• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang telah diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Teknik Analisis Statistik

Teknik analisis statistik digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, berupa AUM Umum Format-2 dan angket. Maksudnya adalah data yang terkumpul hasil olahan AUM Umum Format-2 dan angket dianalisis secara statistik, dengan menghitung persentase dari masing-masing jawaban responden berdasarkan frekuensi yang diperoleh. Hasil analisis tersebut kemudian dideskripsikan. Adapun perhitungan persentase dilakukan dengan rumus seperti dikemukakan A. Muri Yusuf (1997:71), yaitu:

F N Keterangan :

P = Tingkat prosentase jawaban F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah sampel

2. Teknik Analisis Naratif

Data yang terkumpul hasil wawancara berupa jawaban-jawaban yang disampaikan oleh konselor terhadap pertanyaan yang diajukan, dianalisis dengan teknik naratif, kemudian dideskripsikan dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Oxford (1990:105), bahwa data yang terkumpul melalui wawancara, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis naratif, dengan cara: (1) melakukan kegiatan unitasi atau meregestrasikan satuan-satuan informasi yang diperoleh dari catatan lapangan, (2) mengkategorikan data yang telah diperoleh sesuai dengan pertanyaan penelitian, (3) membuat laporan dalam bentuk naratif, yaitu uraian yang lengkap tentang temuan di lapangan,

Selain layanan konseling perorangan, konselor juga melakukan penanganan terhadap masalah ANM siswa dengan melaksanakan layanan konsultasi. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan salah seorang konselor yang menyatakan bahwa:

Pada periode Juli 2015, saya pernah kedatangan seorang guru mata pelajaran untuk berkonsultasi dengan saya berkenaan dengan hasil ulangan salah seorang dari siswanya menurun, padahal menurut guru mata pelajaran, siswa tersebut termasuk kategori di atas rata-rata. Guru itu meminta saya untuk memberikan trik-trik dalam mengatasi masalah siswa tersebut.

Dari wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa ada seorang guru mata pelajaran yang datang kepada konselor dan mengkonsultasikan masalah yang dialami oleh siswanya. Guru mata pelajaran itu meminta bantuan kepada konselor agar dirinya memiliki kemampuan untuk membantu menangani masalah yang dialami siswanya itu. Dari hasil wawancara selanjutnya dengan konselor terungkap bahwa:

Untuk mengantisipasi timbulnya masalah ANM pada siswa, kami melaksanakan layanan orientasi kepada siswa pada awal masuk sekolah atau kelas baru. Dalam layanan ini, kami lebih menekankan pada pengenalan tentang sistim pembelajaran yang akan ditempuh oleh siswa di sekolah ini, serta standar nilai/NEM yang harus mereka peroleh pada setiap mata pelajaran. Bagi siswa baru, layanan ini kami berikan ketika mereka mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS). Dalam kegiatan tersebut, kami melibatkan guru mata pelajaran sebagai nara sumber. Dengan layanan ini, diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang keadaan sekolah ini, terutama hal-hal yang berhubungan dengan mata pelajaran, sistem pembelajaran, NEM, dan tujuan mereka belajar di sekolah ini.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa konselor telah melakukan antisipasi terhadap timbulnya masalah anm pada siswa dengan memberikan layanan orientasi pada awal masuk sekolah atau kelas baru, terutama pada siswa baru yaitu pada saat mereka mengikuti kegiatan MOS, dengan melibatkan guru mata pelajaran sebagai nara sumber. Sementara itu, konselor senada mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu antara AUM Umum pertama dan kedua, layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak ter-laksanakan oleh guru pembimbing. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

Pada periode Juli 2015 kami tidak sempat melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok berkenaan dengan masalah anm siswa, karena kedua layanan ini membutuhkan waktu yang panjang, sedangkan siswa. Guru mata pelajaran juga telah berperan serta memberikan pengajaran

perbaikan dan pengayaan. Selain melalui layanan pembelajaran, konselor juga melakukan penanganan dengan menyelenggarakan layanan BK lainnya. Hal ini terungkap dari hasil wawancara lebih lanjut dengan guru pembimbing sebagai berikut:

Pada periode Juli 2015, kami menyelenggarakan layanan informasi pada jam pelajaran BK secara klasikal di dalam kelas dan secara individual sesuai dengan kebutuhan siswa. Adapun materi yang kami berikan diantaranya adalah mengenai teknik-teknik dalam belajar, keterampilan belajar, cara meng-ingat materi pelajaran yang sudah dipelajari, menumbuhkan konsentrasi belajar, dsb. Materi tersebut kami berikan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa konselor telah melakukan penanganan terhadap masalah ANM siswa dengan menyelenggarakan layanan informasi dalam bentuk individual dan klasikal. Dari hasil wawancara selanjutnya dengan salah seorang konselor terungkap bahwa:

