• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil Penelitian

3) Kekerasan Psikis/Emosi

Analisis mengenai tindak kekerasan psikis / melibatkan secara langsung pada psikis tokoh perempuan yang menjadi korbannya. Data yang diperoleh dari pembacaan novel Tabularasa yang menjadi korban kekerasan psikis yakni Raras, Violet, dan Krasnaya.

a) V iolet

Kekerasan emosional pada diri Violet terjadi ketika Burhan kekasihnya meninggalkan Violet untuk menikah dengan gadis lain yang baru dikenalnya. Violet merasakan penyiksaan batin yang teramat sangat. Selain kebutuhan pil

morfin yang selalu di peroleh dari Burhan juga adanya rasa terlanjur cinta Violet pada Burhan. Rasa kecewa pada diri Violet lebih di lampiaskan pada morfin.

Terus...kita gimana? Dia bilang mungkin dirinya akan menikahi gadis itu, aku diam sedetik ,dua detik, tiga detik, sambil menahan tubuhku yang rasanya mulai kebat-kebit.

” Aku giman? Dia bilang, kita harus berpisah karena dia harus kawin dengan gadis itu. Aku disuruh melupakan dia karena dia sudah melupakan aku, lalu aku disuruhnya cari cowok lain saja(Tabularasa.2004.hal:79). Orang-orang yang sedang melakukan terapi di tempat rehabilitasi dianggap tidak bedanya dengan hewan karena memang dianggap pantas bukan sebagai manusia. Violet adalah salah satu penghuni yang sering mendapatkan umpatan dari para petugsanya dengan kalimat-kalimat yang kurang enak di dengar oleh telingga orang normal. Akan tetapi penghuni rrehabilitasi pada umumnya tidak mendengarkan apa yang di ucapkan oleh para petugas untuk sok terapi kepada para pasien terapinya. Yang dirasakan hanyalah perubahan-perubahan yang terus berjalan pada dirinya dari waktu ke waktu sampai benar-benar dianggap bersih dari morfin.

b) Raras

Raras mengalami kekerasan emosional ketika tinggal di rumah Argus, di Kanada. Ia merasakan tetangga Argus antipati terhadap pola kehidupan argus yang seorang penganut homoseksual, seorang Gay yang akhirnya menikah dengan pasangannya. Ketiga Raras berada di rumah Argus juga ikut di jauhi dari tetangga dan orang-orang disekitarnya. Mereka beranggapan dan merasakan katakutan bahwa homoseksual adalah suatu penyakit yang dapat menular kepada siapa saja.

Melihat tanggapan sikap buruk, Raras menarik diri untuk menjaga suasana dengan tetap diam dan masuk ke dalam rumah.

Seorang ketururnan India dan seorang anaknya yang kira-kira berumur enam tahun, penghuni apartemen sebelah, keluar dari huniannya. Perrempuan itu hanya menengok sekilas ke arah Raras,memeandangnya dengan tatapan jijik. Ia tidak membolehkan anaknya untuk tersenyum pada Raras, lalu dengan bahasa yang tidak ia mengerti mungkin bahasa India si Ibu menyuruh anaknya untuk cepat masuk. Lho... kenapa? Did I say something urong? Ah, ya sudah....( Tabularasa.2004.hal:157).

Perasaan cemburu dan sakit pada diri Raras sama sekali tidak diketahui oleh Violet. Ketika Violet membicarakan tentang Gale teman baiknya sekaligus laki-laki yang telah mengisi hatinya setelah kepergian Burhan. Raras tidak bisa bersikap selain berusaha untuk bijaksana dengan menginggatkan dirinya bahwa Violet adalah perempuan normal yang memiliki rasa tertarik dan rasa cinta terhadap lawan jenis. Bukan rasa cinta kepada sesama jenis sperti dirinya.

Vi memandangi pintu gerbang yang kini tertutup.

”Kenapa?Kamu seharusnya senang sekarang sudah boleh keluar, perasaanmu gimana?’ tanyaku. Vi tersenyum kecil, lebih seperti dipaksakan. ”Gale masih di dalam sana, Ras. Aku susah ketemu dia lagi....”

Kamu berbicara tentang Gale lagi membuat perasaanku yang tadinya naik seperti setatik grafik kini menjadi datar.

”Itu karena dia masih belum bersih betul. Kamu kan bisa datang berkunjung ke pusat rehab, masa mau nungu di dalam terus sampai dia keluar?” ucapku mengodamu. Berat, tapi kuucapkan juga sambil aku mengingatkan pada diriku bahwa Vi adalah perempuan sejati dan bukan seperti aku ( Tabularasa.2004.hal:89).

