• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang dan Kegiatan Usaha

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN Go Offshore, Go Deeper. (Halaman 51-59)

PT Timah (Persero) Tbk merupakan

perusahaan yang kegiatan utamanya terkait erat dengan pertambangan timah. Perusahaan berbasis di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia.

Saat ini Perusahaan merupakan produsen logam timah kedua terbesar di dunia dan eksportir timah nomor satu dunia, memiliki enam anak perusahaan, penyertaan tidak langsung melalui anak perusahaan, serta perusahaan afiliasi. (Penjelasan yang lebih mendalam mengenai masing-masing anak perusahaan PT Timah terdapat pada bagian selanjutnya, Anak Perusahaan.)

Perusahaan dan anak perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Timah yang meliputi beberapa bidang usaha, yaitu:

a. Pertambangan, b. Perindustrian, c. Perdagangan, d. Pengangkutan, dan e. Jasa.

Kegiatan utama PT Timah (Persero) Tbk adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran untuk produk-produk dari kelompok usahanya.

STRUKTUR PERUSAHAAN (2.3)

PT TIMAH (PERSERO) Tbk

25% 29,59%

50

LAPORAN TAHUNAN 2011PT TIMAH (PERSERO) Tbk

20%-30% Sn (Basah)

Logam Timah > 99,85% Sn

20%-30% Sn (Basah)

74% Sn (Kering)

74% Sn (Kering)

EKSPLORASI

PENAMBANGAN

PELEBURAN & PEMURNIAN

PEMASARAN

DOMESTIK:

Sekitar 5%

EKSPOR:

Sekitar 95%

PUSAT PENGOLAHAN BIJIH TIMAH

PUSAT PENCUCIAN BIJIH TIMAH

BAGAN AKTIVITAS PENAMBANGAN TIMAH TERPADU

TAMBANG LAUT:

KAPAL KERUK

TAMBANG DARAT:

GRAVEL PUMP

PENAMBANGAN TIMAH

51

PT TIMAH (PERSERO) TbkLAPORAN TAHUNAN 2011

Perusahaan melaksanakan kegiatan penambangan timah di darat, yang berlangsung di wilayah Izin Usaha

Pertambangan (IUP) timah milik Perusahaan di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Perusahaan juga beroperasi melalui anak perusahaannya PT Tambang Timah, yang memegang IUP timah di Pulau Kundur, Kepulauan Riau.

Penambangan timah merupakan suatu segmen bisnis yang terintegrasi dan berkelanjutan, yang mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan, peleburan, hingga pemasaran.

Sebelum kegiatan penambangan dapat dimulai, terlebih dahulu dilakukan eksplorasi,

yang merupakan rangkaian aktivitas melakukan kajian dan analisis sistematis terhadap suatu wilayah. Eksplorasi bertujuan untuk mengetahui dan mengukur jumlah cadangan bijih timah yang terkandung di wilayah tersebut.

Setelah dipastikan terdapat cadangan bijih timah dalam jumlah yang cukup dan dapat dieksploitasi secara ekonomis, kegiatan penambangan akan dilakukan. Dari kegiatan penambangan dan pemrosesan setelahnya, Perusahaan menghasilkan logam timah sebagai produk utama, dan juga beberapa mineral ikutan lain, yakni zircon, ilmenite, monazite, dan xenotime.

SITUASI LINGKUNGAN USAHA

Hingga tahun 2011, penambangan timah di Bangka Belitung masih diwarnai dengan maraknya praktik penambangan liar dan pengumpulan bijih timah secara ilegal oleh kolektor bijih timah. Hal tersebut berdampak langsung terhadap produktivitas Perusahaan, sebab diduga kuat terjadi penjualan bijih timah yang dieksploitasi dari wilayah IUP milik Perusahaan kepada pengumpul ilegal oleh oknum tertentu. Praktik ini tetap terus terjadi kendati Perusahaan telah meningkatkan aktivitas pengawasan dan pengamanan atas lahan tambang pada tahun-tahun belakangan.

