• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

STUDI KASUS ADMIN INSTAGRAM SANTRI (AIS) NUSANTARA

G. HASIL PENELITIAN

3.1 Strategi digital literasi santri milenial

Berawal dari perhatian seorang santri akan media sosial instagram alasantri yang memiliki banyak penggemar (netizen) di instagram, yang antusias dan penasaran dengan cerita tentang santri dan pesantren. Hingga mulai bermunculan akun instagram dari pesantren juga inisasi santri dan alumni untuk berbagi cerita di dunia pesantren. Ahmad Qomaruddin santri Assiddiqiyah Jakarta juga berinisasi membuat akun instagram dengan nama Galerisantri, yang kemudian akhirnya membawa fikiran Ahmad Qomaruddin untuk mengumpulkan beberapa admin instagram santri untuk silaturrahim sekaligus diskusi.

Terkumpulnya wadah admin santri melalui group whatsapp pada tanggal 03 April 2016 sekaligus menjadi awal terbentuknya komunitas Admin Instagram Santri Nusantara, yang kini sudah resmi menjadi Arus Informasi Santri Nusantara (AIS Nusantara) ini di akui oleh Ahmad Qomaruddin admin instagram @galerisantri, santri asal Pesantren Assiddiqiyah Jakarta. Dibantu

sangat menyambut hangat ide membentuk wadah untuk para admin instagram. Dari situlah hingga kini semakin banyak akun instagram santri dan pesantren yang meramaikan dunia sosmed dengan cerita-cerita di balik dinding pesantren dan kejian keilmuan yang ada di pesantren. Yang kini juga tergabung dengan komunitas AIS Nusantara.

Arus Informasi Santri Nusantara(AIS Nusantara) dulu kepanjangan dari Admin Instagram Santri Nusantara (AIS Nusantara) adalah sebuah komunitas digital yang terbentuk atas inisiasi beberapa admin sosial media instagram yang berbasis pesantren di tanah air, juga admin beberapa portal media santrri dan islam aswaja.

Pada tanggal 26 oktober 2016 di Yogyakarta, 50 an admin sosial media pertama kali ber- kumpul dan sepakat untuk meresmikan sebuah wadah “digital media networking” dengan nama AIS Nusantara. Dan pada tanggal 18 April 2017 ketika Kopdarnas 2 merubah kepanjangan- nya menjadi Arus Informasi Santri Nusantara (AIS Nusantara) karena bergerak tidak hanya sebatas di Instagram saja.

Saat ini tercapai lebih dari 350 akun media sosial dan portal website islam aswaja yang telah menyepakati kesamaan visi misi dalam bergabung di AIS Nusantara. Data akan dilampirkan diluar proposal profil jika dibutuhkan.

Akun media sosial diantaranya bersasal dari platform yang berbeda seperti Instagram, Facebook, Twitter, Website, Youtube Channel dan Televisi. Beberapa akun populer yang sudah tergabung dalam komunitas AIS Nusantara adalah: Alasantri, Santrikeren, gerakan nasionalayomondok, Pesantrenstory, Galerisantri, Cahpondok, Santriputrihits, Nuonline, Nutizen, Islami.co, Dutaislam, TV9 Nusantara dan lainnya.

Strategi santri milenial dalam berdakwah di bagi menjadi tiga; pertama devisi Jihad (event dan amplifying), kedua Ijtihad (Research dan countent) dan ketiga Mujahadah (Pesantren dan Ekonomi).

3.1.1 Jihad

Divisi ini adalah tim khusus yang turun langsung di lapangan, yang terdiri dari tim event dan amplifying bertugas pertama menshare semua konten (baik audio, visual maupun audio- visual) yang telah disiapkan oleh devisi ijtihad, menyiapkan langsung sebagai OC (Organizing committee) ketika AIS Nusantara mempunyai acara-acara. Divisi ini menjadi divisi garda terdepan barometer berhasil tidaknya AIS Nusantara ini, ibarat rumah divisi ini adalah ruang tamu yang menyajikan semuanya.

Devisi ini di isi oleh M. Yasir Arafat (@alasantri) dari Yogyakarta dan Aji Pratama (@santrikeren) dari Malang. Devisi ini sudah berhasil mengadakan dua event besar yaitu Kopdarnas 1 di Yogyakarta dan Lomba Video Tren tahun 2016 bekerjasama dengan PP RMINU dan Kopdarnas 2 di Malang dan Lomba Quote Ulama Nusantara bekerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan TV9 Nusantara, dll.

3.1.2 Ijtihad

Divisi ini adalah jantung dari AIS Nusantara yang terdiri dari devisi content dan research hidup matinya AIS Nusantara tergantung pada divisi ini, mempunyai tugas memproduksi semua content berbasis penelitian, divisi ini di Pusat dipegang oleh Hasby Faqih dari Tegal Jawa Tengah (@alanu) dan M. Yasin Arif dari Malang Jawa Timur (@sabdaperubahan), divisi ini sudah mempunyai karya yang bisa dilihat di akun IG @aisnusantara. Ibarat rumah tim ini adalah ruang transit untuk dipackagine supaya tampilan bagus dan menarik.