Raras merasakan penyiksaan kegelisahan dalam diri yang terasa amat berat. Keingginan untuk mengungkapkan kejujuran tentang dirinya tidak dapat terungkap. Jiwanya sangat merasa tertekan. Raras merasa telah memiliki sesutu perbedaan yang ia anggap sangat tabu untuk disampaikan kepada orang lain.

Kedekatannya secara pribadi dengan Yu Marsini tidak bisa membuat dirinya dapat terbuka mengungkapkan permasalahan berat yang terus menghantuinya.

Apa yang akan mereka katakan kalau tahu aku lebih suka pada perempuan? Pada Violet! Bisa-bisa pada gantung diri. Yu... padahal aku sangat ingin cerita padamu. Kau mungkin bukan ibuku, tetapi di darahku mengalir juga darahmu karena aku telah menikmati air susumu saat ibu menyapih payudaranya dari mulut kecilku(Tabularasa.2004.hal:108-109).

c) Krasnaya

Krasnaya mengalami kekerasan emosi saat ayahnya melarang unutk berhubungan dengan Galih ,anak seorang duta pemerintahan Indonesia untuk Rusia.

” Krasnaya....,” ragu meneruskan. ”Ya, Papa?”

”Papa pikir kau jangan terlalu dekat dengan Galih. Papa percaya dia anak baik, tetapi....” Mereka lalu menghentikan langkahnya. Krasnaya tergelitik penasaran.

” Kenapa, Papa? Papa tidak suka sama Galih?”

”Bukan itu manksudku....,” ia mencoba mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan pada putri satu-satunya, ”Kau tahu aku tak keberatan kau berteman dengannya....tapi....aku tidak bisa berbicara inggris. Akan sulit bagiku untuk mengerti segala perkataannya, atau menggenalkan lebih jauh.” ”Papa...itu bukan alasan, itu konyol,” sekilas Krasnaya melihat bengkak kemerahan di ujung bibir kiri ayahnya.

”Otec...,” ia menyentuh dagu ayahnya, mencoba memperjelas apa yang baru saja dilihatnya. Ujung bibir ayahnya terluka, apa yang terjadi?siapa yang berbuat ini?. (Tabularasa.2004.hal:116).

Perlakukan kekerasan emosi berikutnya dialami Krasnaya saat mengalami kesedihan ketika Galih akan kembali ke Indonesia. Galih tidak menemuinya.

Pagi itu aku tahu kamu meneleponnya, setelah malamnya dia berkunjung ke flatku.

”Aku tidak jadi berkencan dengan Galih hari ini,” katanya.

”Apa karena keadaan mulai berbahaya?” tanyaku. Krasnaya menjawab ”iya.”

Tak apa, pasti besok apa lusa kalian dapat bertemu kembali. Tetapi, pagi berikutnya setelah kau telepon dia datang lagi ke flatku. Aku ingat papku marah-marah karena Krasnaya berkunjung terlalu pagi, menurut papaku tidak baik anak gadis keluar terlalu pagi atau terlalu malam, Tetapi, Krasnaya langsung masuk kamarku dan menangis (Tabularasa.2004.hal: 50).

b. Kemandirian Tokoh Perempuan

Tokoh-tokoh perempuan dalam novel Tabularasa yang memiliki kemandirian yang paling menonjol adalah Raras. Kemandiriannya terbentuk dari kematangan jiwa yang diperolehnya dari permasalahan-permasalahan kehidupan yang dilaluinya dan dihadapinya sendiri. Kematangan jiwa tersebut melahirkan kemandirian terutama dalam kemampuan pengambilan sikap terhadap apa yang sedang dihadapinya yaitu sikap diam, pergi ke negara lain, menolak lamaran Galih, dan keputusan tetapmenjadi homoseksual.

1) Sikap Diam

Sikap diam Raras dilakukan saat dirinya menyadari sedang dalam kebinggungan akan identitas dirinya Raras teringat malam saat pertama dan terakhir kali ia mencium Violet. Raras memilih untuk bersikap diam, sikap diam Raras digunakan untuk berpikir ia seorang perempuan yang tidak wajar karena mencintai sesama perempuan. Perempuan itu adalah Violet.

”I was in the love with violet, well... I still am.” ”Did she love you back?”

