa misi utamanya di sekolah adalah untuk membantu siswa/klien menjadi siswa yang berprestasi secara pribadi, sosial, dan akademik. Oleh karna itu, setiap sikap dan tindakan yang ditampilkan oleh guru BK di sekolah tentulah yang menunjang kesuksesan misi tersebut. Selain itu, guru BK juga harus benar-benar menjunjung tinggi etika profesinya sebagai pendidik.

7) Menguasai Konsep dan Praktis Penelitian dalam BK

Ilmu pengetahuan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan zaman. Begitu juga dengan perilaku dan kebutuhan siswa/konseli di sekolah tentu juga ikut berubah. Oleh karna itu, untuk menyesuaikan kegiatan BK yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan siswa/ konseli di sekolah guru BK harus dapat melaksanakan kegiatan penelitian khususnya tentang bimbingan dan konseling.

C. PENUTUP

Kegiatan bimbingan dan konseling sebagai salah satu kegiatan yang urgen dalam proses pendidikan di Indonesia hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh tenaga professional. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerja sama yang kuat oleh semua pihak, dengan menyesuaikan antara teori dan fakta. 17 indikator yang harus dipenuhi oleh guru bimbingan dan konseling agar dapat dikatakan dengan guru bimbingan dan konseling yang professional.

D. DAFTAR PUSTAKA

Basuki. Kompetensi Guru BK, Online, http://basukimgplmg.blogspot.co.id. Diakses tanggal 28 Desember 2011.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnnya. Jakarta: J-Art. Gede Sedayanasa. 2014. Pengembangan Pribadi Konselor. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 tahun 2009

memahami dengan benar hakikat dari setiap model dan pendekatan teori konseling yang ada serta dapat memilih pendekatan yang tepat untuk masalah yang dihadapi siswa/klien adalah syarat yang sangat penting untuk dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

3) Merancang Program BK

Merancang program Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah bagaimana menyusun kegiatan-kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang akan dilak-sanakan oleh guru BK kepada siswa/konseli. Program yang disusun adalah mulai dari program tahunan, program semseteran, program bulanan, program mingguan dan harian.

4) Mengimplementasikan Program Bk yang Komprehensif

Program Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki konsep dasar yang telah disusun dengan baik oleh para ahli. Mengimplementasikan layanan BK di sekolah dilaksanakan dengan mengintegrasikan antara landasa, azas, prinsif, pendekatan, format, dan setting pelayanan bimbingan dan konseling secara komprehensif.

5) Menilai Proses dan Hasil Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Setelah memberikan layanan bimbingan dan konseling, guru BK harus dapat melakukan penilaian terhadap proses dan hasil layanan yang telah dilakukan. Penilaian tersebut berupa penilaian segera, penilaian jangka pendek, dan penilaian jangka panjang. Penilaian segera merupakan penilain yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan layanan, dimana sebelum mengakhiri pertemuan guru BK memberikan penilaian segera terhadap kegiatan yang baru saja dilaksanakan.