• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASWAJA DAN PENDIDIKAN

Dalam dokumen STRATEGI INTELEKTUALISASI DAN PROGESIFITAS M (Halaman 175-183)

Oleh:

Jumari, Imam Muslih dan Ali mahsun

Jadi tidak muncul tiba-tiba tetapi karena ada sebab, ada ekstrim mu’’ tazilah yang serba akal, ada ekstrim Jabariyah yang serba taqdir, Aswaja ini di tengah-tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aswaja sebagai sebuah paham keagamaan (ajaran) maupun 2 sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr ) kemunculannya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dinamika sosial politik pada waktu itu, lebih khusus sejak peristiwa Tahqim yang melibatkan Sahabat Ali dan sahabat Muawiyyah sekitar akhir tahun 40 H. Ahli sunnah wal jamaah pemikiranya meng- gunakan pemikiran al asyari dan hukum fiqihnya menggunakan imam madzhab sehingga golongan aswaja inilah golongan yang sifatnya luas.

BAB II

Aswaja dan Pendidikan

A. Pengertian Aswaja dan Pendidikan 1. Pengertian Aswaja

Konsep aswaja (ahlu al-Sunnah wa al-jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas sehingga menjadi “rebutan” setiap golongan, semua kelompok mengaku dirinya sebagai penganut ajaran aswaja dan tidak jarang label itu digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan aswaja itu sebenarnya? Bagaimana pula dengan klaim itu, dapatkah dibenarkan?

Aswaja merupakan singkatan dari istilah ahlun, al-Sunnah wa al-Jama’ah, dan dari situ ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut;

1. Ahlun berarti keluarga, golongan atau pengikut.

2. Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. meliputi per- kataan, perbuatan dan ketetapannya.

3. Al-Jama’ah yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa al-Khulafa’ al- Rasyidin (Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq Ra., Sayyidina Umar bin Khattab Ra., Sayyidina

Utsman bin Affan Ra., dan sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw).1

Yang dimaksud dengan al-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan pengertian al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Rasulullah Saw. Pada masa al Khulafa’ al Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah Swt. memberi rahmat

pada mereka semua).2

Selanjutnya, Syaikh Abi al-Fadhl bin ‘Abdus Syakur menyebutkan dalam kitab al-Kawakib al-Lamma’ah:

1 Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal.80 2 Ibid. Hal. 90

Yang disebut Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi Saw. dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amal-

amal lahiriyah serta akhlaq hati.3

Aswaja versi bahasa terdiri dari tiga kata, Ahlu, Al-Sunnah, dan Al-Jama’ah. Kata Ahlu diarti- kan sebagai keluarga, komunitas, atau pengikut. KataAl-Sunnah diartikan sebagai jalan atau karakter. Sedangkan kata Al-Jamaah diartikan sebagai perkumpulan. Arti Sunnah secara istilah adalah segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah SAW., baik berupa ucapan, tindakan, maupun ketetapan.

Sedangkan Al-Jamaah bermakna sesuatu yang telah disepakati komunitas sahabat Nabi pada masa Rasulullah SAW. dan pada era pemerintahan Khulafah Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Dengan demikian Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW. dan jalan para sahabat beliau,

baik dilihat dari aspek akidah, agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati.4 Jama’ah mengandung

beberapa pengertian, yaitu: kaum ulama atau kelompok intelektual; golongan yang terkumpul dalam suatu pemerintahan yang dipimpin oleh seorang amir; golongan yang di dalamnya terkumpul orang-orang yang memiliki integritas moral atau akhlak, ketaatan dan keimanan yang kuat;

golongan mayoritas kaum muslimin; dan sekelompok sahabat Nabi Muhammad SAW.5

Menurut Imam Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang berpegang teguh kepada al-Qur’an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat, tabi’in, imam-imam hadis, dan

apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal.6

Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan mengikuti warisan para wali dan ulama. Secara spesifik, Ahlusssunnah Wal Jamaah yang berkembang di Jawa adalah mereka yang dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i, dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam

al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili.7

Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah para sahabat, tabiin, tabiit tabi’in dan siapa saja yang berjalan menurut pendirian imam-imam yang memberi