Maraknya praktik tersebut berkontribusi terhadap besarnya jumlah logam timah yang dijual ke smelter-smelter di luar negeri untuk dilebur ulang (remelting & rebranding). Selain itu, jumlah logam timah yang diproduksi oleh smelter-smelter swasta di Bangka Belitung pun mengalami peningkatan tajam, dan kontribusinya terhadap total produksi logam timah Indonesia cukup signifikan, mencapai hampir 50%-nya. Padahal, PT Timah menguasai 93% total wilayah IUP untuk penambangan timah di Provinsi Bangka Belitung. Posisi PT Timah sebagai produsen

timah terbesar kedua di dunia pada tahun 2010 pun harus bergeser di tahun 2011 menjadi yang terbesar ketiga.

Praktik penambangan liar juga turut dipengaruhi oleh keterbukaan informasi mengenai harga bijih dan logam timah, yang membuat semua pihak dapat mengaksesnya dengan cepat dan melakukan tindakan sesuai fluktuasi harga yang terjadi di pasar. Para kolektor bijih timah dan smelter-smelter swasta yang mendapatkan dukungan pembiayaan dari luar negeri (termasuk dari produsen-produsen timah yang besar di negara-negara tetangga) terus mendorong Pemerintah untuk melegalkan praktik “tambang rakyat” (yang sesungguhnya merupakan tambang liar) serta praktik ekspor terak timah dan sejenisnya.

Hingga kini, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menjalankan kebijakan yang Perusahaan anggap tepat, yakni melarang praktik tersebut. Akan tetapi, praktik-praktik semacam itu masih saja marak dijumpai, dan direfleksikan dalam ketidaksesuaian antara total produksi bijih timah dengan total produksi logam timah di sejumlah negara.

52

LAPORAN TAHUNAN 2011PT TIMAH (PERSERO) Tbk

Praktik penambangan liar dilakukan masyarakat tak hanya di lahan bebas, tetapi juga di sekitar dan di dalam wilayah IUP Perusahaan, baik di darat maupun di laut. Oleh karena itu, seluruh aktivitas Perusahaan, mulai dari eksplorasi cadangan timah, perumusan dan pengelolaan kebijakan, serta utilisasi teknologi pertambangan, menjadi semakin sulit untuk dilakukan tanpa hambatan, dan bahkan informasi terkait hal-hal tersebut terkadang disalahgunakan oleh para pelaku tambang liar.

Beberapa langkah yang telah dilakukan Perusahaan dalam rangka mencegah praktik penambangan liar di wilayah IUP-nya sekaligus meningkatkan pengamanan di seluruh wilayah operasional Perusahaan adalah dengan menambah tenaga

pengamanan, menerapkan sistem blok untuk tambang-tambang besar (mekanis), dan memperkuat sistem transportasi bijih timah untuk operasi di laut.

Di samping praktik penambangan liar, sebagai ekses dari pemberlakuan otonomi daerah yang memberikan wewenang untuk menerbitkan IUP ke Pemerintah Daerah, Perusahaan pun menjumpai adanya kasus tumpang tindih lahan yang tak kunjung diselesaikan. Di beberapa lokasi wilayah IUP dilakukan kegiatan perkebunan sawit tanpa keabsahan hukum, tambang-tambang ilegal yang dikaryakan oleh masyarakat lokal, selain juga kebun milik masyarakat. Akibatnya, luas IUP yang benar-benar dapat dikaryakan oleh Perusahaan menjadi lebih kecil daripada yang seharusnya.

Selain itu, sebagian dari wilayah IUP

Perusahaan termasuk ke dalam kawasan hutan produksi, yang izin pinjam pakainya masih dalam pengurusan dengan Kementerian Kehutanan sebagai pihak yang berwenang.

Dengan demikian, Perusahaan belum dapat beroperasi di daerah-daerah tersebut.