Pada periode Juli 2015, saya memberikan layanan konseling individu terhadap siswa yang datang kepada saya secara sukarela. Saya juga pernah memanggil siswa untuk diberi layanan ini, karena ada informasi dari guru mata pelajaran dan wali kelas. Pada periode yang sama, saya juga pernah menerima siswa yang dikirim oleh guru mata pelajaran untuk diberi layanan ini.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dijelaskan bahwa peran konselor adalah memberikan layanan konseling perorangan kepada siswa yang datang secara sukarela ataupun karena dipanggil oleh guru pembimbing, terutama apabila ada informasi dari guru mata pelajaran. Konselor juga menerima siswa alih tangan dari guru mata pelajaran untuk diberi layanan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa guru mata pelajaran telah berperan serta dalam kegiatan BK, yaitu memberikan informasi tentang siswa dan mengirimkan (referal) masalah siswa kepada guru pembimbing. Hasil wawancara di atas mendapat dukungan dari konselor lainnya yang mengungkapkan bahwa:

Layanan konseling individu tidak hanya diberikan kepada siswa yang datang saja. Kami konselor berusaha memanggil siswa untuk diberi layanan ini terutama siswa yang sering membuat keributan di kelas, sering bolos dan cabut dari sekolah. Kami juga memanggil siswa jika ada informasi dari pihak tertentu seperti guru mata pelajaran dan wali kelas berkenaan dengan masalah tersebut.

Untuk terlaksananya kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan, kami bekerjasama dengan guru mata pelajaran melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa, seperti menganalisis hasil belajar siswa dan memberikan format KPMP kepada siswa. Kami juga bekerjasama menyusun program kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan, dengan menekankan pada pemberian waktu lebih banyak, serta bimbingan yang memadai untuk mem-pelajari bahan yang disajikan di luar jam pelajaran, dalam bentuk kelompok dan individu.

Dari hasil wawancara di atas dapat dikemukakan bahwa konselor melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa dan menyusun program kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan. Dari wawancara lebih lanjut dengan konselor juga terungkap bahwa:

Dalam menangani masalah anm yang dialami siswa, terutama yang berkenaan dengan hasil belajar siswa, kami melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran. Kerjasama yang kami lakukan diantaranya melalui layanan pembelajaran, yaitu dalam pelaksanaan program pengajaran perbaikan dan pengayaan. Dalam hal ini, kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan yang berkenaan dengan materi pelajaran, diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan, sesuai dengan kebutuhan siswa. Bagi siswa yang diberi pengajaran perbaikan, kami berusaha memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka, agar lebih giat lagi dalam belajar, dan melatih mereka dengan berbagai keterampilan belajar agar mampu menguasai materi yang lebih baik, seperti keterampilan mengingat, membaca, meringkas, dan sebagainya. Sedangkan terhadap siswa yang ikut program pengayaan, kami berusaha mengembangkan sikap mereka agar tetap bersemangat dalam belajar dan bertahan dengan prestasi yang telah diperolehnya.

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kerjasama yang dilakukan konselor dengan guru mata pelajaran adalah dalam pelaksanaan program pengajaran perbaikan dan pengayaan.

F. PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian, dapat dikemukakan beberapa simpulan berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Masalah-masalah PDP yang dialami siswa sebelumnya, sebagian besar tidak dialami lagi oleh siswa. Secara umum, frekuensi siswa yang mengalami masalah semakin berkurang pada pengadministrasian AUM Umum kedua. waktu yang tersedia bagi kami tidak mencukupi. Kedua layanan ini lebih

mungkin dilakukan di luar jam pelajaran sekolah, akan tetapi kegiatan siswa di luar jam sekolah sangat banyak seperti kegiatan ekstrakurikuler, remedial, les, kursus, dan sebagainya.

Dari hasil wawancara tersebut di atas diperoleh keterangan bahwa konselor tidak melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok karena waktu yang tidak mencukupi dan banyaknya kegiatan siswa di luar jam sekolah

2. kerjasama konselor dengan guru mata pelajaran dalam menangani masalah pdp siswa

a. Temuan

Temuan penelitian berkenaan dengan kerjasama yang dilakukan konselor dengan guru mata pelajaran dalam menangani masalah PDP siswa, dalam kurun waktu antara AUM Umum pertama dan kedua, tergambar dari hasil wawancara yang dilaksanakan dengan konselor pada bulan Januari 2015. Dari hasil wawancara terungkap sebagai berikut:

Masalah ANM merupakan masalah yang berkaitan erat dengan masalah belajar, yang pada setiap tahun atau setiap periode, masalah ini hampir paling banyak dialami oleh siswa. Dengan kondisi demikian, kami melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran dalam penanganannya. Kerjasama yang telah kami lakukan selama periode Juli 2015, adalah memberikan bimbingan belajar pada siswa melalui layanan pembelajaran. Kami juga melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran melalui kegiatan pendukung alih tangan kasus, dimana kami menerima siswa yang mengalami masalah dari guru mata pelajaran dan sebaliknya, kami mengalihtangankan kasus siswa yang memerlukan penyelesaian dari guru mata pelajaran, seperti pengajaran perbaikan dan pengayaan.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikemukakan bahwa kerjasama yang dilakukan konselor dengan guru mata pelajaran dalam menangani masalah ANM siswa, adalah melalui layanan pembelajaran, dan kegiatan pendukung alih tangan kasus, dimana konselor menerima siswa bermasalah yang dikirim oleh guru mata pelajaran. Sebaliknya, konselor mengalihtangankan siswa kepada guru mata pelajaran, terutama untuk diberikan pengajaran perbaikan dan pengayaan. Sementara itu, hasil wawancara dengan konselor lainnya terungkap sebagai berikut:

secara profesional. Dalam hal ini, konselor hendaknya lebih mengintesifkan dan mengoptimalkan layanan pembelajaran, terutama pada materi bidang bimbingan belajar, diantaranya pengembangan motivasi belajar, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar siswa yang baik, serta kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan. Konselor juga hendaknya mampu memotivasi siswa agar mau menerapkan dan mengembangkan keterampilan belajarnya, serta mengembangkan sikap positif, baik terhadap konselor maupun guru mata pelajaran.

Pelaksanaan layanan BK juga menuntut konselor untuk merancang program sesuai dengan materi yang akan diberikan serta mempertimbangkan frekwensi layanan agar semua siswa dapat memperoleh layanan, termasuk layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Hal ini menjadi tantangan bagi konselor untuk sukses menjalankan tugas profesionalnya dengan berupaya seoptimal mungkin agar semua jenis layanan BK dapat terlaksana sesuai dengan program yang telah dibuat. (Contoh program pelayanan BK berkenaan dengan penanganan masalah PDP siswa terlampir).

Disamping itu, penanganan masalah ANM siswa hendaknya dilakukan konselor bekerjasama dengan guru mata pelajaran, utamanya dalam pelaksanaan layanan pembelajaran, yaitu dalam kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan. Konselor juga hendaknya bekerjasama dengan guru mata pelajaran merancang program pengajaran perbaikan dan pengayaan, agar dapat terlaksana secara terprogram dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan juga adanya dukungan moril dan penegasan dari kepala sekolah kepada guru mata pelajaran, terutama berkenaan dengan pentingnya diberikan pengajaran perbaikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, diharapkan guru mata pelajaran sebagai pelaksana program perbaikan dan pengayaan, dapat termotivasi untuk melaksanakan program tersebut.

G. DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf. 1997. Metode Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP.

Depdikbud (Dirjen Dikti). 1982. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran

Remedial. Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Nurniswah. 2007. Pendalaman Terhadap Masalah Bidang Pendidikan dan Pelajaran

Siswa (Studi pada Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Padang). Padang:

PPs UNP (Tesis tidak dipublikasikan). 2. Peran Konselor dan Guru Mata Pelajaran

a. Menurut pendapat siswa bahwa konselor telah melaksanakan jenis-jenis layanan BK yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan dan layanan mediasi, meskipun pelaksanaan layanan tersebut belum optimal. Disamping itu, guru mata pelajaran turut berperan serta dalam kegiatan BK, yaitu memberikan pengarahan agar siswa mengikuti pelajaran dengan aman, tenang dan berkonsentrasi, memberikan informasi tentang perlunya memiliki sikap positif terhadap guru dan semua materi yang dipelajari, mengembangkan bakat dan potensi siswa, serta memberikan pengajaran perbaikan dan pengayaan.

b. Menurut pendapat konselor bahwa, konselor mengintensifkan layanan pembelajaran dengan materi khusus bidang bimbingan belajar, melaksanakan jenis-jenis layanan BK yaitu layanan informasi, konseling perorangan, konsultasi, dan layanan orientasi, serta kegiatan pendukung alih tangan kasus. Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak terlaksanakan, karena waktu yang tidak mencukupi dan banyaknya kegiatan siswa di luar jam sekolah. Disamping itu, guru mata pelajaran turut berperan serta dalam kegiatan BK, yaitu memberikan pengajaran perbaikan dan pengayaan kepada siswa yang memerlukan, mengidentifikasi dan menginformasikan masalah siswa kepada guru pembimbing, sebagai konsulti dalam layanan konsultasi, menjadi nara sumber dalam kegiatan masa orientasi siswa (MOS), dan mengirimkan (referal) masalah siswa kepada guru pembimbing.

3. Kerjasama yang dilakukan konselor dengan guru mata pelajaran dalam menangani masalah ANM siswa adalah melalui layanan pembelajaran, pengajaran perbaikan dan pengayaan, diagnosis kesulitan belajar siswa, serta kegiatan pendukung alih tangan kasus.

2. Implikasi

Masalah-masalah ANM yang dialami siswa, dapat terjadi karena berbagai faktor penyebabnya. Salah satunya karena siswa kurang mendapatkan pelayanan yang memadai, baik dari konselor maupun guru mata pelajaran. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang bersangkutan, karena siswa yang mengalami masalah tidak akan maksimal cara belajarnya. Kondisi masalah ANM yang dialami siswa, menuntut konselor sebagai pelaksana layanan BK di sekolah untuk lebih berperan melaksanakan tugasnya

BAB II

PENINGKATAN