”She doesn’t even know I was a lesbian, I never told her. I was too afraid. What if she thought I was disgusting after I told her? I didn’t have guts.... then I met this nice guy, Galih. The one I told you.”(Dia bahkan tidak tahu aku seorang lesbian, aku tidak pernah memberitahukannya karena aku terlalu takut. Bagaimana jika ia berpikir menjijikkan karena aku seorang lesbian? Aku tidak memiliki nyali yang cukup besar... lalu aku bertemu dengan laki-laki baik bernama Galih yang dulu kuceritakan padamu(Tabularasa.2004.hal: 153).

Setelah Violet meninggal Galih masuk kedalam kehidupan pribadinya. Raras dan Galih menjalin cinta hingga Raras mengandung anak dari Galih. Raras, menerima Galih sebagai kekasih selain ia juga menyukai Galih, dosennya. Ia ingin mencoba pada dirinya sendiri menjadi seorang perempuan normal berhubungan dengan laki-laki.

”Itu Cuma buku puisi kok,” aku menjelaskan tanpa peranyaan. Ia tertarik pada buku ini. Karena sudah meminjamiku ’Sang Alkanis’ mK kutawarkan buku itu jika ia mau membacanya. Lagi pula sudah terlalu lama aku membawanya ke sana-sini. Tak kuat pula kau selalu membaca ’The Deat’, bagaimanapun juga aku tak bisa selalu terbenam dalam kesedihan. Vi sudah mati, aku tak bisa murung terus tiap kali aku baca puisi itu. Bawalah buku ini, pak...aku tidak keberatan.Bantu aku melupakan Vi(Tabularasa.2004.hal:63).

Sikap diam Raras juga dilakukannya ketika menyadari dirinya homoseksual. Di masyarakat luas orang menganggap homoseksual tidak disukai dan ditakuti.

”Oh... I see. The Indian Lady doesn’t like gay. I think she’s having some homophobia or something.”

”Homo what?” Raras mengernyitkan dahi.

”Homophobia, sebagian orang tidak suka dengan keberadaan kaum gaya atau lesbian. Kadang-kadang mereka juga ketakutan. Mungkin mereka takut aku akan merebut suaminya. Oh, come one... her husband not cute at all! Alhtough....” lalu Argus mengecilkan suaranya”... I heard they heva a big cook!” lanjutnya, lalu dua-duanya tertawa (Tabularasa.2004.hal:157). Galih belum lama kembali dari Mosko menghadiri acara seminar di Moscow State University. Raras tidak segera bertemu dengan galih, ia justru pergi dengan modal Visiting Visa berjangka waktu hanya enam bulan ke Canada. Di canada ia tinggal di rumah Argus, teman cantingnya. Argus adalah seorang Gay dalam waktu dekat akan menikah di Belanda, sekarang ia sudah bertunangan. Kepergian Raras ke Canada selain untuk menyegarkan kembali pikirannya yang telah mengalami kebimbangan akan identitas dirinya. Kebimbangan tersebut

semakin merisaukan dirinya, Pertemuannya dengan Argus tidak lain untuk menyampaikan apa yang sedang ia pikirkan.

Malam pertama di kota asing,pukul 08:00 P.M. Matahari baru tenggelam. Raras agak sush tidur. Jet-lag masih mempengaruhi kondisi psikisnya yang perlu adaptasi beberapa waktu.

Good morning, sunshina” Pagi itu jendela di living room dibuka lebar oleh Argua. Aroma pagi di negri asing masuk ke dalam ruangan, udara malam keluar berbaur dengan udara pagi yang mengambil alih kamar ini. Raras mengulet...ah, nikmat sekali...rasanya semua otot tidak mengerut lagi setelah semalaman ia meringkuk seperti udang. Pemandangan di luar jendela amat baru buatnya, menarik perhatiannya untuk melihat ada apa di sana(Tabularasa.2004.hal:147).

2) Menolak Lamaran

Galih menyusul Raras ke Canada untuk menyampaikan keingginannya menikahi Raras. Penolakan Raras di sampaikan ke Galih secara halus dengan alasan yang yang bisa diterima Galih. Raras tidak ingin dalam perkawinannya terdapat kebohongan cinta. Berbohong pada Galih laki-laki yang begitu baik padanya sementara Raras yang sebenarnya tidak mencintai Galih. Berbohog pada dirinya sendiri menikah dengan seorang laki-laki tetapi ia memilki hasratnya juga pada perempuan.

”Ras. ”

”Ya?” ia masih memandangi anak-anak gembira itu, kalau saja ia jadi punya anak, kelak akan ia masukkan ke sekolah itu.

