• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil Penelitian

1) Citra Violeta

Pandai bergaul adalah gambaran citra perempuan transisi. Tokoh Violet dalam kehidupan sosialnya sebagai anak dari keluarga Cina yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam hal ekonom. Dengan fasiliasnya tidak kesulitan

bagi Violet bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat dan berbagai tuntutan kehidupan remaja yang penuh dengan kebebasan tanpa terkendali. Dengan mudah Burhan hadir sebagai kekasih Violet, namun dalam kenyataan dengan cepat Burhan bukan hanya hadir sebagai kekasih tetapi juga hadir sebagai seorang lelaki yang memperkenalkan pada dunia morfin. Violet menerima tanpa berpikir buruk terhadap sikap Burhan.

Lelaki pertama dalam kehidupan Vioet adala Burhan. Rasa cintanya pada Burhan membuatnya mengikuti apa yang diinginkan oleh kekasihnya. Tanpa berpikir normal hanya dengan atas nama cinta Violet menggeluti dunia morfin bersama dengan Burhan. Cinta membawa Violet pada pergaulan yang hitam. Raras teman perempuannya yang tak pernah lelah berjuang untuk menyadarkan Violet. Akan tetapi ternyata rasa cinta lebih banyak dan dapat mengalahkan yang lain. Beberapa kali Violeta menyadari kekeliruannya ternyata beberapa kali pula Burhan diam-diam tanpa sepengetahuan Raras dan Gale telah mempengaruhi Violeta untuk terus menggunakan morfin. Tak ada penolakan bagi Violet menerima jaminan sorga dunia dari Burhan. Setelah berhasil membuat Violet benar-benar kecanduan, Burhan sengaja pergi dari kehidupan Violet dengan alasan menikahi gadis pilihan ibunya.

Laki-laki kedua setelah Burhan adalah Gale. Selama berada dekat dengaan Gale, Violet ternyata dapat berubah untuk kembali ke jalan yang semestinya. Sebagai perempuan yang memiliki kehidupan normal tanpa tergantung pada morfin. Raras tidak pernah melepaskan Violet sendiri atau dekat kembali dengan Burhan mantan kekasih Violet yang telah menjerumuskan pada dunia hitam dan

telah menghianati Violet sebagai kekasih. Di mata Raras Violet adalah seorang perempuan yang sempurna, sebagai perempuan yang sejati , dan memiliki kesan positif di mata lawan jenisnya sehigga menjadi daya tarik tersendiri bagi Raras yang diam-diam jatuh hati. Violet tidak pernah menyadari perassaan yang tersimpan dalam diri Raras pada Violet. Sebagai perempuan normal Violet tak pernah bisa menganggap kelainan yang ada dalam diri Raras, bahwa cintanya pada Violet sangat dalam dan menyiksa perasaan Raras sendiri. Hal itu memang tidak pernah diungkapkannya pada Violet.

Kamu berbicara tentang Gale lagi membuat perasaanku yang tadinya naik seperti statik grafik kini mrnjadi datar.

”itu karena dia belum bersih betul. Kamu kan bsa datang berkunjung ke pusat rehab, mas mau menunggu di dalam terus sampai Gale keluar ?” ucapku mengodamu. Berat, tapi kuucapkan juga sambil aku menginggatkan pada diriku bahwa Vi adalah perempuan sejati dan bukan seperti aku (Tabularasa.2004.hal: 89).

Keluarga cina taat beragama dan tunduk pada budaya yang dianutnya adalah keluarga Violeta . Pengakuan dosa secara pribadi telah dilakukan ketika menyadari dirinya telah banyak melakukan kesalahan-kesalahan dan dosa. Namun setelah itu pengaruh pergaulan negatif lebih mendominasi dalam dirinya untuk tetap kembali ke dunianya yang gelap yaitu dunia morfinis.