Produksi Bijih dan Logam Timah Dunia – 2011

Negara Estimasi Produksi 2011 (ton)

Rasio Bijih : Logam (%)

Bijih Timah Logam Timah

China 91,6

Ilegal 13,3

Total China 104,9 165,0 64%

Indonesia 42,0

Ilegal 52,0

Total Indonesia 94,0 54,1 173%

Malaysia 3,1 40,0 8%

Peru 29,4 30,1 98%

Thailand 0,5 23,0 2%

Bolivia 20,3 14,7 138%

Brazil 8,8 7,4 119%

Sumber: CRU Tin Monitor December 2011.

DAMPAK REGULASI BARU

Implementasi Undang-undang Mineral dan Batubara (Minerba) No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mewajibkan Pemegang IUP untuk melaksanakan sendiri kegiatan penambangannya. Hal tersebut telah

diantisipasi oleh Perusahaan dengan melakukan perubahan organisasi yang diberlakukan sejak April 2010.

Berlakunya UU No. 4/2009 juga berarti bahwa penggunaan jasa usaha pertambangan untuk

53

PT TIMAH (PERSERO) TbkLAPORAN TAHUNAN 2011

penambangan di laut dan di darat tidak lagi diizinkan. Sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 28 Tahun 2009, Pemerintah memberikan masa penyesuaian untuk penerapan undang-undang ini selama tiga tahun, sehingga undang-undang ini mulai berlaku sepenuhnya di tahun 2012.

Untuk menyikapi perubahan ini, Perusahaan telah melakukan perombakan terhadap struktur organisasinya sehingga sesuai

dengan peraturan yang terkini. Akibat perombakan tersebut, usaha pertambangan timah yang sebelumnya dikelola sepenuhnya oleh anak perusahaan, saat ini pengelolaannya untuk wilayah Bangka Belitung oleh Induk Perusahaan, sementara untuk wilayah Kundur, Kepulauan Riau, pengelolaan dilakukan oleh anak perusahaan, PT Tambang Timah. Dengan demikian, kegiatan usaha PT Timah bersama anak-anak perusahaannya telah sesuai dengan IUP masing-masing entitas yang beroperasi.

Salah satu kapal isap produksi (KIP) yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT Timah

PENYEMPURNAAN STRUKTUR ORGANISASI Dalam rangka menyesuaikan kegiatan operasional usaha PT Timah dan anak-anak perusahaannya dengan implementasi UU Minerba No. 4 Tahun 2009 sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Perusahaan telah melakukan penyempurnaan terhadap struktur organisasinya, dengan menambahkan beberapa elemen baru dalam struktur tersebut. Penyempurnaan ini juga merupakan wujud adaptasi Perusahaan terhadap berlakunya otonomi daerah yang menghasilkan pemekaran wilayah berbagai kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penambahan elemen ini adalah pembentukan struktur-struktur baru di bawah Manajer Produksi yang langsung bertanggung jawab kepada Direktur Operasi, mengingat Direktorat Operasi, merupakan lini terdepan Perusahaan dalam menjamin kelangsungan produksi bahan baku bijih timah.

Struktur-struktur baru yang sejajar ini meliputi Kepala Unit Tambang Darat, Kepala Unit Laut Bangka, Kepala Unit Laut Kundur, dan Kepala Unit Metalurgi. Semua penambahan tersebut posisinya sejajar dan memiliki wewenang masing-masing di bidang operasi dan produksi yang terdefinisi dengan jelas.

Struktur organisasi Perusahaan yang telah disempurnakan ini mencakup pembentukan jabatan Kepala Wilayah Produksi (Kawilasi) di setiap kabupaten di Provinsi Bangka Belitung.

Kawilasi berperan penting dalam menyelaraskan dan mengefektifkan komunikasi antara

Perusahaan dengan setiap Bupati dan aparat terkait di setiap Kabupaten di mana Perusahaan memiliki wilayah operasional penambangan.

Setiap Kawilasi juga bertanggung jawab untuk membawahi dua hingga tiga Pengawas Produksi (Wasprod), yang kemudian masing-masing membawahi lima hingga enam Pengawas Tambang (Wastam).