” Kamu mau menikahi aku?” tanya galih, Raras spontan menoleh ke Galih.

”Pak,...,” ia tak bisa meneruskan. Tak tahu harus berkata apa. Ia tahu dirinya tak bisa membiarkan laki-laki itu menikahinya. Tapi ini mungkin kesempatan sekali seumur hidup untuk hidup normal layaknya manusia yang makhluk seksual yang bepasang-pasangan. Mungkin akan berkesan Raras mengasihani Galih dengan penolakannya, tapi itu lebih baik daripada kelak ia hidup dengan membohongi dirinya sendiri, terlebih lagi

membohongi Galih yang begitu baik. Raras tak mau kelak ia harus memenuhi hasratnya pada seseorang yang juga perempuan. Raras tak mau membiarkan Galih cenburu bukan hanya laki-laki tetapi juga perempuan, bukankah itu berarti repot sekali(Tabularasa.2004.hal:181).

Raras sebagai perempuan dewasa yang mandiri dalam menyikapi dirinya sendiri juga dalam menyikapi permasalahan yang di hadapi orang lain. Violet teman perempuan yang ia sangat cintai adalah seorang peandu obat terlarang. Burhan, kekasih Volet yang memperkenalkan pada morfin. Apabila violet dalam keadaan kacau Burhan tidak pernah muncul menemani dan menolongnya. Raras sebgai teman dekatnya mampu menghadapi saat-saat Violet mengalami sakau Bahkan pada saat Violet mengalami OD Raras membawanya ke Rumah Sakit Betesdha.

3) Mengalami Keguguran

Raras seabagai seorang perempuan muda harus menghadapi berbagai masalah yang berkecamuk dalam dirinya. Antara lain kebimbangan akan identitas dirinya, hilangnya keperawanan, berlanjut dirinya mengalami krisis identitas, belum siap menerima dirinya hamil oleh Galih, berakhir dengan penyesalan akan keguguran kandungan. Masalah hidupnya dapat dilaluinya sendiri. Raras mengalami saat-saat paling membutuhkan orang lain ketika mengalami keguguran kandungan dalam usia kandungan yang relatif masih sangat muda. Kegelisahan karena kehamilannya, penyesalan setelah berbuat dosa,dan kesedihan setelah mengalami keguguran dan dihadapinya sendiri tanpa keluarga dan galih.

Apakah surga kini mulai muncul di telapak kakiku? Atau aku terlalu kotor bagi surga untuk berada di telapak kakiku?Yang kupandang adalah perutku, tapi aku memirkan kakiku. Terlalu banyak jejak kuitinggakan di tempat nista. Hingga mungkin yang muncul saat ini bukan surga tetapi neraka, sebab yang dibalut ketuban di dalam sini ini bukan hasil cinta,bukan

pula holy matremony. Tak usahlah ada surga,dunia saja,bolehlah? Sebab janin ini kelak akan menjadi milik dunia. Anakku. Beginilah ’ibu’ Di antara ketakinginanku, aku menginginkan keberadaannya. Ada kehidupan di dalam diriku dan aku yang membawa benihnya. Terpujilah Ia yang telah menciptakan perempuan. Karena Ia luar biasa(Tabularasa.2004.hal:174). Saat pulang Raras meminta mereka melewati Masjid Ahmadiyya Movement in Islam di Boychuk, Raras sudah beberapa kali ke masjid itu sebelumnya. Saat ini ia rindu Tuhan. Sedikit ia menyesali sebab ia tak begitu pintar tentang agama, inggin rasanya sembahyang tetapi kelihatannya ia masih nifas. Belum suci, lagi pula tubuhnya sangat lemas. Matanya lalu terpejam(Tabularasa.2004.hal:179).

Raras menangis lagi. Sejak kehilangan itu kini dia bisa menangis bahkan kelak tangisnya bisa mengalir seperti keran bocor (Tabularasa.2004.hal: 180).

4) Keputusan Sebagai Homoseksual

Krisis Identitas sebagai homoseksual atau heteroseksual telah dipilihnya dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan. Akhirnya Raras memutuskan untuk tetap menjadi homoseksual.

”...seperti cintanya bapak pada Krasnaya, seperti cintanya saya pada Violet.”

” Violet? Gadis yang kamu ceritakan dulu? Menurutku itu ’sayang’ dan bukan ’cinta’. ”

” Violet adalah Krasnaya saya, pak....,” aku Raras.

Galih menghentikan langkahnya, dua detik kemudian keduanya menghentikan langkah.