3.1.3 Mujahadah

Divisi ini adalah tim undergroundnya AIS Nusantara, yang tidak terlihat tapi bisa dirasakan keberadaannya divisi ini dipegang oleh divisi pesantren dan ekonomi, menjadi ruh pergerakan dari AIS Nusantara, di pusat dipegang oleh Rofiq Hudawi Ponorogo (@cahpondok) dan Minardi Kusuma (ais.jawatengah). ibaratnya in I adalah dapur tempat dimasaknya konten yang akan disajikan. Tim ini special untuk beriyadhoh dan bermujahadah agar AIS Nusantara memberikan manfaat untuk seluruh pesantren di nusantara.

3.2 Faktor pendukung dan penghambat digital literasi santri milenial 3.2.1 Faktor Pendukung

3.2.1.1 Internal

- Tersebar dan mengakarnya Nahdlatul Ulama di masyarakat. - Mempunyai basis masa yang banyak

- Tersedianya pondok-pesantren di bawah naungan RMI NU - Menjunjung tinggi keilmuan

- Alumni pesantren meyebar dan mengakar kuat - Sudah mulai tinggi kesadaran terhadap dunia IT 3.2.1.2 Eksternal

- Peraturan Menteri Agama (PMA) no. 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam. - Peraturan Menteri Agama (PMA) no. 18 Tahun 2014 tentang satuan pendidikan mu’adalah

pondok pesantren.

- Program Beasiswa Santri Berprestasi - Menyatu dengan masyarakat. 3.2.2 Faktor Penghambat 3.2.2.1 Internal

- Perbedaan pemahaman tentang digital literasi di kalangan santri

- Letak geografis pesantren yang kebanyakan di pedesaan dan daerah terpencil.

- Kurang siapnya pondok pesantren dalam menyediakan pelayanan terhadap masyarakat perkotaan.

3.2.2.2 Eksternal

- Dikotomi santri-non santri

- Kurangnya support dari pemerintah - Respon negatif

- Butuh proses dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang mempunyai latar belakang berbeda.

H. KESIMPULAN

3.3 Strategi Strategi digital literasi santri milenial

Strategi santri milenial dalam berdakwah di bagi menjadi tiga; pertama devisi Jihad (event dan amplifying), kedua Ijtihad (Research dan countent) dan ketiga Mujahadah (Pesantren dan Ekonomi). 3.4 Faktor pendukung dan penghambat digital literasi santri milenial

Faktor Pendukung : a Internal :Tersebar dan mengakarnya Nahdlatul Ulama di masyarakat; Mempunyai basis masa yang banyak; Tersedianya pondok-pesantren di bawah naungan RMI NU; Menjunjung tinggi keilmuan; Alumni pesantren meyebar dan mengakar kuat; Sudah mulai tinggi kesadaran terhadap dunia IT. b. Eksternal : Peraturan Menteri Agama (PMA) no. 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam; Peraturan Menteri Agama (PMA) no. 18 Tahun 2014 tentang satuan pendidikan mu’adalah pondok pesantren; Program Beasiswa Santri Berprestasi; Menyatu dengan masyarakat.

Faktor Penghambat : a. Internal :Perbedaan pemahaman tentang digital literasi di kalangan santri; Letak geografis pesantren yang kebanyakan di pedesaan dan daerah terpencil; Kurang siapnya pondok pesantren dalam menyediakan pelayanan terhadap masyarakat perkotaan. b. Eksternal :Dikotomi santri-non santri; Kurangnya support dari pemerintah; Respon negatif ; Butuh proses dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang mempunyai latar belakang berbeda.

I. REFERENSI

Baran, Stanley J. 2011. Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya. Mc Graw Hill. Salemba Humanika. Jakarta

Creswell, J.W. (2010). Research design “Pendekatan kualitatif,kuantitatif, dan mixed”. (Ter- jemahan Achmad Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1. (Buku Asli diterbitkan 2009). Fransisco J Ricardo. (2008). Cyber and New Media. Amsterdam: Rodovi. B.V.

Hamid, A. (2013). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah Prodi TKJ Kajen Mar- goyoso Pati Jawa Tengah. (Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.3 Nomor.2 Juni 2013). Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Hlm.139.