petunjuk dan orang-orang yang mengikutinya dari seluruh umat semuanya.8

Definisi di atas meneguhkan kekayaan intelektual dan peradaban yang dimiliki Ahlusssunnah Wal Jamaah, karena tidak hanya bergantung kepada al-Qur’an dan hadits, tapi juga meng- apresiasi dan mengakomodasi warisan pemikiran dan peradaban dari para sahabat dan orang- orang salih yang sesuai dengan ajaran-ajaran Nabi. Terpaku dengan al-Qur’an dan hadis dengan membiarkan sejarah para sahabat dan orang-orang saleh adalah bentuk kesombongan, karena merekalah generasi yang paling otentik dan orisinal yang lebih mengetahui bagaimana cara memahami, mengamalkan dan menerjemahkan ajaran Rasul dalam perilaku setiap hari, baik secara individu, sosial, maupun kenegaraan. Berpegang kepada al-Qur’an dan hadis ansich, bisa meng- akibatkan hilangnya esensi (ruh) agama, karena akan terjebak pada aliran dhahiriyah (tekstualisme) yang mudah menuduh bid’ah kepada komunitas yang dijamin masuk surga, seperti

khalifah empat.9

3 Al-Kawakib al-Lamma’ah hal. 8-9

4 FKI LIM, Gerbang Pesantren, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Kediri : Litbang Lembaga

Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo, 2010, cet. 2, hlm. 3

5 Badrun Alarna, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2000, cet. 1, hlm. 33 6 Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari, al-Ibanah An Ushul al-Diyanah, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

t.t., hlm. 14

7 Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Dan Kebangsaan, Jakarta : Kompas,

2010, cet. 1, hlm. 107

8 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Jakarta : Rajawali

Press, 2010, cet. 1, hlm. 190

9 Jamal Makmur Asmani, Manhaj Pemikiran Aswaja, dalam http://aswajacenterpati.wordpress.com/2012/04/02/

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan Islam secara fundamental adalah berdasarkan Al-qur’an yang dengan keuniversa- lannya terbuka bagi setiap orang untuk mempelajari serta mengkritisinya. Segala bentuk usaha untuk mengkaji dan menampilkan gagasan-gagasan tentang konsep pendidikan Islam meru- pakan usaha positif. Hal ini karena agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w

adalah mengandung implikasi pendidikan yang bertujuan menjadi rahmatan lil-alamin.10 Setidaknya

terdapat tiga istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib.11

Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa kata tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang didalamnya sudah termasuk mengandung makna mengajar atau allama. Dari segi linguistik menurut Al-Attas istilah ilmu diterapkan dalam Islam mencakup keseluruhan hidup yang bersifat universal untuk menuntun hidup manusia menuju keselamatan. Sebagai- mana dalam tulisannya: From the point of view of linguistic usage, we must see that the fact that the term ilm has been applied in Islam to encompass the totality of life – the spiritual, intellectual, religious, cultural, individual and social - means that its character is universal, and that it is

necessary to guide man to his salvation.12

Sedangkan kata ta’dib oleh Naquib al-Attas diartikan sebagai pendidikan untuk manusia. Sedangkan menurut Muhammad Yunus dan Qosim Bakri dalam bukunya yang berjudul Kitabut Tarbiyat Wata’limi adalah: Pengertian pendidikan menurut istilah adalah: segala pengaruh yang dipilih yang bertujuan untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan jasmani dan rohani

serta akhlak (tingkah laku) sehingga sampai pada tujuan yang sempurna.13

Menurut Abdurrahman an-Nahlawi. “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengantar-

kan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syari’at Allah SWT”.14

Menurut Ahmad D. Marimba. “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam munuju terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam.15

B. Peranan Aswaja Terhadap Pendidikan

Aswaja dalam bidang islam sangat krusial/ penting sekali dikembangkan sebagai nilai pendidi- kan islam di Indonesia, di samping itu pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan moral.

Hal di atas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan sekarang, dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya barat, misalnya, berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan bebas dan lain-lain. Hal itu membuktikan bahwasannya nilai agama dan nilai moral generasi penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut adalah bagaimana jika para orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas, sehingga tak ada contoh bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral.

Pendidikan aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan di atas. Pendidikan aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan aswaja tidak hanya ditujukan kelembagan pendidikan saja namun juga ditujukan kepada masyarakat luas, hal ini dapat memperkuat aspek agama maupun moralitas masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin yang diisi oleh ulama’, hal itu sangat baik meningkatkan nilai-nilai dalam masyarakat.