”Maksud kamu?”

” Saya harus memilih, Pak. Dan saya memilih mencintai sejenis saya dan Violet, bukan sejenis bapak. Bukan laki-laki .”( Tabularasa.2004.hal:176). (a) Krasnaya

Krasnaya adalah tokoh kedua dari tiga perempuan, belum menikah dan memiliki kemandirian dalam hidup. Anak seorang pegawai bagian administrasi di KGB. Kesehariannya ia tinggal dengan ayahnya, sementara neneknya di panti jompo. Kemandirian Krasnaya tercermin dalam beberapa hal yaitu:

(1) Kemandirian Memenuhi Kebutuhan

Kemandirian Krasnaya sebagai perempuan yang masih dalam tanggung jawab ekonomi ayahnya. Ia tidak kekurangan apapun tetapi masih punya kemauan dan kemampuan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Krasnaya dan Zdenka bekerja di Kalinin Bookstore di wilayah Kalinin Prospek sebangsa pusat pembelanjaan, sebagai penjaga toko, Selama ini tempat belanja yang aku tahu hanya Gum, Dian pasti senang kalau tahu ada tempat belanja lain di Moskwa. Ayah Krasnaya bekerja di kantor KGB. Wow...cool! Gumanku saat Krasnaya menceritakan tentang papanya (Tabularasa.2004.hal:21).

Kepandaiannya melukis sebagai hobi dia kembangkan tanpa menganggu kegiatannya sebagai karyawan di sebuah pusat perbelanjaan toko buku yang besar dan kewajibannya sebagai anak gadis di rumah.

”Kremlin. Do you want to see it?” (Aku sedang melukis Kremlin. Kamu mau lihat?) Dalam sekejap kulihat matanya berbinar, jelas bahwa meluks adalah kesenangannya. Amungkinjuga hidupnya(Tabularasa.2004.hal:16). (2) Keputusan Mencintai Galih

Krasnaya merupakan perempuan yang memiliki kekuatan untuk mencintai Galih dalam kondisi yang begitu sulit. Kisah cintanya berhubungan erat dengan kematian ayah dan dirinya. Cintanya kepada Galih dipertaruhkan dengan nyawa dan mengakibatkan kesedihan pada nenek Krasnya. Ancaman dari orang-orang komunis memojokkan dirinya tanpa ada pilihan tanpa ada tenggang waktu untuk menyelesaikan semuanya dengan Galih secara baik-baik. Dalam keadaan terjepit diantara cinta dan keselamatan jiwanya di buktikannya dengan beberapa kali pertemuan dengan Galih dan pemberian lukisan sebagai kenang-kenangan untuk Galih yang terakhir kalinya sebelum kematiannnya.

Aku akan menemuimu dan menyambut lukisanmu besok. Aku tengah kasmaran.

” Ya Zhdu tebya b Gorky Park,” (Kutunggu kamu di Gorky Park) sambungmu lagi (Tabularasa.2004.hal: 42).

(b) Walla

Walla istri seorang ilmuwan ahli bidang kimia, seorang dosen Moskow State University di sebuah perguruan tinggi. Perempuan dengan status keluarga yang memilki kedudukan sangat patut dihormati dengan pendidikan sebagai sarjana ahli fisioterapi mampu menunjukan bahwa dirinya memiliki kemandirian sebagai perempuan. Pekerjaannya sebagai pemijat tidak menganggu kewajibannya sebagai seorang istri dengan kegiatannya di ranah domestik yaitu dalam rumah tangga sebagai ibu rumah tangga. Sebagai istri dengan segala kegitannya juga tidak pernah menganggu pekerjaannya sebagai ahli fisioterapi.

” I don’t know,” jawabku datar. Masih mencoba konsentrasi dengan nasi goreng buatan Walla (Tabularasa.2004.hal:133)

Dari keluarga teman ayah, kami dikenalkan kepada tukang pijat langganan mereka. Namanya Walla. Berbeda dengan tukang pijat di indonesia yang biasanya keliling, buta, suka pake kacamata hitam, dan bawa tongkat kemana-mana, tukang pijat yang kemudian jadi langganan bunda itu bertubuh gemuk sekali, salah satu perempuan Rusia paling gemuk yang aku lihat(Tabularasa.2004.hal:19).

c. Tokoh Profeminisme dan Tokoh Kontrafeminisme 1) Tokoh Profeminisme

a) Galih

Galih sebagai seorang pemuda sangat mendukung kegiatan-kegiatan positif yang dapat menunjang dirinya pada kemampuan tertentu. Kemampuannya membuat nasi goreng sebagai salah satu bentuk kepeduliannya terhadap kemampuan seorang perempuan yang juga dapat ia lakukan meskipun sebagai

laki-laki. Ia menganggap sebagai lak-laki juga bisa melakukan hal yang sama denga perempuan di ranah domestik. Diaz, adeknya tidak diperbolehkan mencampuri urusan memasak nasi goreng untuk lomba, cukup sebagai sporter yang mendukung saja.