Matthew, B., Miles, A. & Huberman, M. (1994), Qualitative data analysis. London: Sage Publication, Inc. Moustakas, C. (1994). Phenomenological research methods. London: Sage Publications. Mudjiyanto, B & Kenda, N. (2010). Metode fenomenologi sebagai salah satu metodologi penelitian

kualitatfif dalam komunikologi. (Jurnal penelitian komunikasi dan opini publik, volume no.11). Manado: Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi dan Komunikasi Indonesia. Sanders, B. (2006). Our Revolution; a future a belive in. New York : The Washington Times. Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

CURRICULUM VITEA

Abdulloh Hamid, M.Pd. lahir di Pati Jawa Tengah 28 Agustus 1985, Mondok di Pondok Pesantren TBS Langgardalem Kudus dan PP Raudlatul Muta’alimin Jagalan Kudus selama 8 Tahun, Jenjang pendidikannya dimulai dari MI Sultan Agung 03 Gadingan, Kedungwinong, Sukolilo Pati, MTs-MA NU TBS Kudus, melanjutkan kuliah Diploma dua di IAIN Walisongo Semarang dan S1 STAIN Kudus, dan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta. Di bidang organisasi penulis pernah menjadi OSIS/PP MA NU TBS Kudus Dept. Seni dan Olah Raga (2003), Ketua BEMPDII IAIN Walisongo Semarang (2005), Ketua PAC IPNU Kec. Sukolilo (2007-2009), Ketua PC IPNU Kab. Pati (2009-2011), PP MATAN Dept. Kaderisasi (2012-2017), Lembaga PW GP Ansor Jatim (2014-2016), Wakil Sekretaris PW LPTNU Jatim (2015-2018), Pengurus dan PP RMI NU Divisi Media & Informasi (2015-2020).

Penulis menyelesaikan pendidikan diploma dua di IAIN Walisongo Semarang (2004-2006), menyelesaikan S1 di STAIN Kudus (2007-2009) dan melanjutkan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) dan sekarang sedang berproses menempuh S3 di Universitas Negeri Malang (UM) prodi Teknologi Pembelajaran (TEP) dosen Media Pembelajaran di prodi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif sebagai narsumber diberbagai media, baik cetak maupun elektronik, diantara tulisannya adalah: Kebangkitan santri di dunia maya (PWNU & UM 2015), Optimalisasi Peringatan Hari Santri (ADPISI Jatim & UNAIR:2015), Teknologi Untuk Peradaban (Majalah Bangkit, April 2016) dll. Penulis juga baru menerbitkan buku terbarunya (2017) berjudul “Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren; Pelajar dan Santri dalam era IT dan Cyber Culture” penulis juga merupakan Pegiat di Komunitas Baca Rakyat Surabaya (KOBAR), Divisi IT dan Media Gerakan Nasional #AyoMondok, dan menjadi bagian dari inisiator Mahasiswa Penggerak Literasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Penulis bisa dihubungi via email: doelhamid07@gmail.com atau twitter: @doelhamid07.

Santi Andriyani, M.Pd. lahir di Jepara, 12 Maret 1987, Mondok di PP al Badiiyyah Kajen Margoyoso Pati (2000-2006), Jenjang Pendidikan SDN Jepara, MTs-MA Matholiul Falah Kajen Pati; S1 PAI INISNU Jepara; S2 Linguistik Terapan PBI UNY Yogyakarta; Aktif di PMII, Ketua IPPNU Kab. Jepara (2009-2011), PW IPNU Jawa Tengah (2011-2013) dan wakil bendahara PP IPPNU (2013-2015) dan sekarang di PC Lakpesdam NU Jepara serta dosen PBI UNISNU Jepara, penulis bisa dihubungi melalui email : santiandriyani6@gmail.com

Abstrak

Makalah ini akan memaparkan suatu perspektif baru dalam studi administrasi publik yang disebut dengan The New Public Service yang terdiri dari teori-teori kemasyarakatan, komunitas, rakyat semesta (civil society), organisasi yang humanis dan postmodern dalam administrasi publik, yang akan dikaitkan juga dengan pemaparan bagaimana pemerintah Indonesia sudah melakukan prinsip-prinsip perspektif baru ini sebagai salah satu bentuk dalam kerangka pemerintahan yang baik untuk memberikan pelayanan yang maksimal terutama dalam bidang kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Malang Jawa Timur. Berdasarkan fenomena yang diperoleh dari survai pendahuluan di Dinas Kesehatan Kota Malang Jawa Timur terdapat berbagai permasalahan yang cukup menonjol yang berhu- bungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil setempat, seperti: di Dinas Kesehatan, pelayanan kesehatan kurang maksimal, masih terdapat Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) bagi keluarga miskin belum tepat sasaran. Begitu juga ada perlakuan yang tidak sama antara pasien yang menggunakan JAMKESMAS dengan pasien yang biaya sendiri termasuk terdapat kelemahan dalam menentukan sasaran masyarakat miskin. Terdapat juga beberapa intervensi kelompok tertentu dalam penentuan warga masyarakat yang berhak mendapatkan JAMKESMAS.

Konsep New Public Service yang selama ini menjadi kuda hitam dalam berbagai diskursus, simposium dan lokakarya, belum bisa memberikan banyak pengaruh terhadap pelayanan publik terutama di Dinas Kesehatan Kota Malang.

Secara konseptual pemerintah tidak harus sebagai pengemudi (steering) dan tidak harus sebagai pengayuh (row) tapi pemerintah harus sebagai pelayan (serving) yang tugasnya melayani masyarakat, terutama di bidang kesehatan di era otonomi daerah dewasa ini. Kata kunci:New Public Service, kesehatan, Jamkesmas, Otonomi

IMPLEMENTASI KONSEP NEW PUBLIC SERVICE