10 http://kafeilmu.com/pengertian-pendidikan-islam/

11 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) hlm.70

12 Syed Muhammad Al Naquib Al Attas, Aims And Objectives Of Islamic Education, ( Jeddah: King Abdulazis

University, 1979), hlm.37

13 Muhammad Yunus Dfan Qosim Bakri, Kitabut Tarbiyah Wa Talimi.

14 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Sumah, Sekolah Dan Masyarakat,(terj) shihabuddin: Gema

Insani Press, 1995) hlm.26

Hal lain yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah: pendidikan yang lebih dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat disebut pondok pesantren. Hal itu dapat membantu kita selaku orang tua supaya anak cucu kita dapat mengenal nilai-nilai agama dan moral.

C. Peranan Pendidikan Terhadap Aswaja

Sekolah/ madrasah memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar, sebab di madrasah-lah seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Madrasah merupakan tempat kedua setelah rumah, sebagaimana di dalamnya berkumpul dengan berbagai anak dari berbagai latar belakang lingkungan dan sosial, sehingga mereka membawa berbagai macam pemikiran, adat kebiasaan dan karakter kepribadian juga menjelaskan dan mentransformasikan sesuatu yang sebelumnya tidak ketahui.

Tugas atau peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah madrasah adalah meng- implementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji. Serta mengosong- kan seorang pembelajar dari kejahiliyahan dan pembangkangan baik itu dari segi akidah, ibadah akhlaq dan pemikirannya, menghiasinya dengan pendidikan yang benar baik dari segi akidah, ibadah, akhlaq, dan pemikirannya bukan sekedar teori tetapi dengan implementasi yang nyata.

Madrasah juga memiliki komponen-komponen yang mesti ada di dalamnya, seperti : mu’alim

(pendidik), metode pembelajaran, kegiatan belajar, serta idaroh madrasah.16

Macam-macam pendidikan antara lain: 1. Pendidikan Akidah

Pendidikan pertama yang harus diterima setiap pemuda muslim ialah pendidikan akidah

yang benar. Yaitu Akidah Salafiyah yang dianut oleh generasi salaf umat ini sebab Allah

SWT telah menjadikan akidah para sahabat sebagai standar akidah yang benar.

Ibn Al-Qoyyin mengatakan : “tauhid adalah perkara pertama yang didakwahkan oleh para Rosul, persinggahan pertama di tengah jalan, dan pijakan pertama yang menjadi pijakan

orang yang melangkah kepada Allah SWT.17

Jadi, setiap pendidikan hendaknya tidak pernah membiarkan setiap kesempatan berlalu tanpa membekali para anak didik dengan bukti-bukti yang menunjukkan kepada Allah SWT, bimbingan-bimbingan yang bisa memperkokoh iman, dan peringatan-peringatan yang bisa memperkuat aspek akidah. Teknik pemanfa’atannya kesempatan untuk memberikan nasihat- nasihat keimanan ini adalah teknik yang dipilih oleh sang pendidik pertama (Muhammad SAW). Beliau selalu berusaha mengarahkan para peserta didik untuk mengangkat dan mem-

perkuat keimanan dan keyakinan yang ada di dalam hati mereka.18

2. Pendidikan Pemikiran

Yang dimaksud pendidikan pemikiran di sini ialah mendidik generasi muda Islam dengan

pola pikir Salaf, menekankan paham-paham yang benar di dalam jiwa mereka, dan meng-

ingatkan mereka agar waspada terhadap paham-paham yang salah. Sistem pendidikan pemi- kiran ini yang benar ini diharapjkan akan membuahkan pemuda-pemuda yang terdidik

dengan pola pikir dan mengikuti cara Salaf dalam memahami al-Qur’an dan Hadits.

Di samping itu mereka juga memiliki kekebalan terhadap pemikiran-pemikiran salah yang ada di dunia Islam dan paham-paham yang bertentangan dengan apa yang dianut oleh generasi Salaf.19

Para pendidik harus mengajar kepada para pembelajar semenjak rapat mengenai fakta- fakta berikut:

a) Islam adalah Din yang abadi dan berlaku dimana saja dan kapan saja.

16 Khalid Bin Hamid al-Hazimi,Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah (Madinah Munawaroh: Dar Alam al-Kutub,

1420 H/2000 M), hlm. 342.

17 Ahmad Farid, Pendidikan Brbasis Metode Ahlussunnah wal Jama’ah (Surabaya: Pustaka elBA, 2011), hlm 120. 18 Ahmad Farid, Pendidikan..., hlm 125.

b) Komitmen tinggi dan beristiqomah dalam mengamalkan hukum-hukum Allah dan meraih kejayaan.

c) Terbongkarnya perencanaan- perencanaan yang dirumuskan oleh musuh-musuh Islam. d) Terungkpnya fakta tentang peradapan Islam yang selama kurun waktu tertentu dalam

sejarah pernah menjadi guru bagi seluruh isi dunia.