Tinggal di negri orang rasanya otomatis sifat kebangsaan kita menjadi lebih kuat. Padahal di Indonesia upacara dan nyayi lagu kebangsaan” Indonesia Raya ” dilakukan setiap hari senin, tapi rasanya biasa-biasa saja.lalu seperti tradisi 17-an di Indonesia, kami juga merayakannya dengan bermacam lomba untuk anak-anak dan orang tua. Bedanya , perlombaan dikedutaan selalu dilakikan sehari sebelum tanggal 17, tanggal 16 Agustus. Bunda ikut acara fashion show bersama ibu-ibu lainnya. Aku dan Diaz ikut lomba masak nasi goreng untuk laki-laki . Lumayan berantakan jadinya, tapi hasil masakanku bisa dimakan(Tabularasa.2004.hal:40).

Karasnaya memiliki Hoby melukis selain pekerjaannya sebagi karyawan tokoh. Galih tidak merasa keberatan Krasnaya melakukan hal-hal yang pada saat itu hanya dilakukan oleh laki-laki. Yaitu bekerja keras dan mengembangkan kemampuannya melukis bersama laki-laki yang mungkin tidak dikenalnya di tempat-tempat terbuka.

b) Krasnaya

Krasnaya memiliki kemampuan mengekspesikan kreatifitasnya dalam bentuk lukisan. Tidak semua perempuan memiliki kemampuan melukis seperti Krasnaya. Ia melukis disaat ia benar-benar tidak memiliki kesibukan, di sela-sela waktunya setelah bekerja di pusat perbelanjaan sebuah toko buku yang cukup besar. Hasil lukisannya berupa gambar Kremlin. Lukisan yang indah dibuat oleh Krasnaya bukan hasil dari tangannya saja tetapi dari hasil kreatifitas seorang perempuan yang terpancar dari kecantikan, kepandaian, dan keahlian melalui imajinasi, tangan, dan jiwanya.

Rusia saat itu masih sangat membatasi ruang gerak warganya terutama yang dekat erat dengan masalah perpolitikan. Krasnaya lebih memilih yang dekat dengan keindahan, berupa seni lukisan yang secara langsung dapat mengekpresikan pada yang ada dalam isi pikiran dan jiwanya. Krasnaya melukis tidak semata-mata untuk mencari tambahan keuangan pribadinya. Sebagai seorang pramuniaga di pusat perbelanjaan memiliki cukup penghasilan. Lukisannya semata-mata untuk dapat menghargai hasil karya seni yang dianggapnya lebih tinggi nilainya jika di perhitungkan dengan jumlah nominal uang.

”Kremlin. Do you want to see it?” ( Aku sedang melukis kremlin. Kamu mau lihat?) dalam sekejap kulihat matanya berbinar, jelas bahwa melukis adalah kesenangannya. Mungkin juga hidupnya.

”Sure.” aku mengamati lukisannya, lebih jelas dari terakhir kali aku coba mengamaatinya dari jauh, ” Wow, it’s beautiful.”

”Do you like it?”

”Yeah. Are you going to sale it?” ”Oh...no. I just do it for fun.”

”I want to buy it.” Setengah berharap dia benar-benar mau menjual lukisannya untukku.

Dia tersenyum, wajahnya bersemu merah, ”I’m flatered. But sorry...it is not for sale.” (Aku tersanjung. Tapi maaf lukisan ini tidak untuk dijual.)

(Tabularasa.2004.hal:16).

c) Raras

Sebagai anak satu-satunya setelah kepergian Rimbang, ia tidak pernah dimanjakan oleh ayah dan ibunya. Apapun yang dilakukan dan kemanapun Ia bepergian ia lakukan sendiri. Apalagi setelah kepergian Violet membuat Raras benar-benar merasa sendirian. Dunia sepertinya sudah mendekati akhir aktifitasnya, kiamat menurut Raras. Bahkan ia menggangap dirinya sebagai jiwa

yang kosong tanpa ada yang menginggat dan membatasi diri. Karena ia kini