• Tidak ada hasil yang ditemukan

z⎯ÏiΒ

«!$#

|MΖÏ9

öΝßγs9

(

öθs9uρ

|MΨä.

$ˆàsù

xá‹Î=xî

É=ù=s)ø9$#

(#θ‘ÒxΡ]ω

ô⎯ÏΒ

y7Ï9öθym

(

ß#ôã$$sù

öΝåκ÷]tã

öÏøótGó™$#uρ

öΝçλm;

öΝèδö‘Íρ$x©uρ

’Îû

ÍöΔF{$#

(

#sŒÎ*sù

|MøΒz•tã

ö≅©.uθtGsù

’n?tã

«!$#

4

¨βÎ)

©!$#

=Ïtä†

t⎦,Î#Ïj.uθtGßϑø9$#

∩⊇∈®∪

masalah yang dihadapi oleh klien menjadi lebih efektif. Keterampilan konselor ini harus terus ditingkatkan baik melalui pendidikan dan latihan konselor. Pendidikan Profesi Konselor (PPK) dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan konselor dalam menjalankan tugasnya. PPK sebagai wadah penghasil konselor profesional harus diperkuat dan ditingkatkan.

Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal. Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan (Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).

Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretis bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.

Sebagai langkah memaksimalkan kualifikasi profesi konselor, peningkatan kompetensi konselor menjadi suatu keniscayaan. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi akademik dan kompetensi pedagogik. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan

D. KETERAMPILAN KONSELOR

Keberadaan konselor sangat strategis dalam membantu anak didik memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebagai pendidik atau pembimbing tentu saja, disyaratkan berbagai keterampilan harus dikuasai guru pembimbing untuk memastikan bahwa semua masalah pribadi dan pembelajaran yang dihadapi siswa dapat diselesaikannya berkat bantuan guru pembimbing. Dalam konteks ini, keterampilan konselor harus ditingkatkan dari waktu ke waktu melalui pendidikan dan latihan yang terencana dengan baik untuk memastikan bahwa siswa berhasil memecahkan masalahnya.

Keterampilan atau keahlian artinya sejauhmana seseorang (misalnya guru pembimbing) diterima sebagai sumber informasi, pengarah atau penolong dalam penyelesaian masalah. Dengan kata lain, klien(siswa) memberi penilaian bahwa guru pembimbing adalah orang yang mampu membantu menyelesaikan masalahnya termasuk sebagai sumber informasi yang valid. Sehubungan dengan hal tersebut, proses bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing (misalnya dalam konseling) seharusnya berdasarkan konsep-konsep teori yang jelas, bukan berdasarkan cara-cara konvensional yang sudah tidak efektif lagi. Semakin tinggi tingkat pendekatan seseorang, diasumsikan semakin ahli orang tersebut dalam bidangnya (Saam, 2013:49).

Kita mengetahui bahwa konselor merupakan profesi. Sebagai pekerjaan profesional, konselor dituntut untuk terampil dalam memberikan layanan dan bantuan kepada kliennya. Setidaknya keterampilan konselor dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir. Tahap awal konseling meliputi attending, mendengarkan, empati, refleksi, eksplorasi, bertanya, mengungkap pesan utama dan memberikan dorongan minimal.

Pada tahap berikutnya adalah tahap pertengahan yang meliputi keterampilan menyimpulkan sementara, keterampilan memimpin, keterampilan memfokuskan, keterampilan melakukan konfrontasi, keterampilan menjernihkan, keterampilan memudahkan, keterampilan mengarahkan, keterampilan memberikan dorongan minimal, memberikan sailing, keterampilan mengambil inisiatif, keterampilan memberi nasihat, keterampilan memberi informasi, dan keterampilan menafsirkan atau interpretasi.

Tahap akhir dalam keterampilan konseling meliputi keterampilan menyimpulkan, keterampilan merencanakan, keterampilan menilai dan keterampilan mengakhiri konseling.

Keterampilan konselor dalam menjalankan kegiatan konseling sangat mempengaruhi pada pemberian layanan dan bantuan kepada klien sehingga

F. DAFTAR PUSTAKA

Budiamin, Amin danSetiawati. 2009. Bimbingan konseling, Jakarta: Ditjen Pendidikan Islam, Departemen Agama RI.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2009. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan, Bandung: PT. Refika Aditama.

Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada pendidikan dasar dan menengah.

Saam, Zulfan. 2013. Psikologi Konseling, Jakarta: Rajawali Press.

Setiawan, Theodorus Immanuel. 2010. Bimbinan dan Konseling & Berbagai Masalah

kehidupan, Jakarta: Semesta Mewdia.

Sukardi, Dewa Ketut dan Desak P.E Nila Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan

dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rinekacipta.

Thompson, Rosemary, ed. 2003. Counseling Techniques. New York: Taylor and Francis Group.

Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persda.

Perguruan tinggi sangat berperan dalam upaya peningkatan kualitas konselor tersebut. Penguatan pendidikan profesi konselor (PPK) pada perguruan tinggi yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons (Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).

E. PENUTUP

Kehadiran konselor dalam penyelenggaran layanan konseling merupakan keniscayaan yang perlu dipenuhi oleh lembaga pendidikan, sebab konselor memiliki peranan strategis untuk membantu memaksimalkan pengembangan potensi anak menuju kedewasaan yang sejati. Sebagai konselor dituntut untuk terampil. Keterampilan konselor dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir. Tahap awal konseling meliputi attending, mendengarkan, empati, refleksi, eksplorasi, bertanya, mengungkap pesan utama dan memberikan dorongan minimal. Tahap pertengahan yang meliputi keterampilan menyimpulkan sementara, keterampilan memimpin, keterampilan memfokuskan, keterampilan melakukan konfrontasi, keterampilan menjernihkan, keterampilan memudahkan, keterampilan mengarahkan, keterampilan memberikan dorongan minimal, memberikan sailing, keterampilan mengambil inisiatif, keterampilan memberi nasihat, keterampilan memberi informasi, dan keterampilan menafsirkan atau interpretasi, dan tahap akhir dalam keterampilan konseling meliputi keterampilan menyimpulkan, keterampilan merencanakan, keterampilan menilai dan keterampilan mengakhiri konseling.

Sebagai langkah memaksimalkan kualifikasi profesi konselor, peningkatan kompetensi konselor menjadi suatu keniscayaan. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi akademik dan kompetensi pedagogik salah satunya melalui pendidikan profesi konselor (PPK). Maka dari itu peran perguruan tinggi untuk membuka dan memperkuat PPK menjadi suatu keharusan dalam upaya peningkatan kualitas guru pembimbing untuk menjadi konselor profesional. Pendidikan profesi bagi para guru pembimbing perlu didesain supaya mampu mengembangkan keterampilan konselor dalam merencanakan, melaksanakan program, memimpin dan mengevaluasi program konselor sehingga benar-benar efektif dalam rencana tindak lanjut mengatasi masalah yang dihadapi siswa.

BAB III

KONSELING

DALAM PERSPEKTIF