e) Para pembelajar harus mengetahui bahwa kita memasuki panggung sejarah bukan dengan Abu Jahl dan Ubay bin khalaf. Kita memasuki panggung sejarah dengan Rosul, Abu

Bakar dan ‘Umar.20

3. Pendidikan Islam

Yang dimaksud pendidikan iman ialah upaya untuk menambah iman kepada Allah SWT dan hari akhir, memperdalam makna iman, dan meningkatkan kualitas hati sampai pada level dia dapat merasakan manisnya iman, mencintai ketaatan kepada Allah SWT dan menjauhi kenakalan dan kemaksiatan.

4. Pendidikan Akhlak

Menurut Ibnu Masykawaih, akhlaq adalah kondisi kejiwaan yang mendorong manusia melakukan sesuatu tanpa pemikiran dan pertimbangan. Kondisi ini terbagi menjadi 2 macam: a) kondisi alami yang berasal dari watak dasar seseorang.

b) kondisi yang diperoleh melalui kebiasaan dan latihan. Kondisi ini terkadang diawali dengan pertimbangan dan pemikiran, tetapi kemudian berlanjut sedikit hingga menjadi tabi’at dan perangai.

Kondisi yang kedua inilah yang dimaksud dengan pendidikan akhlak. Maksudnya mendidik generasi muda Islam dengan akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, amanah, istiqomah dan lain-lain.

5. Pendidikan Adab dan Sunnah Nabi SAW

Salah satu materi pendidikan yang harus diajarkan kepada generasi muda Islam yang memiliki cita-cita membangun masyarakat muslim dan mengembalikan khalifah Islamiyah menurut cara Nabi SAW ialah adab-adab dan sunnah-sunnah Nabi SAW. Adab-adab itu banyak jum- lahnya, dan adab-adab yang diterima seorang muslim di rumah dan sekolahnya melalui suri tauladan yang baik. Akan tetapi sekarang ini kita hidup di zaman mana suri tauladan yang baik sulit ditemukan. Kini, sebagian besar rumah tangga muslim tidak memiliknya dan meng- gantinya dengan adab-adab Barat dan nilai-nilai yang diimpor dari peradaban Barat yang kafir. Hal itu adalah akibat dari penyebaran piranti-piranti keji, seperti televisi yang merusak banyak sekali nilai-nilai ke-islaman dan adab-adab yang diajarkan Nabi SAW, membunuh rasa cemburu suami, menghilangkan rasa malu wanita, dan membuat masyarakat muslim tidak banyak berbeda dengan masyarakat Barat.

Oleh karena itu, para praktisi pendidikan harus memperhatikan upaya-upaya untuk meng- hidupkan nilai-nilai yang luhur dan adab-adab Islam, lalu menyiarkan, menyebarluaskan dan mengajarkan. Mudah-mudahan Allah SWT berkenan memberkahi usaha-usaha tersebut dan menyelamatkan anak-anak muslim dari terjangan banjir dan syahwat, dan segala macam

upaya untuk memalingkan dari Allah AWT.21

6. Pendidikan Jasmani

Salah satu sarana pendidikan yang paling efektif yang ditetapkan oleh Islam dalam mendidik individu-individu dalam masyarakat secara fisik dan menjaga kesehatan mereka adalah mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan-kegiatan jihad, latihan-latihan ketangkasan dan olahraga setiap ada waktu dan kesempatan.

Hal itu mengingat agama Islam dengan prinsip-prinsipnya yang toleran dan ajaran-ajarannya yang luhur telah menggabungkan antara keseriusan dan kesantaian, atau dengan kata lain memadukan antara tuntunan ruhani dan kebutuhan jasmani Islam memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan jasmani dan perbaikan mental dengan intensitas yang sama.

Ketika sudah menginjak usia aqil baligh, dia membutuhkan perhatian yang besar dalam aspek mpendidikan kesehatan dan pembentukan fisiknya. Bahkan baginya lebih diutamakan mengisi waktu-waktu luangnya dengan segala macam kegiatan yang menyehatkan badan- nya, menguatkan organ-organ tubuhnya, dan memberikan kesegaran dan kebugaran

keseluruhan tubuhnya. Hal itu disebebkan oleh 3 hal :22

a) Banyaknya waktu luang yang dimilikinya.

b) Untuk melindungi dari serangan berbagai macam penyakit.

c) Untuk membiasakannya dengan latihan-latihan olahraga dan kegiatan-kegiatan jihad.23

BAB III

SIMPULAN

Pengertian aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah), secara etimologi aswaja berasal dari bahasa Arab

Ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan, tabi’at dan perilaku kehidupan. Sedangkan al-jama’ah,

berarti sekumpulan. Peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah pendidikan/ madrasah adalah mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji.