54

LAPORAN TAHUNAN 2011PT TIMAH (PERSERO) Tbk

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap mitra TSK, yang berkontribusi lebih dari 95% terhadap total perolehan bijih timah dari tambang darat, Perusahaan berupaya untuk semakin meningkatkan efisiensi tambang besar/tambang mekanis yang dioperasikannya. Selain itu, Perusahaan juga telah dan berencana untuk membuka sejumlah tambang besar baru di tahun 2011 dan selanjutnya. Pembukaan tambang besar ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi bijih timah dari darat.

Akan tetapi, Perusahaan tetap berfokus pada sasaran jangka panjangnya yang direfleksikan dalam semangat “Go Offshore, Go Deeper”, yakni meningkatkan kontribusi produksi bijih timah dari penambangan lepas pantai.

Untuk itu, Perusahaan juga terus melakukan peningkatan teknologi dan kemampuan sumber daya manusianya dalam rangka meningkatkan efisiensi kapal-kapalnya, khususnya kapal keruk dan kapal isap produksi.

Jenis Kapal 2011 2010

Kapal Keruk 11 unit 11 unit

Kapal Isap Stripping dan Kapal Keruk Stripping 4 unit 4 unit

Kapal Isap Produksi 63 unit 60 unit

Milik Perusahaan 13 unit 10 unit

Milik Mitra Usaha 50 unit 50 unit

Jumlah infrastruktur penambangan laut yang dioperasikan oleh Perusahaan per akhir tahun 2011 dan 2010 terdapat dalam tabel berikut.

FASILITAS PRODUKSI

Secara keseluruhan, luas IUP PT Timah untuk tambang darat dan laut hingga akhir tahun 2011 dan 2010 ditunjukkan dalam tabel berikut.

Izin Usaha Pertambangan 2011 2010

Jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) 117 115

Luas Wilayah Darat 328.926 ha 328.888 ha

Pulau Bangka, Lintas Kabupaten 279.846 ha 279.846 ha

Pulau Belitung (termasuk bijih besi) 49.080 ha 49.042 ha

Luas Wilayah Laut 183.838 ha 184.153 ha

Pulau Bangka, Lintas Kabupaten 108.753 ha 108.753 ha

Pulau Belitung 30.075 ha 30.075 ha

Pulau Karimun & Kundur, Prov. Kep. Riau, Lintas Provinsi 45.010 ha 45.326 ha

Total Luas IUP 512.764 ha 513.042 ha

Cadangan Timah Terbukti 387.967 ton 373.978 ton

55

PT TIMAH (PERSERO) TbkLAPORAN TAHUNAN 2011

Mengingat sejumlah kapal keruk Perusahaan telah beroperasi selama puluhan tahun dan dengan demikian efisiensi kerjanya mengalami penurunan yang signifikan, sejak tahun 2009 Perusahaan telah menjalankan proses alih teknologi dari kapal keruk ke kapal bucket wheel dredge, yang kapasitasnya lebih besar, teknologinya lebih canggih, dan hasil penambangannya lebih optimal.

Jumlah KIP dan kapal isap stripping juga akan diperbanyak di tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mempercepat proses stripping overburden di laut, dan untuk mengeksploitasi cadangan timah yang sifatnya sporadis namun masih ekonomis di beberapa wilayah IUP laut Perusahaan. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi ketergantungan Perusahaan terhadap fasilitas produksi milik mitra usahanya dalam memperoleh bijih timah dari laut.

Perubahan teknologi yang sifatnya cukup radikal ini mewajibkan Perusahaan untuk mendidik dan melatih sumber daya

manusianya di seluruh tingkatan, khususnya para tenaga terampil yang akan langsung

mengoperasikan kapal bucket wheel dredge nantinya. Keberhasilan dalam pengelolaan seluruh sumber daya manusia, tak terbatas pada para operator fasilitas produksi, akan menjadi kunci kesuksesan Perusahaan di masa mendatang.

Untuk memperkuat cadangan timahnya di laut, Perusahaan membangun kapal bor eksplorasi Geotin III, yang akan selesai dan mulai dioperasikan tahun 2012. Kapal Geotin III memuat fasilitas eksplorasi yang lebih lengkap dan berteknologi lebih canggih dibandingkan armada eksplorasi generasi sebelumnya.