2) Ibu Raras

Ibunda Raras di gambarkan oleh Ratih Kumala dalam novel Tabularasa sebagai perempuan yang terikat dengan agama sehingga dalam kesehariannya sangat taat pada agama. Akan tetapi tidak kolot dalam menerapkan di dalam keluarganya kepada suaminya yang kejawen dan anaknya Raras. Sebagai seorang muslim sejati selalu berpedoman pada ajaran agama yang semestinya. Raras anak satu-satunya yang masih hidup memperoleh ketenangan jiwanya bersama

ibundanya. Setiap kali memimpikan saudara kembarnya dia akan selalu menceritakan pada ibunya. Kepandaian ibu Raras menghadapi Raras yang sering gelisah mengenang saudara kembarnya akan ditenangkan dengan doa-doa. Tengah malam di ajaknya anaknya untuk melakukan sholat dan melantunkan doa untuk Tuhan. Kembali Raras merasakan ketenangan dan bisa tidur kembali dengan tenang.

Menghadapi suami yang tekun dengan pemikiran-pemikirannya sendiri Ibunda Raras tidak merasa terganggu dan mengeluh. Tetapi sering timbul perasaan sebel melihat tingkah suaminya ketika sedang berjalan. Suami ibunda Raras selalu berjalan dengan alas kaki di seret sehingga menimbulkan suara yang tidak enak di telinga. Ibunda Raras dalam hidupnya sebagai istri sangat bergantung pada suaminya. Meskipun Raras telah menyimpulkan kalau ayahnya tidak pernah menunjukkan rasa sayang pada ibu dan anaknya, bunda Raras tetap bergantung dan menerima kenyatan sebagai istri dan menerima segala tingkah laku dan pemikiran-pemikian suaminya yang tidak sejalan.

3) Ibu Galih

Gambaran Citra ibunda Galih tercermin dalam peranannya sebagi ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan suami dan anak-anaknya. Sebagai istri dari suami yang memiliki kedudukan tinggi sangat mendukung segala kegiatan suaminya. Tanggung jawabnya sebagi ibu rumah tangga dipegangnya kuat-kuat untuk menjaga, merawat, melayani, dan mengikuti kemana suaminya bertugas. Ibunda Galih tidak bekerja diluar ranah domestik. Pendidikan anak-anaknya sangat diperhatikannya dengan baik. Kedekatannya dengan anak-anaknya

merupakan jembatan komunikasi yang sangat dekat antara Galih, Dian, dan suaminya. Ibunda Galih memiliki pengaruh tersendiri di mata anaknya. Sangat disegani.

Katanya, kalau tugasnya diperpanjang, itu berarti ia harus tunggal lebih lama. Menurutnya sudah terlalu lama aku dan dian hidup terlantar tanpa pengawasan orang tua. Terakhir, saat aku kelas 3 SMP sampai kira-kira sekolah setingkat I SMA, kami ikut ayah yang ditugaskan di Hong Kong kini aku dan adikku ikut lagi. Kuliahku di Jakarta ditransfer ke Moskwa(Tabularasa.2004.hal:5).

”...O’oo...,” aku tak bisa menjawab. Benar juga. ” You better pack now,” ( Lebih baik kalian mulai mengepak barang sekarang) lanjut Bunda.

Aku ingin di sini bersama Krasnaya, tapi tak ku katakan.

”Okay,” jawabku singkat. Aku dan Dian saling bertatapan. Mengangkat alis dan pergi ke kamar masing-masing, mengepak barang.

Bunda dan Ayah memang benar, di sini terlalu berbahaya. Aku mengepak isi lemarinku tetapi tidak semua. Baju-baju dingin kutinggal. Kata Ayah, besar kemungkinan kami akan kembali lagi setelah keadaan aman. Aku menelepon Anatoli. Walla yang mengangkat telepon. Dia termasuk teman dekatku di sini, setidaknya itulah pendapatku, maka aku merasa wajib pamit padanya (Tabularasa.2004.hal:43).

5. Pokok-Pokok Pikiran Feminisme dalam Novel Tabularasa