DAFTAR PUSTAKA

Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari, tt, al-Ibanah An Ushul al-Diyanah, Beirut : Dar al- Kutub al-Ilmiyyah.

Al Attas, Syed Muhammad Al Naquib, 1979, Aims And Objectives Of Islamic Education, Jeddah:

King Abdulazis University.

An Nahlawi, Abdurrahman, 1995. Pendidikan Islam Di Sumah, Sekolah Dan Masyarakat,(terj)

shihabuddin: Gema Insani Press.

Alarna, Badrun, NU, 2000, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, Cet. 1, Yogyakarta: Tiara

Wacana.

FKI LIM, Gerbang Pesantren, 2010, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, cet. 2,

Kediri: Litbang Lembaga Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo.

Farid, Ahmad, 2011, Pendidikan Berbasis Metode Ahlussunnah wal Jama’ah, Surabaya: Pustaka elBA.

Jalaluddin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Khalid Bin Hamid al-Hazimi, 2000, Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah, Madinah Munawaroh: Dar

Alam al-Kutub.

Marimba, Ahmad D, 1974, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al maarif.

Misrawi, Zuhairi, 2010, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Dan Kebangsaan, Cet 1,

Jakarta : Kompas.

Muhammad Yunus Dfan Qosim Bakri, Kitabut Tarbiyah Wa Talimi, tt.

Nasir, Sahilun A., 2010, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya,

Cet.1, Jakarta : Rajawali Press.

Jamal Makmur Asmani, Manhaj Pemikiran Aswaja, dalam http://aswajacenterpati.wordpress.com/2012/

04/02/manhaj-pemikiran-aswaja/ diakses Senin, 20 april 2017.

Miftrahudin aic, Peranan Aswaja Dalam Melestarikan Nilai Pendidikan, dalam http:/miftahudinaic.

CURRICULUM VITAE

JUMARI Adalah dosen tetap pada program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari (IKAHA) Tebuireng Jombang. Menyelesaikan pendidikan sarjana pada program studi Manajemen Pendidikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Magister Pendidikan Islam di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

IMAM MUSLIH Adalah dosen tetap pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari (IKAHA) Tebuireng Jombang. Menye- lesaikan pendidikan sarjana pada program studi PAI Institut KeIslaman Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang dan Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

ALI MAHSUN Adalah dosen tetap pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari (IKAHA) Tebuireng Jombang. Menye- lesaikan pendidikan sarjana pada program studi PAI Institut KeIslaman Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang dan Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Yogyakarta.

Tulisan ini bermaksud menjelaskan beberapa buku (lembar kerja siswa) akidah akhlak yang berisi ajaran yang berbeda dengan mainstrim akidah ahhlussunnah wal jamaah an nahdiyah. Temuan sementara ada 4 LKS, dalam kurun waktu 2011-2014 LKS tersebut masuk pada institusi pendidikan melalui madrasah. LKS dipelajarai oleh guru dan siswa ajaran yang disampaikan tentang ketauhidan dan takfir. Mereka menguraikan konsep tauhid

rububiyyah, uluhiyyah dan asma‘ wa shifat. Disamping itu mereka menggafirkan beberapa itiqod, amalan, dan tradisi-tardisi umat islam. Pada kontek tertentu memang terasi tidak masalah, tetapi yang terjadi adalah doktrin tersebut mendorong pada sifat fanatik yang berlebihan dan menyalahkan yang lainnya yang tidak satu golongan dengan mereka.

A. Pendahuluan

Institusi pendidikan sangat berpeluang menjadi penyebar paham keagamaan radikal. Siswa menjadi target khusus rekruitmen kelompok radikalis. Beberapa penelitian membuktikan adanya upaya rekrutmen, dengan melakukan cuci otak terhadap pelajar, yang selanjutnya diisi dengan ideologi radikal tertentu.1

Institusi pendidikan merupakan arena yang sangat potensial. Sebagai arena potensial akan menemukan titik perkembangannya ketika di sana didapatkan adanya modal sosial seperti

Dalam dokumen STRATEGI INTELEKTUALISASI DAN PROGESIFITAS M (Halaman 175-183)