Selain fasilitas penambangan, PT Timah juga mengelola dua fasilitas peleburan di Unit Metalurgi Mentok, Bangka dan di Unit Timah Kundur, Kepulauan Riau. Pembaruan teknologi terus-menerus dilakukan oleh Perusahaan pada fasilitas peleburannya, dalam rangka meningkatkan produktivitas bijih timah yang diolah. Pada masing-masing fasilitas peleburan tersebut, Perusahaan juga mengelola pelabuhan yang digunakan secara eksklusif untuk pengapalan dan pengiriman logam timah ke konsumen di seluruh dunia.

DIVERSIFIKASI PRODUK HILIR Perusahaan telah lama menjalankan kebijakan diversifikasi yang mencakup dua hal utama, yakni diversifikasi produk timah dan diversifikasi usaha non-timah.

Diversifikasi produk-produk timah dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi kepada logam timah agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi kepada konsumen, terutama yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus terkait produk timah yang mereka beli. Dengan demikian, Perusahaan dapat meningkatkan laba lebih tinggi lagi melalui

kontribusi penjualan produk-produk bernilai tambah ini.

Beberapa proyek terkini yang diupayakan oleh anak-anak usaha PT Timah adalah proyek timah solder melalui PT Tambang Timah, proyek produksi tin chemical melalui PT Timah Industri, serta proyek ekstraksi logam-logam tanah jarang (rare earth) sebagai produk sampingan timah melalui PT Timah Eksplomin. Ketiga proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan dan/

atau produksi awal.

56

LAPORAN TAHUNAN 2011PT TIMAH (PERSERO) Tbk

PENGEMBANGAN USAHA NON-TIMAH Bagian penting yang kedua dari diversifikasi bisnis yang merupakan sasaran jangka panjang Perusahaan adalah ekspansi ke usaha-usaha non-timah. Untuk itu, telah diupayakan sejumlah proyek pengembangan usaha yang masih terkait dengan industri eksplorasi dan penambangan, namun tidak terbatas pada timah. Proyek-proyek yang sedang dijalankan Perusahaan mencakup proyek eksploitasi pasir besi, aspal Buton, nikel, dan batubara.

Pada tahun 2011, PT Timah memprioritaskan kegiatan pengembangan usahanya pada produk aspal Buton berbasis ekstraksi, melalui proyek senilai total Rp 140 miliar yang akan berlangsung hingga 2013. Hingga akhir 2011, PT Timah telah melakukan sejumlah kegiatan persiapan, mencakup rencana pembukaan tambang pada lokasi IUP aspal PT Timah untuk memastikan pasokan bahan baku, serta persiapan teknologi proses produksi, yang dilakukan dengan membangun pilot plant.

Kerangka Strategi Bisnis PT Timah

KEKUATAN TANTANGAN

• Kompetensi pertambangan timah

• IUP yang luas

• Sumber daya yang melimpah

• Jaminan sumber pendanaan dan posisi kas

• Merek dagang yang telah dikenal luas

• Jaringan pemasaran yang ekstensif

• Fasilitas anak-anak perusahaan yang mendukung

• Pelatihan keterampilan dan profesionalisme karyawan

• Penambahan cadangan layak tambang dan confidence level

• Alih teknologi KK menjadi BWD

• Pembukaan tambang besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap mitra

• Peningkatan dalam konsumsi logam timah dunia

• Kenaikan harga timah

• Kebijakan Pemerintah yang mendukung

• Pelanggan yang loyal

Praktik penambangan/pengumpulan bijih timah ilegal

• Fluktuasi harga timah akibat aktivitas trader

• Tumpang tindih penggunaan lahan

• Reklamasi lahan pascatambang yang rawan gangguan

PELUANG HAMBATAN

57

PT TIMAH (PERSERO) TbkLAPORAN TAHUNAN 2011

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN Go Offshore, Go Deeper. (Halaman 51-59)